*Cerpen
Oleh: Yohanes Mau
Matahari sudah sandar di atas pohon marula. Burung-burung berkicau tanda melepas senja di batas hari. Sedikit lagi gelap tutup rapat- rapat terang tanpa celah sedikit pun.
Hembusan angin sejuk bertiup menusuk tubuh dan sadarkan aku dari lamunanku akan negeri nusa Cendana.
Rinduku akan aroma cendana yang unik tiada duanya. Negeri seribu awan turun menggigit di antara musim-musim yang tak menentu. Itulah tanah tempat beta lahir dan dibesarkan oleh bundaku.
Di tepian waktu hari ini Anastasia gadis mungil bermata biru bergulat dengan rasa sakit yang sedang menderahnya.
Rasa pedih di senja ini tidak seperti sakit yang terjadi di senja-senja sebelumnya.
Keduanya saling merindu. Anastasia ungkapkan segala rasa selama ini kepada Marko kekasih hatinya yang ada di negeri seberang.
Anastasia dan Marko berkisah hangat cinta dalam isak tangis dengan suara tidak lancar bagai hari-hari kemarin. Keduanya seolah sedang ada bersama dalam ruang dan waktu yang sama.
….”Marko hati ini tersayat rindu padamu dan aku tak bisa tidur sepanjang malam usai pergimu. Rindu dan hasratku melalangbuana melewati malam panjang hingga jemput hari. Bahkan hingga mentari terbit pun tak mampu hangatkan rasa rindu ini.
Napasku tidak normal lagi dan aku takut akan terjadi apa-apa denganku sebelum aku hangatkan hatimu secara penuh pada rangkul di dada ini.Sepanjang malam aku menangis di pojok doa dan merayu Sang Khalik. Aku mengemis cintaNya dengan air mata agar Ia datang peluk hangatkan tubuhku sebentar saja. Dan kalau saja ini adalah ajal bagiku biarlah saya pergi dari dunia ini. Demikian kisah Anastasia…
Tanpa kata Marko merangkul erat tubuh Anastasia dan bisik di telinganya, “Sayang, aku masih di sini jangan cemas karena aku akan hangatkan segala rasamu melebur dalam lembut cinta yang kini sedang mekar di tengah derasnya terpaan sepi malam-malam sunyi panjang.
Tenangkanlah hatimu karena aku ada untukmu. Senja boleh pergi dan hanyut dalam pelukan pekatnya malam tapi biarlah tubuh mungilmu hangat dan lelap di pelukanku karena aku tak tegah membiarkan hatimu tercabik kesendirian di hari hidup selanjutnya. Memang hari ada untuk kita namun jangan hanyut berlakon di dalamnya secara sunyi.
Mari kita peluk erat hari secara bersama dalam hangat selimut cinta. Biarlah cinta mengalir dan bersemi, mekar diantara semak belukar dan ilalang padang rumput.
Dengar percikan sejuk Marko itu Anastasia dengan senang hati mengecup keningnya sambil bisik pelan padanya, “Kak Marko, terima kasih banyak untuk cintamu.
Tuhan telah mengutusmu untuk hangatkan tubuhku dari segala tusukan realitas hidup dengan aneka tawarannya. Engkau hadir sebagai jantung hati yang membuat tarikan napasku legah.
Selama ini kucari dan terus kucari udara sejuk namun tak kutemukan juga. Napasku sesak dan udara tidak bisa masuk sebagaimana mestinya.
Bahkan aku menggugat Tuhan, “di manakah Engkau Tuhan, masihkah Engkau Ada? ”
Saya sungguh merasa inilah saat terakhir untuk ada di bumi ini.
Di sana tiada lagi hembusan sejuk udara untuk segarkan paru-paruku.
Saya sungguh tersesak dan sunyi telah menggerogoti keutuhanku tanpa sisa.
Ah Tuhan andai saja ini adalah saat terakhir bagiku maka aku mohon datang peluklah tubuhku sejenak agar pergiku ini menjadi persembahan cintaku bagi dunia yang kini sedang dilanda musibah corona.
Hatiku terasa pedih. Beberapa hari belakangan ini saya menyaksikan para penderita corona yang selesai hidupnya di usia muda.
Alasan utama karena tak ada lagi tempat untuk rawat nginap di rumah sakit. Semua ruang penuh. Hembusan napas mereka selesai di lorong-lorong rumah sakit.
Tiada lagi tempat untuk mendapat jamahan sejuk demi hidup lebih lama di bumi ini. Hatiku tak tahan menyaksikan derita anak manusia itu. Pedihku ini adalah pedih mereka juga.
Izinkanlah saya juga merasahkannya karena saya adalah bagian dari mereka. Mungkin inilah cara terbaik saya turut ambil bagian dalam pergulatan yang mereka alami.
Namun engkau masih setia dan ada untuk teduhkan hatiku yang menggembara tanpa arah.
Kak Marko, selimutilah dada ini dengan hangat cintamu hingga selesai napas bahkan sampai surga sekali pun!”
Marko menarik tangan Anastasia dan menciumnya sambil pesan, “Sayang, tenangkanlah hati karena saya adalah bagian dari hidupmu yang tak kan pernah berhenti mencintai.
Saya mencintaimu tanpa garis batas. Tiada batas jembatan. Tiada gunung, bukit, jurang, lembah dan samudra nan luas.
Saya mencintaimu dengan segala kekurangan dan kelebihanku. Saya yakin hadirmu adalah kepenuhan dalam totalitas cinta akan hidup ini.
Hadirmu adalah anugerah terindah dari Tuhan untuk mengisi segala kehampaanku menuju kepenuhan dalam balutan hangat cinta agar kelak nanti kita memetik bahagia.
Dan biarkan bahagia itu menjadi saluran berkat sejuk cinta bagi sesama yang ada di sekitar.”
Anastasia merangkul tubuh Marko makin erat dan hanyut dalam pelukan hangat bersama tawaran dingin malam menuju esok yang baru.
Esok baru adalah harapan dan rindu memetik bahagia di awal hari bersama mentari berjalan menuju matahari terbenam.
Tatapan Anastasia menganyutkan Marko dalam teduh mata birunya. Dengan detakan jantung yang normal Anastasia berbisik pelan pada marko, “Kak Marko, engkaulah teduhan kasih yang terkenang abadi dalam hidupku. Engkaulah kepenuhan hidup dan obat dari segala sakit rindu yang telah menahun selama ini.”
Setelah sekian hanyut dalam pergulatan cinta itu Anastasia dan Marko pamit kepada senja dan malam. Mereka berjumpa dengan hati dan berjalan bersama pulang menuju bahagia.
Bahagia hanyalah cara bagaimana adanya keseimbangan antara kedua hati yang menyatu dalam ikatan hangat cinta yang berlandaskan Tuhan, kasih sayang dan cinta tanpa kalkulasi untung dan rugi.
Tapi bahagia yang sejati adalah ketika kedua insan lemah relah mengalirkan cinta tanpa tahan-tahan di tengah derasnya badai hidup.
Membalut dan membungkus bahagia dengan ikatan cinta bertali sakramen agar darinya kedua makluk disadarkan bahwa penyatuan hidup adalah kesucian hingga menggapai bahagia kekal di akhirat suatu hari nanti.
Namun sekarang adalah saat untuk mencipta surga sebelum tiba pada surga sesungguhnya.
Kisah Anastasia dan Marko mengalir bersama sungai kehidupan dan
bermuara pada samudra kehidupan.
Sungai adalah jalan bagi air menuju samudra dan samudra adalah tempat jumpa dari segala rasa bersatu dan bersemi dalam bahagia keabadian yang lazim disebut surga.
Anastasia dan Marko sebagai makluk ciptaanNya yang melukis cinta dengan aneka pergolakan rasa menuju bahagia sempurna.
Perjumpaan antara Anastasia dan Marko adalah suatu proses menuju bahagia. Kesendirian dalam menghadapi realitas suram adalah penjara karena melibatkan segala rasa demi bahagia namun enggan petik bahagia.
Kehadiran kekasih hati dalam suatu relasi cinta bagai secercah cahaya di tengah heningnya gelap malam menuju hari baru menyambut mentari dan memetik bahagia.
Anastasia gadis mungil bermata biru hanyut dalam rangkulan kasih Marko. Pedih di awal pergulatan itu adalah pintu menuju bahagia. Bahagia itu surga.
Surga itu adalah proses jalan panjang yang dilalui dengan ratap tangis dan air mata. Kini air mata Anastasia telah berubah menjadi kegembiraan di haribaan taman bahagia bersama Marko sang mempelainya.
Kesendirian adalah saat teduh untuk setia bertahan dalam badai hidup. Kesendirian menguji sejauh mana bertahan dan berkanjang di tengah derasnya gelombang hidup.
Kesendirian itu adalah saat indah menjaring yang terbaik untuk mampir dan menetap.
Kesendirian adalah saat sunyi memberi ruang kepada Tuhan mengisi dengan cinta yang besar.
Kehadiran kekasih hati dalam kesendirian mempertajam dan menjernihkan penantian menuju kepada bahagia yang utuh.
Catatan:
Marula: Sejenis pohon di Zimbabwe yang menghasilkan buah yang bisa dimakan dan dijadikan juss dan minuman beralkohol.
2. Anastasia dan Marko bukanlah nama sebenarnya.
3. Corona: Sejenis virus mematikan yang kini sedang merajalela di dunia.
4. Nusa Cendana adalah sebutan untuk Pulau Timor yang letaknya di provinsi NTT-Indonesia.
5. Beta; saya
Yohanes Mau
Penulis penikmat sastra
warga Belu utara NTT Indonesia
Kini sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika