Vox NTT- Kota Beirut Lebanon dijuluki sebagai Paris di Timur Tengah. Di sinilah para pengunjung mancanegara dapat mengecap pergaulan antara budaya barat dan budaya timur.
Hotel-hotel mewah diisi oleh pebisinis dan turis. Sementara kampus dan cafe diramaikan oleh perdebatan ideologi, seperti Marxsisme, Arabisme, hingga Ilslamisme.
Malam hari, di bar dan club malam tidak pernah sepi. Bagi semua orang, Beirut adalah cerminan akan harapan masa depan cerah di Lebanon.
“Harapan yang kandas karena beberapa dekade kemudian Lebanon terjerumus dalam perang sipil hingga invasi asing. Hilang sudah debat akademis dan liburan panjang. Kini hanya ada nestapa, dendam dan pembantaian. Beirut kini menampung dua kamp Pengunsi Palestina, Zabra dan Shatila,” ujar Arya Sidharta, dalam chanel Yutube Hipotesa, 23 Juli lalu.
Negara Tanpa Bangsa
Sejak masa kuno di daerah Lebanon kerap diduduki oleh berbagai kekuasaan asing dari Alexander Agung hingga Romawi.
Selama berabad-abad, Kekristenan berkembang di Lebanon, namun sejak abad ke-7 penaklukan Islam datang.
Meski kerap mengalami diskriminasi Kaum Kristen Maronaik tetap bertekad mempertahankan identitas dan keberadaan mereka.
Wajar mereka memiliki kesan lebih baik di Eropa khususnya Perancis dan Gereja Katolik Roma dibandingkan negara tetangga Arab mereka.
Sejarah panjang ini serta beberapa faktor lainnya mendorong masyarakat Lebanon untuk mengembangkan identitas yang unik bahkan kadang bertentangan dengan tetangga yakni Arab dan Muslim disekeliling mereka.
Pada tahun 1920 Prancis mendapat mandat untuk berkuasa atas Lebanon yang dulunya berada di bawah Kekaisaran Ottoman dan pada Tahun 1943 atas diplomasi Kaum Kristen Lebanon di berikan kemerdekaan.
Hanya saja, Lebanon sudah terisi dengan banyak Kaum Sunni dan segelintir Kaum Syah alhasil Lebanon juga menerapkan sistem yang aneh.
Di Lebanon, posisi Presiden dan Panglima Angkatan Bersenjata wajib diisi oleh Kaum Kristen, Perdana Mentri oleh Muslim Sunni dan diwakili oleh Kristen Ortodoks, dan Muslim Syah menjadi Ketua DPR yang diinspirasi 5:6 antar-Muslim dan Kristen.
Sistem ini dibentuk untuk memastikan bahwa setiap umat beragama memiliki posisi dalam pemerintahan.
“Namun dalam praktiknya hanya di dominasikan oleh Kaum Kristen di atas Kaum Sunni dan memastikan Kaum Syah memiliki posisi paling rendah di Lebanon. Secarah sosial Kaum Syah yang sebagian besar tinggal di perkampungan di selatan Lebanon juga kerap diabaikan dalam hal pendidikan dan pembangunan. Beberapa Tokoh Syah seperti Imam Musa Al-Sadr giat memperjuangkan hak-hak Kaum Syah dengan mendirikan organisasi AMAL dia juga menuntut reformasi politik di Lebanon demi menyelesaikan masalah diskriminasi, hanya saja tidak semua masalah datang dari dalam negeri,” komentar Arya.
Tetanggaku, Masalahku
Pada tahun 1948 Israel memproklamasikan kemerdekaannya. Kemerdekaan ini tidak diakui oleh negara-negara tetangga.
Alhasil Perang Arab dan Israel pun terjadi dengan bantuan Negara- Negara Arab lain seperti Yordania, Mesir menduduki Tepi Barat dan Gaza demi melanjutkan serangan ke Israel.
Upaya mereka tetap gagal. Israel berhasil memukul mundur Yordania dan Mesir serta mengusir ribuan Warga Arab di Palestina. Sebagian melarikan diri ke Yordania dan sebagian ke Lebanon.
Milisti Palestina, PLO membangun markas mereka di Yordania untuk terus berjuang. Awalnya keberadaan mereka ditoleransi, namun berlahan-lahan mereka mulai melawan pemerintahan Yordania dan memeras Pengungsi Palestina.
