Oleh: Yohanes Mau
Covid -19 sedang mewabah dunia. Manusia cemas dan sedang bertindak cerdas untuk luput.
Aneka cara sedang diupayakan oleh tim medis. Politisi sudah muncul dan ada yang belum muncul.
Ketika menjelang musim pemilu para politisi gencar beretorika dan membagi kaus partai kepada rakyat secara gratis dan bantuan lainnya. Padahal tidak mendesak juga.
Namun sayangnya saat virus corona mewabah dan mengancam nyawa manusia para politisi mati kutu, hilang, entah ke mana.
Mungkin sedang lelap dalam tidur panjang. Semoga saja hilang mereka saat ini bukan efek virus corona.
Corona adalah virus mematikan yang sedang mengglobal. Dunia hari ini sangat waspada bahkan tempat umum yang melibatkan orang banyak ditutup agar tidak tertular oleh virus ini.
Menurut pihak kesehatan semua orang harus menggunakan masker, sarung tangan, vaksin dan lainnya agar tidak mudah terjangkit oleh virus.
Namun tak semua orang bisa gunakan itu alasan ekonomi dan lainnya. Mereka hadapi dengan caranya masing-masing secara bijak dan cerdas. Mungkin juga pasrah saja pada situasi.
Biasanya menjelang pesta demokrasi para politisi rajin bagi kaos partai berposter wajah disertai kata-kata rayuan menghipnotis. Tapi dalam situasi darurat seperti ini mereka masih sembunyi dalam zona nyaman.
Pintar juga para politisi. Mereka pantai membaca situasi zaman secara bijak. Peduli para politisi membungkus rapi rakus dan tamak.
Bila musim pemilu mendekat mereka akan berkeliaran sampai pelosok. Hujan angin pun tak peduli agar rakyat tahu bahwa merekalah pantas jadi pemimpin.
Sebelum peduli mereka telah kalkulasi secara matang, siapa yang mesti dipeduli, saya dapat apa, dan berapa banyak. Inilah gaya dan strategi para politisi sialan di negeri ini.
Setelah gagal mereka hilang dan kalau sukses mereka akan siap panen di lahan basah tanpa peduli banyak siapa sebenarnya kau (rakyat)? Suaramu terbayar dengan satu potong kaus partai dan satu bungkus nasi bungkus saban hari.
Sekarang pergi dan rasakan hangat dari kaos partai yang pernah kau dapat dan kenyanglah dengan nasi bungkusnya. Mungkin itu bisa lindungi tubuhmu dari serangan virus corona.
Politisi berhati humanis musiman.
Politisi hanya hadir jelang musim panen tiba. Berhumanis dan memberi apa yang ada padanya tanpa hitung.
Seolah merekalah kaum humanis yang peduli dan tenar di abad ini. Saat menyerahkan bantuan selalu disertai dengan kata-kata, ini saya beri dari hati yang terdalam.
Dan rakyat kecil pun jatuh hati dan memberikan apa yang mesti mereka beri atas dorongan belas kasihan kepada politisi tersebut pada saat pesta demokrasi berlangsung.
Memang hati adalah sesuatu yang ada dalam tubuh manusia sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian, perasaan, sifat, tabiat manusia.
Yang ini dijadikan juga sebagai sarana untuk menggapai apa yang jadi impian untuk mendapat lebih banyak dari apa yang mesti mereka dapat.
Di sini, politisi pandai bermain akal agar menolongnya untuk menggapai hasrat rakus dan tamak.
Hal yang mesti dilakonkan di sini dalam hari-hari ini ke depan adalah peduli secara humanis bukan karena nanti saya dapat apa.
Tetapi pedulilah agar rakyat tahu bahwa hadirmu bukanlah musiman oleh karena adanya pesta demokrasi. Tetapi Anda peduli karena hati tergerak oleh rasa belas kasihan akan sesama sebagai dirimu yang lain sedang dalam situasi darurat.
Kalau masih ada cinta di hatimu biarkanlah cinta itu membias agar sesamamu tidak jadi korban oleh ganasnya virus ini.
Yohanes Mau adalah petualang hati. Kini tinggal di Zimbabwe