Ende, Vox NTT – Tepi jalan dari arah Maumere menuju kota Ende didominasi pemandangan berupa bebatuan keras. Bagi kebanyakan orang yang saban hari lalu lalang, pemandangan itu tak lebih dari pencuci mata sebelum tiba di tempat yang dituju.
Tidak demikian bagi Bertolomeus Sano. Lelaki 62 tahun asal Desa Tomberabu ll, Kecamatan Ende ini justru melihatnya sebagai rezeki. Meski harus butuh perjuangan keras, ia justru menemukan lembaran-lembaran rupiah di antara bongkahan batu-batu ini.
Setiap hari, ia meninggalkan rumahnya sejak pagi dan baru kembali petang hari. Dengan langkah tertatih-tatih, ia menyusuri jalan sejauh satu kilometer menuju Watu Gama.
Di bawah terik matahari, ia bermandi peluh sambil menghirup debu. Dengan peralatan seadanya, Berto mencungkil batu, memecahkannya, lalu memisahkannya sesuai ukuran masing-masing.
Berto sudah melakoni pekerjaan itu sejak 10 tahun lalu. Ia harus berjuang keras, mengais rejeki demi menghidupi keluarga dan menyekolahkan lima anaknya.
“Saya menjadi tulang punggung dalam rumah. Saya menggali batu ini lalu menjualnya demi mempertahankan hidup setiap hari dan bisa membiayai pendidikan untuk anak-anak,” tutur Berto.
Ia terlihat telaten menjalani pekerjaan itu. Dari usahanya, ia melayani permintaan batu berbagai ukuran untuk kepentingan proyek. Mulai dari batu ukuran 5:7, 3:5, 2:3, hingga kerikil.
Ia menjualnya dengan harga variatif. Rata-rata, untuk volume satu kali angkut menggunakan mobil dumptruck, ia menjualnya dengan harga Rp700 ribu.
Namun permintaan batu tergantung adanya kegiatan proyek. Selama pandemi Covid-19, banyak proyek fisik ditangguhkan sehingga rezeki penjual batu, termasuk Berto pun, menurun.
Sebetulnya, Berto juga memiliki kebun kemiri. Namun panenan yang hanya sekali setahun dan harga biji kemiri yang sangat murah, tidak cukup untuk biaya hidup keluarga dan pendidikan anak-anaknya.
“Itu sebabnya saya harus kerja keras dengan cara menggali dan menjadi pedagang batu karena panenan kemiri tidak cukup untuk membiayai keperluan keluarga dan biaya sekolah anak-anak,” katanya.
Ia berharap, pemerintah atau orang-orang baik bisa membantunya. Berto membutuhkan bantuan peralatan kerja berupa beberapa jenis hamar, pahat beton, hingga linggis.
Kontributor: Nasan Kua
Editor: Yohanes