Oleh: Karolina Dese, S.Pd
Perjuangan melawan penyebaran Covid-19 sudah memasuki satu tahun. Berdasarkan informasi dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, jumlah pasien yang terinfeksi virus Corona di Indonesia bertambah 10. 379 orang.
Penambahan pasien itu menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 1.099.687 orang (Kompas.com, 02/02/2021).
Penyebarannya yang sangat cepat membawa banyak pengaruh dan perubahan dalam berbagai lini kehidupan masyarakat, khususnya dalam dunia pendidikan.
Dalam bidang pendidikan ada perubahan mengenai proses belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang sebelumnya dilaksanakan di dalam kelas diubah menjadi proses belajar mengajar yang dilakukan secara daring (online learning).
Dalam hal ini proses belajar mengajar tidak dibuat secara langsung di sekolah, tetapi kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dari rumah secara daring.
Hal ini dibuat dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko penularan Covid-19.
Berhubungan dengan hal ini, Kemendikbut menerbitkan Surat Edaran No 15/2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Tujuan dari proses belajar dari rumah ialah memastikan pemenuhan hak peserta didik dan untuk mendapat pelayanan pendidikan selama masa darurat Covid-19.
Kemudian melindungi warga institusi pendidikan dari dampak buruk, mencegah penyebaran dan penularan dalam institusi pendidikan, serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial pagi pendidik, peserta didik, dan orangtua.
Namun demikian, pembelajaran secara daring (online) bukanlah suatu hal yang mudah untuk dijalankan. Sebab terdapat banyak prolem yang terjadi.
Problem dalam Pembelajaran Online
Kebijakan penyelenggaraan belajar dari rumah secara online merupakan langkah positif yang patut diapresiasi.
Bahwasannya pemerintah menaruh perhatian yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Khususnya bagi masa depan siswa yang merupakan generasi penerus bangsa.
Meskipun demikian, proses pembelajaran seperti ini menimbulkan berbagai problem bagi siswa.
Ada beberapa problem yang hemat saya sangat urgen untuk diangkat dalam tulisan sederhana ini.
Pertama, minimnya kesempatan berdiskusi dan bertanya. Aktivitas berdiskusi dan bertanya merupakan dua hal penting dalam proses belajar mengajar.
Melalui pertanyaan, pelajar bisa menggali lebih dalam materi yang dibahas dan melalui diskusi, wawasan pengetahuan pelajar semakin luas.
Akibat kurangnya waktu berdiskusi dan bertanya, pemahaman siswa akan materi yang dibahas sangat terbatas, sempit dan kurang mendalam.
Kedua, sikap masa bodoh. Sikap ini merupakan salah satu problem dalam pembelajaran online.
Hal ini disebabkan karena pelajar merasa bebas dari kontrol guru dan teman-teman sebaya.
Sehingga tidak heran kalau ia melakukan aktivitas lain ketika pelajaran online sedang berlangsung.
Sikap seperti ini membuat siswa tidak peduli dengan pelajaran yang sedang berlangsung. Artinya pelajar masuk dalam kelas online hanya untuk menulis nama di kolom cat lalu selanjutnya melakukan aktivitas lain seperti nonton film di youtube dan main game.
Sikap seperti ini hemat penulis sangat berpengaruh terhadap prestasi dan hasil belajar.
Ketiga, kurang menguasai teknologi. Dalam suatu lembaga pendidikan, tidak semua guru menguasai dan memahami cara menggunakan aplikasi dari teknologi yang berhubungan dengan pembelajaran online.
Hemat saya minimnya pemahaman dalam menguasai penggunaan aplikasi sangat berdampak pada proses belajar mengajar.
Salah satu dampaknya ialah bahwa guru tidak maksimal memberikan penjelasan terkait pelajaran yang sedang berlangsung.
Sementara itu siswa tidak bisa memahami dengan utuh penjelasan mengenai materi dari dosen yang bersangkutan.
Keempat, akses jaringan yang kurang stabil. Kondisi jaringan yang kurang stabil, khususnya jaringan internet turut berpengaruh terhadap pembelajaran online.
