*Antologi Puisi Sultan Musa

Aku, Kau dan Suluk Sajak

aku putih, pada  cahaya  sajakmu

kau putih, pada  nyawa  sajakku

tapi  kita  selalu  bersama  dalam  lembaran  aksara

segala  liku  pelik,  di lintas  kata

lembaran  seraya  berkata

teruntuk  denyut  putih,  merekam  ribuan  suluk  sajak

#2021

Kata yang Sedang Dirangkai

senampan  harum  kamboja

ranum  pesan  melanda

yang  bertaut  ranting  makna

getaran  putik  tercipta 

dengarlah,  relungan  asa

beradu  penuh  mekar  bahagia

taburlah,  lukisan  kata

bersemai  hatur  alu  pesona 

rauplah,  tuturan  aksara

berkelana  candu  ladang  cahaya

#2021

Nona dan Seikat Bunga Merah

Jendela  cerah  berbicara  baik

mengantarkan  simpul  hari  seribu  tujuan

dan  hari  ini Nona  masih  ingat cara  untuk  tersenyum

bersama  pemandangan  merinai  apik

Meja  sederhana  berteman  retak

tersaji  secangkir  teh  bersama  pujian  manis

dan  Nona  masih  rela  menyesap  aromanya

meski  takkan  kembali  berkabar  utuh 

Seikat  bunga  merah,

ditempatkan  Nona  di antara  peraduan  ruang

tersimpan  baik,  meski  telah  layu  sebagian

memantaskan  diri,  walau  merahnya  perlahan  pudar

Sesekali  Nona  menatap  seikat  bunga  merah  ini

dari  pantulan  cermin  berbingkai kayu,  mengatakan :

Ada  penantian  pasti  berakhir  di titian  temu

meski  malamnya  buka  ruang  rindu,

terus  menikmati  sendiri  di sisi  sepi

…..sembari menunggu  kabar  dari  hati

yang  tak  kunjung  bertamu

……selalu menembangkan  aksara  dari  puisi

yang  tak  terangkai  menyatu

Syahdu  Nona  berlayar  dalam  asa,

yang  ditimpakan  pada  seikat  bunga  merah

alunan  saka  hati  yang  tak  berujung

bahkan  bergelut  “belum  selesai” dari  masa  lalunya.

#2021

Sedaya Datang dan Pergia

Sebuah  sinar memancar

dari  sebuah  cerita  pada  apa  yang  datang

sinar  ini  hadir  bukan  tanpa  alasan

karena  bersamanya  ada  lantunan  harapan

Sebuah  cahaya  memantul

sejak  kesunyian  pada  apa  yang  pergi

cahaya  ini  ada  bukan  tanpa  jawaban

mungkin  dengannya  jiwa  bebas  yang  tak  terlupakan

Sedaya  memaknai  lebih  dalam….

upaya “berkawan” pada yang  datang 

dan “menerima”  pada  yang  pergi

mana  yang  menemanimu  pulang

…..datang  atau  pergi  ?

mana  yang  merajut  niscayamu

….pergi  atau  datang ?

#2021

SULTAN MUSA berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya – karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017.  Merupakan 10 Penulis Terbaik versi Negeri Kertas Awards Indonesia 2020. Karya tunggal terbarunya berjudul  “Titik  Koma” (2021). IG : @sultanamusa97 /@sultanatakata