Akhir Kisah
Alam seakan redup
Dan angin sepertinya menghela nafas
Kisah telah berakhir
Untukmu yang terkasih
Dalam tidur panjangmu
Untuk sebuah mimpi yang tak pernah usai
Kami selalu mencintaimu
Akhir kisahmu,
Kami tak punya apa-apa yang berharga
Tapi rindu dalam doa selalu untukmu
Doa kami mengiringi langkahmu
#Pemulung Kata
Requesta In Pace
Sebuah kepergian tanpa kepulangan
Ayah…
Canda, tawa, yang selalu hadir,
Pupus sudah bersama hari ini
Waktu akan terus berlalu
Tapi semua telah berubah
Ayah…
Cinta kami selalu untukmu
Kami rindu
Ayah,
Kami mencintaimu
***
Saat mentari berubah jadi perak
Beranda menjadi tempat kita berbagi cerita
Di tanganmu,
Gitar tua milikmu sudah kau petik
Lantunan tembang manis darimu,
Menghibur sore menyambut senja
Bahkan malam pun kau sambut dengan melodi indah gitar tua,
Ayah,
Senja hampir tenggelam
Canda, tawa, di beranda
Segelas teh hangat sudah siap
Lalu kita nikmati bersama
Gitar tua tak pernah berpindah
Kau petik dengan indah, menghibur
Ayah,
Mengapa begini,
Gitar tua tergeletak
Dan kau tak kunjung bangun
Kau terlarut dalam tidur panjangmu
Ayah,
Melodi gitar tua sudah usai
Berganti linangan air mata
Menatapmu terbujur kaku,
Dan kisah pun harus berhenti
Ayah,
Kami merindukanmu
Kami rindu melodi gitar tua milikmu,
Mengapa?
Dunia semakin sibuk
Kasak-kusuk sudah menjadi hal biasa
Dunia sudah tak berjarak
Semakin tahu dan menahu
Tak ada yang praktis
Media sibuk
Lalu mengapa?
Syair Untukmu
Di kala malam mulai terlelap
Ku rangkaikan kata ini bersama keheningan malam
Disaat itu mungkin rembulan masih merasa malu
Bercahaya kabut kelabu di balik awan
Bintang-bintang mulai berkedip di bawah langit malam
***
Dan untukmu
Sinar cerah dari wajahmu
Menghias malam
Mawar jingga ikut tersenyum
***
Di sudut taman
Sepasang bangku tua masih menjadi tempat biasa
Masih setia sedari dulu,
Di taman,
Bangku tua masih selalu ada
#PemulungKata,
Ada Rindu dalam Doa Kami
(untukmu yang kami cintai, kamu sudah pergi, kami sangat mencitaimu semua, tapi Tuhan lebih mencintaimu)
***
Saat mentari mulai tersenyum
Dan hari sudah meninggalkan malam
Tak seperti biasanya,
Segelas, teh, kopi, sepiring jagung titi
Menemani kita memulai hari
***
Lalu sesegera kau beranjak
Mungkin tak ingin mentari melihatmu
Kau sudah mendahului waktu
Di sana kau berpayung mentari yang semakin panas
Tak berkeluh, namun tetap berpeluh dan kau beri senyum indah pada alam
***
Untukmu,
Ada cerita tentang ketegaran, pengorbanan, ketulusan, kederhanaan
Ada lagi tentang perjuangan untuk hidupmu, tapi juga bagi kami yang masih tak berdaya
Dan lagi canda, tawa, juga gitar tua
Aku ingat semua tentangmu dan tentang kita
***
Biar waktu akan terus berlalu
Namun aku tak ingin kisahmu berlalu
Kembali aku goreskan semuanya
Sesaat setelah kau tak pernah kembali
***
Saat senja mulai menyambut malam
Aku tak punya apa-apa
Kisah tentang kita harus berakhir
Kau memulia kisah dalam mimpimu yang tak pernah berakhir
Dalam tidur panjangmu yang tak mungkin kembali
***
Untukmu,
Kami mencintaimu
Kamu tak lagi lelah
Deritamu sudah usai,
Selamat beristirahat panjang untukmu
***
Kami mengelilingi dengan air mata duka
Namun kau tak pernah peduli
Tenanglah di sana
Kami merindukanmu dalam doa-doa kami
#Pemulung Kata,
Hanya Perlu Kepastian
Ke sana dan ke mari
Jalan-jalan mulai sepih
Manusia semakin tahu
Dunia mulai menyendiri
Dari sudut-sudut kota, mulai terlukis kisah pilu
Lagi-lagi orang mulai disibukan
Semacam spekulasi,
Yang mungkin juga tak tentu
Dari ujung-ujung kampung
Orang mulai bertanya-tanya
Ah…Macam apa ini?
Di ujung jalan selalu ada penantian
Kepastian bukan kepanikan
#Pemulung Kata
Hari Itu Kembali Lagi, Saat Kau Ikat janji Bagi-Nya
Dalam langkah yang hening
Kau tegak berdiri
Tak ada kata yang kau ucap,
Syair suci mengiringi mu ke altar
Saat itu, kau memulai langkah dengan tanda salib
Lagi-lagi di depan altar-Nya
Kau tegap berdiri
Dan kau katakan “siap” bagi-Nya
Citamu sudah kau ikat dalam janji suci bagi-Nya
Bagi-Nya engkau untuk selamanya.
#Pemulung Kata
Yohanes Boli Jawang adalah Mahasiswa S1 Filsafat Univesitas Parahyangan Bandung