Oleh: Yohanes Mau
Nuansa ruang kelas kampus hari ini tidak seperti kemarin-kemarin yang telah pergi. Suasana kelas tampak teduh dan khusyuk.
Para mahasiswa dengar penyajian materi dari Romo Mono yang tampak ganteng dan pintar. Sajian materinya menarik dan tak pernah membuat bosan para mahasiswa.
Banyak mahasiswi yang menyukainya secara diam-diam. Para mahasiswi ingin ungkap rasa cinta kepada Romo Mono tapi tak kesampaian.
Pada bagian penjelasan tertentu Romo Mono selalu menyebutkan satu mahasiswi sebagai contoh dalam penyajian materinya. Nama Moni selalu disebutkan dalam hari-hari selanjutnya.
Gadis bernama Moni ini pun merasa ada sesuatu yang lain. Ia merasa di balik ini sang Romo tampan ini pasti menginginkan sesuatu.
Malam pulang sesampainya di kos pun Moni tak bisa tidur. Dalam hati kecilnya ia bertanya, “Ada apa dengan Romo Mono?” Apakah ia ada menyimpan rasa cinta untuk saya?”
Pertanyaan ini tak membuatnya nyenyak dalam ranjang sepanjang malam panjang itu. Moni membalak-balik badan agar terlelap dalam tidur panjang untuk temu apa jawaban di balik perhatian Romo Mono hari ini.
Namun sayangnya mata Moni enggan pejam hingga mentari pagi menyapa. Ia mencoba buka jendela kamarnya dengar semilir pagi namun di sana pun tak ada jawabnya.
Ia mencoba menatap jauh kea rah timur nun jauh untuk melihat seperti apakah pancara mentari di awal hari ini. Mentari pun memancarkan sinarnya secara perlahan.
Ia mencoba tanya pada sapaan mentari pagi, juga tak ada jawabnya. Moni pun hanya diam dan membiarkan kisah itu berlanjut bersama waktu.
Setiap hari Moni mahasiswi berbodi bagus itu selalu tampil beda dari teman-teman mahasiswi lainnya. Ia juga pribadi yang pintar dan selalu disiplin.
Di balik keutamaan yang dimilikinya itu Romo Mono sedang menahan napas untuk memiliki gadis seksi berparas cantik itu. Dosen Teologi di kampus ternama ini selalu menyimpan asmara untuk gadis Moni yang bersahaja itu.
Suatu hari Bang Mono mendekati Moni dan berkomunikasi dengannya, “Mari dulu Enu e, kamu itu molas sekali. Saya suka dengan kamu selama ini.” “Ole, Romo jangan begitu e saya tidak mau berdosa e.”
Demikian jawab spontan dari Moni. “Iya Enu, kamu itu badan bagus dan dan lebih cantik dari teman-temanmu yang lain. Saya suka sekali dengan kamu.”
Romo Mono terus ungkapkan hasrat hatinya agar gadis cantik itu terbuahi oleh rayuan mautnya. Walaupun demikian Moni tidak muda jatuh cinta karena ia tidak ingin terjadi cinta terlarang di antara mereka berdua.
Dalam hati kecil bunga desa bersahaja itu berbunga kelopak-kelopak karena dosen ganteng yang berstatus sebagai Romo bisa jatuh cinta dengannya.
Siang ini tidak biasa seperti siang-siang kemarin. Usai kuliah teologi di kelas A Mono mendekati Moni dan menyapanya, “Enu, kamu tinggal di mana?”
“Romo, saya tinggal di kos.” “Kalau begitu saya antar kamu ke sana ya.” Begitulah tawaran dari Romo Mono.
“Romo, jangan begitu, saya sudah biasa jalan kaki bersama teman-teman saya. Biar saya jalan saja Romo, saya malu e kalau Romo antar ke sana. Nanti orang bilang apa sudah,” tegas Moni.
“Ah, tidak apa Enu, saya antar habis langsung pulang, jadi aman saja. Tidak usa sibuk dengan mereka itu.”
Dengan berat hati siang ini gadis bersahaja itu diantar oleh Romo Mono dengan boncengan motor Megapro-nya. Hari berganti hari relasi di antara keduanya semakin mendalam sedalamnya laut.
Pagi ini Moni lebih awal berada di sekolah untuk melihat daftar pembagian kelompok pendampingan. Moni gadis suci itu membaca daftar nama yang tertempel di papan informasi itu secara satu persatu hingga menemukan namanya tertulis di sana.