“Mereka kerap melanggar hukum membajak pesawat sipil dan mencoba membunuh Raja Hussein 2 kali. Pejuang Palestina inilah yang melanjutkan perjuangan Bangsa Arab setelah kekalahanya dalam perang enam hari. Raja Hussein tegas dalam melawan Pejuang Palestina yang bertindak semena-mena di wilayahnya,” jelasnya.
Pada tahun 1970 Kerajaan Yordania dengan bantuan dari perwira kelahiran Pakistan Jend. Muhammad Zia Ul-Haq berupaya membasmi PLO dari perkotaan hinggah camp-camp pengunsi sel-sel PLO dibasmi. Pertempuran di Aman berlangsung selama sepuluh hari.
Perlahan-lahan, pasukan, artileri dan tank milik Raja Hussein membuahkan hasil. Ribuan sudah tewas ketika Raja Hussein yang menang dan berhasil menandatangani gencatan senjata dengan Arfat di Kairo. Akibatnya mereka berpindah ke Lebanon.
Pandangan masyarakat akan kehadiran PLO dan Pengungsi Palestina sangatlah beragam. Kaum Kristen mencurigai mereka karena mereka bisa saja mengulang apa yang meraka lakukan di Yordania.
Kaum Sunni dan sekuler menerima mereka karena Warga Palestina dapat menambah jumlah Sunni di Lebanon atau mengurangi kekuasaan pemerintah.
Dan kaum Syah takut akan mereka karena mereka dapat mengundang agresi militer Israel ke perkampungan mereka. Lagi pula Sunni maupun Kristen sama saja dalam mendiskriminasi Kaum Syah.
Salah – Menyalahkan
Pada Tanggal 13 April 1975, Pierre Gemayel pemimpin Partai Kristen Flancis tengah beribadah di Gereja St. Maron.
Ketika mobil berisi milisi Palestina datang dan menembakan senjatanya ke udara.
Merasa terancam Flancis menyerang dan pada akhirnya seorang Palestina dan tiga orang Flancis tewas.
Tak lama kemudian sebuah bus yang berisi orang – orang Palestina diserang lagi oleh kelompok Flancis dan 14 orang tewas.
“Menurut Flancis bus tersebut mebawa milisi Palestina yang hendak balas dendam sementara PLO mengatakan bahwa ada pengunsi di bus tersebut. Ada yang bermula sehingga saling menuduh menjadi saling serang dan dari saling serang berujung pada perang sipil. Ada banyak faksi yang terlibat dalam perang sipil di Lebanon. Namun di antara semuanya ada 3 faksi yang paling signifikan. Di satu sisi ada Beirut PLO yang dipimpin Yassir Arfat dan sekutunya LNM di bawah pimpinan Kamal Jumblat dan di sisi lain perkumpulan Milisi Kristen sayap kanan LF dibawa pimpinan Bachir Gemayel yang beraliansi dengan musuh berbuyutan PLO Israe,” jelas Arya.
Beirut pun terbagi menjadi 2: Beirut Timur diduduki oleh Kristen dan Barat diduduki oleh Muslim.
Kaum Syah tidak memiliki sekutu yang kuat gerakan amal mereka tidak sekuat LNM atau LF. Namun pada tahun 1979 harapan bagi Kaum Syah muncul, di Iran kaum Syah di bawah pimpinan Ayahtolah Fomeni baru saja mengambil kekuasaan dan bertekat meyebarkan refolusi Islam serupa ke Timur Tengah.
Lebanon adalah target sempurna karena seluruh kebencian pemerintahaannya tertujuh kepada kaum Sunni dan PLO.
Israel dan Bibit Hezbollah
Pada Tanggal 6 juni 1982 hal yang ditakuti Kaum Syah terjadi. Israel telah menyerang Lebanon di tiga front.
Israel mengklaim akan membasmi Markas PLO sejauh 25 mil dari perbatasan Israel. Israel menyerang Lebanon untuk membasmi PLO.
Perkampungan Syah pun menjadi sasaran. Namun, sementara Israel sibuk, seorang Imam Syah yakni Syeikh Sobhi Tufayli melihat ini sebagai kesempatan. Ia segera mengunjungi Iran.
“Beberapa hari kemudian ribuan tentara Iran sampai di Suriah dan membangun markas di perbatasan Lebanon. Dari sana mereka mulai menginfiltrasikan daerah- daerah Syah. Ali- ali menyerbu Israel mereka malah menyebarkan ajaran –ajaran Komeni dan propaganda anti Israel secara diam- diam. Selain kepada pedesan Iran mereka juga menyebarkan ke Kaum Syah di perkotaan. Gerakan AMAL yang memperjuangkan hak Syah dianggap terlalu lunak dan di gantikan dengan yang lebih revolusioner. Faktor kemiskinan, serangan Israel serta kurangnya perhatian dari pemerintahan membuat gerakan radikalisme kaum Syah membeludak gerakan radikalisme inilah yang akan berujung pada pembentukan Hezbollah,” demikian Arya.
Kebangkitan Hezbollah
Pada tahun 1985 Israel meninggalkan Lebanon tapi tetap menduduki Lebanon Selatan.
Hal ini sangat menguntungkan bagi Hezbollah karena propagandanya makin terbukti bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai sampai Israel dihancurkan oleh Hezbollah tentunya.
Dengan melabeli dirinya sebagai pejuang- pejuang anti Israel. Hezbollah diperbolehkan untuk menambah persenjatan sementara milisi lain dilarang.
Pelan namun pasti Hezbollah mendominasi Lebanon sementara kelompok lain sudah lelah berjuang yang mereka perlukan tinggal sekutu negara lain selain Iran.
Sekutu ini adalah Suriah. Pada tahun 1990 Suriah kembali menyerang Lebanon. Pemimpin Suriah Hafez Al- Assad melakukan hal ini untuk membendung Israel dan mencegah serangan Israel ke Suriah.
Atas alasan ini Hezbollah dan Suriah menjadi sekutu dan Lebanon dikuasai oleh keduanya.
Awalnya banyak masyarakat Lebanon belum menyadari akan hal ini. Dengan bantuan Suriah Lebanon memilih Rafiq Hariri sebagai Perdana Menteri baru.
Pada 1992 Hezbollah justru sangat membantu mengusir Israel dari Lebanon dan mulai masuk ke politik lalu Hariri mulai merasa terhambat oleh kehadiran Militer Suriah dan militansi Hezbollah.
Berkali – kali dia bertentangan dengan Asad dan petinggi – petinggi Hezbollah dan pada tanggal 14 Februari 2005 dia dibunuh.
Perdana Menteri Rafiq Hariri meninggal akibat ledakan di Beirut, kejadian ini telah menguncang Lebanon dan seluruh dunia.
Awalnya pelaku belum diketahui namun masyarakat Lebanon memiliki dugaan yang sangat kuat bahwa anggota Hezbollah adalah dalang utama dari pembunuhan ini.
“Barulah mereka menyadari bahwa bantuan dari Hezbollah dan Suriah tidak datang dengan cuma- cuma. Demonstrasi menyebar di seluruh Lebanon. Kaum oposisi sekuler dan liberal dan muslim turut berpartisipasi namun semua sudah terlambat. Protes ini diberantas oleh Pemerintahan Lebanon. Oposisi diculik dan dibunuh oleh Hezbollah, kaum kiri dibasmi dan Kaum Syah dituntut taat akan versi Islam Komeni. Dengan meninggalnya Hariri, Iran secara tidak langsung menyatakan perang terhadap Arab Saudi yang dekat dengan Hariri. Namun layaknya Iran, Arab Saudi juga akan membalas dengan menyebarkan pengaruhnya ke Timur Tengah. Pada tanggal 31 Agustus 1978 Imam Musa Al-Sadr menghilang ketika berkunjung ke Libya. Tanpa sosok Imam Sadr Hezbollah dengan mudah menambah dukungan kaum Syah dalam mendominasi Lebanon. Hezbollah diklasifikasikan sebagai kelompok teror oleh Amerika Serikat dan Israel. Meski demikian Hezbollah masih mendominasi Lebanon hingga saat ini,” tutupnya.
Tulisan di atas sebagian besar diambil dari Chanel Yutube Hipotesa. Untuk menonton videonya Anda bisa mengunjungi chanel tersebut.
Penulis: Ronis Natom