Dalam hal ini para guru sebagai pengajar akan mengalami kesulitan dalam memberikan materi atau menjelaskan sesuatu kepada siswa.
Demikian juga sebaliknya para siswa akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan belajar online serta mengumpulkan tugas-tugas sekolah.
Hemat saya, beberapa persoalan di atas akan berdampak pada sempitnya ruang berpikir.
Gejala menyempitnya ruang untuk berpikir dengan penyebab berbeda sudah sejak akhir perang dunia kedua menggelisahkan Hannah Arendt.
Arendt mengaitkan ketidaksanggupan seseorang untuk hening dengan ketidakmampuan menimbang mana yang baik dan yang buruk.
Arendt menyebutnya sebagai ketidaksanggupan untuk berpikir, thoughtlessness.
Ketiadaan berpikir membuat orang cenderung mengikuti pendapat orang banyak. Dalam jaringan sosial terhubung, gejala ini cukup kuat (B. Melkior Pando: 2014).
Dalam konteks pembelajaran online gejala menyempitnya ruang berpikir dipengaruhi oleh dua hal.
Pertama, realitas media sosial yang saling terhubung. Hemat saya realitas media sosial yang saling terhubung turut memberi pengaruh bagi proses belajar dan menyempitnya ruang berpikir.
Hal ini ditandai oleh sikap siswa yang sibuk untuk membalas pesan, memberi komentar daripada memperhatikan hal penting dari pelajaran yang sedang berlangsung.
Di sini, tampak bahwa siswa tidak bisa membedakan yang penting dan yang kurang penting, yang baik dan yang kurang baik.
Kedua, sikap siswa yang malas dan kurang kreatif. Sikap malas mempengaruhi para siswa untuk tidak berpikir.
Dalam konteks pembelajaran online, gejala ini tampak dalam sikap dan mentalitas siswa yang menerima materi secara utuh tanpa adanya pengembangan dan pendalaman pribadi secara kreatif. Hemat saya ini menjadi tanda bahwa ruang berpikir para siswa sangat sempit.
Kreativitas Belajar
Beberapa persoalan di atas merupakan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran online.
Persoalan ini tentu membuat proses belajar mengajar kurang efektif. Selain itu, banyak siswa yang mengalami kesulitan.
Hemat saya di tengah persoalan seperti ini mentalitas dan cara belajar siswa perlu diubah. Bahwa mengikuti pelajaran dengan motifasi mengisi absen dan hanya untuk mendengarkan tidak cukup. Tetapi lebih dari itu dibutuhkan kreativitas belajar.
Kreativitas belajar artinya para siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan oleh guru dalam kelas online, tetapi di luar itu, siswa harus membuat cara tersendiri dalam mengembangkan dan mendalami materi.
Cara mengembangkan materi pelajaran tersebut ialah melalui diskusi, membaca buku-buku di perpustakaan dan menulis karangan.
Hemat saya melalui metode-metode seperti ini para siswa bisa mencari, mendalami, dan mengembangkan materi yang diterima saat pelajaran berlangsung. Pertama, membuat diskusi.
Melalui diskusi siswa bisa mendalami materi yang telah diterima dari guru. Kedua, membaca buku-buku di Perpustakaan.
Dengan membiasakan diri membaca buku di Perpustakaan dan di tempat-tempat lain, pengetahuan siswa mengenai materi yang diperoleh guru akan bertambah.
Ketiga, menulis karangan. Aktivitas menulis karangan akan sangat membantu siswa dalam membentuk struktur dan cara berpikir yang runut.
Dalam hubungan dengan metode belajar, hal ini juga sangat membantu siswa dalam mendalami materi dan memperluas pemgetahuan.
Karena itu, jangan menjadikan problem yang terjadi sebagai tantangan yang menghambat proses belajar.
Tetapi, manfaatkan problem ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengetahuan.
Penulis adalah Staf Penganjar di SDI Nonggu, Manggarai Timur