Ternyata namanya termasuk dalam kelompok bimbingan Romo Mono. Ia menepuk dada, “Adu Mama e, mengapa saya harus bimbingan dengan dia ini.” Aneka rasa mulai muncul dalam hati kecilnya.
Ada rasa takut dan gegabah hati. Nantinya relasi mereka semakin mendalam dan terus mendalam.
Walaupun demikian ia tetap kuatkan hati untuk hadapi semuanya itu dengan hangat senyum walau di dalam hati ada mau-maunya juga.
Berdasarkan program dari kampus pada hari ke dua puluh dua pada bulan ketujuh tahun ini ada pertemuan khusus bersama kelompok bimbingannya masing-masing.
Dalam pertemuan itu aneka hal yang dibahas demi masa depan mahasiswa yang lebih baik. Romo Mono memberikan percikan sejuk lewat wejangan-wejangan yang indah.
Para mahasiswa semakin senang untuk mendengarnya. Bahkan waktu pertemuan telah usai pun anak-anak masih mau mendengarkannya.
Namun karena matahari sudah tenggelam maka mereka pun kembali kepada malamnya masing-masing dengan segala kesibukannya.
Moni melukis masa depannya dengan caranya tersendiri. Memang Romo Mono memiliki keunikan tersendiri sehingga membuat gadis-gadis di kampus itu terpaut hati kepadanya.
Saling kontak antara Romo Mono dan Moni pun berawal dari panggilan pertama dari Romo Mono.
Pada senja yang lenggang di kamar kos nan sepi ting, ting, ting ding, ting, HP Moni berdering. Moni bergegas terima telepon, ternyata itu ada panggilan masuk dari Romo Mono.
“Halo Enu, ini saya Romo Mono, besok sore kamu datang ke pastoran karena kita mau omong sedikit tentang beberapa hal praktis tentang tugas akhir dari kampus itu.”
“Iya Romo, nanti saya ke sana.” Tanpa pikir panjang Moni bergegas ke rumah pastoran.
“Selamat sore Romo, Selamat sore Enu, mari masuk. Sambil mempersilakan Enu Moni masuk ke ruang tamu pribadinya. Di ruang tamu pribadi itu mereka bincang lama hingga larut malam.
Romo Mono duduk semakin mendekat dan bisik di tengah Moni, “Enu, sudah malam ini besok pagi baru pulang saja e.
”Enu hanya diam dan mengikuti apa yang Romo Mono inginkan sepanjang malam itu. Pada malam panjang itulah terjadi cinta terlarang antara gadis bersahaja Moni dan Romo Mono.
Romo Mono rela menanggalkan janji selibatnya hanya demi hasrat nikmat sesaat. Kemurnian gadis sahaja Moni terenggut oleh nafsu liar Romo Mono. Benarlah kata dalam Kitab Suci, Roh Memang kuat tapi daging lemah.
Dalam hari-hari perkuliahan selanjutnya perhatian dan cinta Romo Mono dan Moni makin mesrah saja.
Moni pun sering kunjung-kunjung ke Rumah pastoran untuk konsultasi dan aneka aktivitas percintaannya. Kisah cinta asmara antara keduanya makin menggila bahkan saat Moni pulang liburan di kampung pun Romo Mono ikut berlibur di sana bersama Moni.
Saat di kampung Moni, Romo Mono menyamarnya menjadi teman biasa dari Moni. Suatu hari Mama Moni sempat tanya, Enu, ini siapa sudah?”
“Mama, itu teman kuliah saya dari kampus.” Jawab Moni menyembunyikannya. “Kalau begitu baiklah Enu selamat menikmati liburan.”
Cinta terlarang di antara Moni dan Romo Mono terjadi selama satu minggu penuh saat liburan. Seolah keduanya berbulan madu di balik topeng.
Mama yang adalah ibu hidup ditipu demi hasrat sesaat bersama dosennya sendiri yang notabene adalah seorang pastor.
Pastor sekolah tinggi, namun segala hasratnya buta huruf alias tidak sekolah dan bisa berkeliaran tanpa arah menuju puas dan bahagia.
Hasil dari cinta terlarang Moni dan Mono itu membuahkan kehidupan baru. Walaupun demikian relasi keduanya tetap akur.
Pada suatu waktu Anton tunangan Moni yang studi di Jawa telah selesai dan pulang kampung. Anton sudah lama menahan rindu selama empat tahun.
Ia pun tak mau tahan lama-lama untuk memiliki Moni secara penuh. Pada akhirnya Moni dan Anton menjalin relasi cinta semakin mesrah karena kedua keluarganya sudah merestui secara adat. Mereka sudah mulai hidup bersama layak suami dan istri.
Padahal Anton tidak tahu cinta terlarang yang telah terjadi di antara Moni dan Romo Mono. Buah hati yang sedang dikandung itu adalah hasil dari cinta terlarang.
Waktu terus berlalu Moni melahirkan anak pertama dalam keluarganya. Anton sangat bahagia karena kini dia merasa berarti dalam keluarga dan masyarakat.
Kini dia tidak hanya dipanggil Anton saja tapi kita sudah disapa Bapak Anton. Di balik bahagia Anton itu sebenarnya hati Moni hancur karena telah berdusta terhadap Anton.
Ia telah berdosa dan tidak setia mencintai Anton secara penuh. Pernikahan yang terjadi pun hanya demi mengelabui cinta terlarang yang pernah terjadi dengan Romo Mono.
Hati kecilnya menangis pilu tak tertahankan di tapak-tapak panjang relasi cinta keluarga mereka. Namun mau bilang apa lagi.
Hasrat daging lebih kuat dari Roh untuk bertahan dalam setia. Menyesal kemudian tiada guna lagi.
Menyesal tua hanya menambah luka di dada tanpa tahu entalah sampai kapan sembuhnya.
Beberapa tahun lamanya bahtera keluarga Moni dan Anton berlangsung harmonis. Keluarga dan orang-orang kampung bahagia menyaksikan bahagia yang dilakonkan sejoli keluarga muda itu.
Entahlah kenapa suatu senja, entah apalah yang merasuki hati Romo Mono. Ia mengirimkan pesan via WhatsApp kepada Moni yang isinya, “Sayang, bagaimana keadaan saya punya anak itu?” Jaga dia baik-baik saya punya anak itu e, saya tidak mau terjadi apa-apa dengan anak saya itu.”
Saat itu handpond Moni tertinggal di meja ruang tamu sedangkan Moni sedang mandi di kamar mandi. Pada saat itulah Anton membuka semua pesan yang masuk dari Romo Mono.
Anton sedih dan menangis tanpa memberitahukan semuanya itu kepada istrinya. Anton hanya dengan sabar menunggu kejujuran dari Moni.
Namun dalam lamanya waktu Moni pun diam saja, tak ada keterbukaan diantara mereka. Hati Anton sedih dan semakin hari rasa kecewa hingga pudarlah rasa cinta kepada Moni.
Hal itu dirasa oleh Moni, tapi berat untuk jujur kepada kekasih hatinya tentang cinta terlarang itu.
Sebelum senja pamit hari Sabtu pekan pertama dalam bulan ini Anton mendekati Moni dan bisik di telinganya, “Moni, telah lama kita menjalin relasi cinta namun sayangnya kamu telah membenci aku.
Kamu tidak jujur sama aku. Selama masa studiku di Jawa aku tak pernah berelasi cinta dengan siapa pun karena demi setia diantara kita. Aku sungguh merawat dan melestarikan cinta di antara kita namun kamu telah merusaknya hanya demi hasrat dan ego pribadimu.
Sekarang, izinkanlah aku pergi bersama buah hati ini. Mungkin engkau tercipta bukan untukku.”
Moni berusaha memeluk erat tubuh Anton dan mohon maaf kepadanya, “Sayang, maafkanlah aku karena aku lemah.” ”Aku memaafkanmu Moni tapi kita tak bisa bersatu untuk selamanya.
“Selamat tinggal kasihku, biarlah aku pergi dengan buah hati ini menuju hidup yang menghidupkan.”
Anton pergi membawa buah hati itu dan merawatnya dengan penuh cinta, sedangkan Moni sedang memilih untuk hidup sendirian hingga saat ini.”
Menjalin relasi cinta jangan hanyut oleh hasrat cinta eros tapi pupukilah relasi cinta dengan cinta agape untuk keharmonisan cinta di esok yang baru menuju puncak bahagia dalam bahtera keluarga.
Catatan:
- Moni, Mono, dan Anton bukanlah nama sebenarnya.
- Enu adalah sapaan khusus untuk gadis Manggarai.
- Kos adalah kamar yang disewah siapa pun untuk tinggal beberapa waktu berdasarkan aturan khusus dari pemilik rumah kos.
- Romo adalah sapaan untuk pastor.
- Pastoran adalah sebutan untuk rumah hunian untu pastor.
Yohanes Mau adalah warga Belu Utara-NTT- Indonesia. Kini sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika