Ruteng, Vox NTT-Seorang ibu bernama Maria Imelda Jeria Lete (51) asal Dusun Namut, Desa Compang Namut Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai mengaku kecewa dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Manggarai.
Kekecewaan janda dengan tiga anak tersebut bermula ketika rumahnya dihantam badai Seroja pada dua bulan yang lalu.
Kepada VoxNtt.com, ia mengisahkan bahwa pada awal bulan Maret tahun 2021 lalu terjadi hujan lebat disertai angin kencang. Akibatnya, rumah dari janda tua tersebut mengalami kerusakan seng di bagian depan dan samping kiri.
Setelah mengalami kerusakan, ia akhirnya menemui kepala dusun Namut, Desa Compang Namut.
Kepala dusun kemudian mengarahkannya untuk menyampaikan informasi tersebut ke Kepala Desa Compang Namut.
Keesokan harinya, dalam situasi yang masih hujan lebat dan angin kencang Imelda langsung menemui kepala desa. Ia menyampaikan laporan terkait kerusakan rumah miliknya.
“Pertama saya tidak bisa lagi mengurus perbaikan rumah, karena sekarang sudah tidak memiliki suami. Kedua kalau semakin tidak dipedulikan oleh pemerintah rumah saya ini, maka nanti akan semakin rusak kayu yang sudah ada,” tutur Imelda di rumahnya, Rabu (09/06/21) siang.
Ia mengaku, sejak dihantam badai Seroja, air hujan kerap masuk ke dalam rumah. Akibatnya, material rumah yang terbuat dari kayu pun ikut lapuk.
Tidak hanya itu, Imelda juga kerap membersihkan air yang selalu masuk ke dalam rumah.
Hingga kini, bantuan dari Pemda Manggarai belum kunjung diterima. Padahal, pegawai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah mendatangi rumahnya. Ia datang dengan memakai seragam dinas.
Kala itu, lanjut Imelda, pegawai tersebut menjanjikan bahwa akan menerima bantuan. Pegawai itu juga menyarankan Natalia untuk sesering mungkin berdoa.
“Mereka bilang waktu itu, Ibu berdoa saja, semoga nanti bantuannya ada. Saya bilang saya berdoa pak, itu pasti, tapi kalau tidak ada bantuannya di situ nanti baru kita tahu. Kalau tidak salah nama pegawai itu pak Hendra,” tambahnya.
Dua bulan berlalu, hingga kini pun bantuan tersebut belum kunjung diterima. Terhadap situasi tersebut Imelda mengaku kecewa dengan Pemda Manggarai.
Apalagi, saat masa kampanye kali lalu, rumahnya yang sekarang mengalami kerusakan tersebut dijadikan tempat kampanye dari pasangan Herybertus G.L Nabit dan Heribertus Ngabut (Hery-Heri) yang saat ini sudah terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Manggarai.
“Untuk diketahui saja, rumah saya ini yang terima Pak Heri Ngabut, Pak Wakil Bupati yang sekarang waktu kampanye kali lalu. Dia menyanyikan lagu cinta dan permata waktu itu, nana. Tetapi omong kasih sayang, mengapa tidak perhatikan saya punya rumah?” tanya Imelda.
Ia kemudian menyarankan kepada media ini agar menginformasikan kondisi itu ke Wabup Heribertus Ngabut.
“Boleh disampaikan ke Pak Wakil, Pak rumah yang pernah didatangi untuk kampanye itu sudah rusak. Harapannya kalau bantuannya ada segera disalurkan. Kalau tidak ada bantuan tolong yang datang cek itu hari sampaikan. Jangan membohongi rakyat, itu saja harapan saya,” tutupnya.
Dikonfirmasi terpisah, Yohanes F. Nagong, Penjabat sementara kepala desa Compang Namut mengaku bahwa di desanya ada warga terdampak badai Seroja yang hingga kini belum terima bantuan.
“Jadi pada saat bencana itu ada masyarakat yang datang menyampaikan laporan ke sini. Laporannya bervariasi, ada yang rumahnya, ada yang dapur dan juga termasuk pohon dan tanaman,” ujar Yohanes di ruang kerjanya.
Setelah mendapat laporan, pihak desa kemudian melakukan survei. Ternyata, ada lima orang kepala keluarga di desa tersebut yang terdampak badai Seroja. Pihak desa pun mengambil langkah untuk membuatkan laporan bencana ke Pemda Manggarai.
Yohanes juga mengaku bahwa pasca-badai Seroja, pihak dari BPBD juga sudah mendatangi desanya guna melakukan pemeriksaan secara fisik kerusakan rumah. Namun, hingga saat ini masyarakat terdampak badai Seroja di desanya belum kunjung menerima bantuan.
“Mereka hanya menyampaikan bahwa harap bersabar saja dulu tetap nanti akan ada bantuan, karena ini bertahap karena ini kan mulai dari kecamatan Langke Rembong. karena ini kan menyeluruh,” tuturnya.
Yohanes juga mengaku terganggu karena dirinya kerap didatangi oleh warganya untuk menanyakan kapan bantuan itu dicairkan.
“Secara pribadi juga saya merasa terganggu dengan saya punya warga ini yang selalu main teleponan atau hubungi saya kapan bantuannya. Sementara saya tidak bisa pastikan bahwa tanggal sekian, bulan sekian kamu akan dapat bantuan,” tambahnya.
Ia kemudian mengharapkan agar Pemda Manggarai segera turun tangan memberikan bantuan kepada warga desanya yang belum kunjung menerima bantuan.
“Harapannya supaya lebih cepat lebih bagus juga, jangan sampai, kami di sini juga dinyatakan tidak bekerja. Artinya abaikan berbagai jenis laporan,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba