*Cerpen
(Surat di Masa Pandemi)
Oleh: Yohanes Boli Jawang
Dear anak-anakku yang terkasih…
Salam damai Tuhan senantiasa beserta kita semua dan semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya. Awan begitu cerah dengan matahari yang terus bersinar congkak.
Masih pada waktu dan jam yang sama yakni datang ke sekolah, apel bersama, dan memulai pelajaran. Tapi sayangnya, hari-hari mulai menunjukan perbedaannya.
Tidak seperti bertingkah atau semacamnya karena spekulasi yang sudah mewarnai realitas, yang kadang membuat kita harus terjebak di dalamnya.
Hari-hari yang biasanya menyenangkan dan menggembirakan, sekarang selalu saja menghadirkan kebosanan dan rasa jenuh yang berkepanjangan.
Tidak seperti biasanya untuk kebersamaan yang selalu mewarnai hari-hari kita, karena sejujurnya kita mulai terpenjara oleh hari-hari kita.
Anak-anakku yang terkasih…
Masih ingatkah kalian kapan pertemuan kita yang terakhir? Ibu selalu mengingatnya, harapan yang sama juga dari ibu untuk kalian untuk tidak melupakannya.
Mentari yang semakin menyengat dan ibu terus menyuruh kalian untuk menghafal kosa kata yang menjadi kebiasaan setelah meninggalkan ruang kelas.
Beberapa dari kalian berhasil menghafalnya denga baik, sementara beberapa kalian selalu membuat ibu marah. Tapi pada ahkirnya mereka dapat menghafalnya dengan baik juga, sama halnya seperti mereka yang lain.
Kabar yang menyedihkan datang saat kita berkumpul bersama pada apel penutupan pulang. Kelas kita akan sampai pada hari ini karena untuk selanjutnya kita tidak akan bertemu secara langsung.
Mungkin bagi kalian akan sangat menyenangkan, tapi ibu dan bapak guru selalu mengkhawatirkan kalian. Tapi kini ibu sangat yakin bahwa kalian juga akan segera merasa bosan dan jenuh dengan situasi ini, dengan begitu kalian pasti akan merasakan rindu yang sama juga untuk mau berkumpul bersama.
Sesungguhnya kalian yang biasa bertemu dan bercanda bersama teman-teman yang lain, harus mengurung niat itu dan menyibukan diri dengan aktivitas pribadi di rumahmu secara pribadi.
Ibu tahu kalau kalian ingin untuk segera kembali berkumpul bersama, dan itu merupakan harapan kita semua.
Beberapa kunjungan yang dilakukan hanya untuk memastikan keberadaanmu dan bagaimana perkembangan studimu. Dunia mulai dirundung duka yang berkepanjangan.
Satu-satunya cara ibu dan bapa guru adalah memberimu motivasi karena selanjutnya akan menjadi tugasmu untuk memotivasi kalian menjadi lebih baik.
Kalau di sekolah selalu meninggalkan banyak pertanyaan untuk tugas yang harus kalian kerjakan, demikian situasi ini juga terlalu menyisahkan banyak tanya.
Anak-anakku yang terkasih…
Sejujurnya hati yang tak dapat berbohong untuk rindu yang terlalu kuat akan hadirmu. Untuk canda, tawa, ocehan, cemberut, hingga kenakalan kalian selalu menjadi aroma dalam rindu yang selalu mengiang dalam hati ini.
Kelas kosong tak berpenghuni dan halaman-halaman sepi tak ada yang menghiasi. kesana dan kemari adalah kesibukan yang menjadi rutinitas kalian, entalah apa yang sedang kamu cari. Gedung sekolah dan peralatan seakan kehilangan arti karena ketidakhadiranmu.
“Ibu merindukan kehadiran kalian anak-anakku yang terkasih, walau kadang membuat ibu marah, tapi ketahuilah bahwa kamu adalah bagian dari tanggung jawab ibu yang telah dipercaya” Menjaga, menerima, mendidik, dan mengasuh adalah bagian dari tugas yang dipercayakan kepada ibu untukmu semua.
“Sebagai kepala yang bertanggung jawab atas kehidupan studi kalian semua, ibu sebagai orang tua kalian juga sangat merindukan kalian semua anak-anakku” Menghadapi dunia global dengan kemajuan teknologi yang modern, ibu tidak ingin kalian ketinggalan ilmu dan ibu ingin kalian tetap berpacu pada waktu yang terlalu cepat berlalu.
Belajar dan menghafal beberapa kata itulah yang harus dan perlu kamu lakukan di setiap harimu. Karena kemungkinan yang masih mengantarai pertemuan kita.
Anak-anakku yang terkasih…
Pengalaman dan peristiwa yang sedang kita hadapi adalah sebagian dari dunia masa depan yang akan kalian hadapi.
Ibu dan kamu bahkan kita semua tentu mengharapkan semuanya akan berjalan dengan baik sesuai cita-cita kita bersama.
Namun kali ini realitas yang tak sesuai dengan ekspektasi yang kita idam-idamkan bersama. Kecewa, kesal, marah, bahkan putus asa, hingga kadang kita mesti menyalahkan situasi.
Kebersamaan kita pupus dihadang situasi kita yang teramat membosankan.
Tanamkanlah dalam diri kalian untuk tetap teguh dan tegar dalam situasi yang sulit ini.
Ruang kelas sudah tertinggal beberapa lama ini, papan tulis tak tercoret, dan kapur tak terkikis oleh goresan-goresan huruf. Rumahmu adalah tempat tinggal sekalian menjadi tempatmu belajar layaknya sekolah.
Ibu hanya bisa melihatmu dari kejauhan dan memberimu semua sedikit suguhan untuk pelajaran yang sempat tertunda.
Masa yang sangat membosankan namun memberimu pesan untuk bagaimana melihat masa depan. Masa yang masih menyisahkan tanya tapi juga menyisahkan tantangan yang masih menyamar.
“Semoga Tuhan selalu menyertai kalian dalam seluruh belajar dan kativitas kalian yang masih tertunda, tenanglah dan jangan pernah menyerah”
Anak-anakku yang terkasih…
Dunia masih dalam duka dan ini adalah duka kita semua. Jalan-jalan sepih hingga tempa ibadah pun menjadi kosong tak pernah dikunjungi. Kita sedih dan terluka oleh karena pandemi yang belum tahu kapan akan berakhir.
Sebagai anak didik, tentu kalian ingin lebih bebas dengan bersantai sesuai dengan situasi kalian. Namun mimpi harus terkubur oleh situasi yang tak menentu.
Berdiam dan tetap berada di rumah adalah jalan terbaik untuk berteduh. Untuk menghindar dan lari kita tak dapat karena menghadapi itulah yang kita punya.
Situasi sudah menyita banyak waktu untuk kita yang ingin bersama-sama. Ibu dan kalian semua pasti punya kerinduan yang sama untuk situasi yang akan segera berakhir.
Tapi sayangnya, tanda akhir tak pernah terihat dan duka yang kian mendalam, air mata dunia masih saja tertumpah meyaksikan kehidupan yang terbatas.
Anak-anakku yang terkasih…
Kita masih diliputi kekhawatiran yang mendalam. Hari-hari kita selalu dalam kehati-hatian, dan kita sesekali mesti berhenti dipersimpangan waktu untuk melihat kembali apa yang kita lewatkan. Cerita harian yang biasanya kita lewati harus terhenti dan sampai kapan itu masih dalam tanya yang berkepanjangan.
Anak-anakku yang terkasih…
Harapan besar dari kami, semoga kalian semua tetap tegar, semangat, dan jangan lupa untuk terus memperdalam apa yang sudah kamu peroleh.
Kami sudah memberikan apa yang berguna untuk masa depanmu, meski harus terhenti dan semuanya berjalan dalam jarak. Tapi kami yakin untuk kesungguhan kalian yang tetap setia pada kegiatan belajar kalian.
Akhirnya, kami menitipkan salam juga buat keluarga kalian yang elalu setia mendampingi kalian selama proses belajar di rumah.
Kami yakin bahwa semua keluarga kalian tentu punya kepedulian untuk masa depan kalian yang seakan terhalang oleh masa pandemi yang berkepanjangan.
Inilah realitas yang kadang tak esuai dengan ekspektasi. Tapi harapannya untuk cita-cita kalian tidak pupus oleh situasi yang sedang terjadi ini.
Anak-anakku yang terkasih…
Salam rindu dan doa dari ibu dan bapa guru selalu ada untuk kalian dan masa depan. Jangan lupa untuk dalam aktivitasmu di rumah dan doakan ibu dan bapa guru kalian.
Salam Hormat
Yohanes Boli Jawang adalah Mahasiswa S1 Filsafat Univesitas Parahyangan Bandung