Pergi

Satu dua berbaris,

Pergi meninggalkan kerumunan,

Ada yang berbaris rapi,

Ada yang berantakan

Sepert itulah, 

datang lalu pergi, 

mungkin akhirnya hidup.

 

Datang

Datanglah kemari,

Tak perlu takut jemarimu kotor

Kau lahir kotor, sabda kitab sucimu demikian,

Sekarang, datanglah dan rasailah kotornya itu

Kau sudah terlalu lama bermain lumpur,

Biarkan yang tidak mau datang,

Lepaskan saja, suatu hari, 

Entah kapan, di awal atau akhirat,

Semuanya jelas.

Datanglah kemari.

 

Meja Hijau

Sudahlah…

Matamu tidak seperti mataku

Kau tahu semua,

Tapi tidak paham.

Mejamu belum hijau,

Kau belum layak duduk menghakimi.

Jangan adili perkara

Meja hijaumu masih bersimbah berdarah.

 

*Penulis lahir di Manggarai Timur, sekarang tinggal di Yogyakarta.