*Cerpen
Oleh: Yohanes Boli Jawang
Sore sudah menjemput senja. Di ufuk timur mentari sudah bersinar perak dan awan kelabu mengapitinya.
Burung-burung berkicau merdu menyambut malam. Hawa dingin mulai terasa mengusik. Riak-riak dari jalan-jalan kota tak pernah berhenti.
Dari bukit, tepat di pinggir taman doa Toni duduk menatap ke arah patung yang terletak di tengah taman. Hari ini rupanya Toni bersiap lebih awal, sehingga bisa lebih dahulu menuju taman doa.
Sore ini, seperti yang sudah tertera pada jadwal, akan diadakan doa bersama di taman doa.
***
Toni adalah seorang mahasiswa dengan status sebagai seorang remaja yang juga sedang meniliti panggilannya. Tak terasa sudah hampir empat tahun Toni tinggal dan hidup sebagai seorang mahasiswa sekaligus sebagai seorang calon biarawan.
Berstatus sebagai seorang mahasiswa, Toni selalu berusaha untuk mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan intelektualnya agar dapat berpikir dan bertindak dengan baik, tapi juga sebagai seorang calon biarawan.
Toni juga selalu berusaha mengembangkan hal-hal spiritual dalam dirinya, sehingga kelak dapat menjadi seorang biarawan yang baik.
Liburan semester sudah berjalan satu minggu. Oleh karena itu, kegiatan harian agar berbeda dari kegiatan harian saat sedang kuliah. Banyak waktu untuk selalu bersama-sama di komunitas.
Berbeda dari saat-saat kuliah, banyak waktu digunakan untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas kampus. Di tengah kesibukan libur panjang di komunitas, Toni selalu menyempatkan diri untuk membaca dan menulis beberapa baris kalimat juga sajak. “Biar otak nggak mandek ketika awal perkuliahan akan di mulai” demikian ucap Toni dalam nada canda.
***
Malam itu setelah rekreasi bersama, Toni menyempatkan beberapa menit untuk melihat beranda facebook. Beranda demi beradan ia lihat dan baca satu persatu dengan teliti.
Maklumlah bagi Toni sebagai seorang mahasiswa yang juga sedang berselancar dengan tulis-menulis di dunia beranda facebook.
Tepat di pertengahan beranda, Toni berhenti sejenak dan membaca sajak-sajak itu penuh teliti. Entah siapa pemilik sajak itu, Toni mulai penasaran dengan sosok pemilik sajak itu.
Saat itu tepat hari ulang tahun Toni. Satu baris komentar Toni masukan dalam beranda tepat di bawah sajak indah itu. Rupanya warna biru masih menyala, menjadi tanda sang pemilik sajak masih juga berselancar dalam dunia beranda.
Tak menunggu waktu yang lama, sesaat kemudian, beberapa baris komentar muncul dari pemilik sajak. Ucapan selamat ulang tahun mengawali komentar, diikuti beberapa baris respon dari komentar awal Toni.
Toni tersenyum sendiri sembari membalas lagi komentarnya yang keduanya. Rupanya pemilik sajak juga seperti memberi senyum yang indah lewat responnya yang sangat menarik dalam kolom komentar.
***
“Ah… jadi penasaran nih sama dia! Ungkap Toni sembari tersenyum. Di samping beranda ada kolom chat. Tak segan-segan, Toni mengarahkan kursor pada monitor tepat di kolom chat. “Hay dek, selamat siang! Toni membuka percakapan.
Mungkin pemilik sajak masih terjaga di beranda. “Hallo kak, Selamat siang juga. Selamat Ulang Tahun” Demikian balas Lely. Percakapan mulai berlanjut dengan perkenalan.
Lely adalah seorang mahasiswa semester akhir di sebuah universitas. Saat ini sedang menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar perdananya.
Untuk perkenalan tak menunggu waktu lama. Rupanya Toni dan Lely sudah saling kenal dalam dunia beranda dengan komentar-komentar yang selalu memenuhi isi beranda. Sajak seakan menjadi perantara perkenalan awal mereka.
Sesaat seudah perkenalan, semuanya kembali seperti semula. Toni kembali pada aktivitasnya menikmati liburan bersama teman-teman sekomunitas. Sedangkan Lely rupanya sibuk menyelesaikan tugas akhirnya.
Sesekali Toni selalu mampir di kolom chat tepat di nama Lely dan mengirim beberapa baris pesan. Tak menunggu waktu lama, Lely merespon pesan Toni.
Hari demi hari keduanya semakin akrab, meski perkenalannya hanya melalui beranda facebook.
Terkadang bila waktu memungkinkan, Toni dan Lely sering bertukar pendapat meski hanya melalui kolom chat. Toni dan Lely sudah sangat akrab. Komentar berbareng canda dan tawa selalu dialamtkan di kolom komentar tepat di bawah baris-baris sajak.
***
Malam ini tak berbintang, rembulan pun tak muncul. Namun awan tetap cerah, pertanda hujan malam pun taka da. Pemandangan lampu warni-warni, kerlap-kerlip lampu-lampu jalan dan hiruk-pikuk malam, menghiasa malam, jelas terlihat dari atas bukit.
Rekreasi bersama sudah selesai. Jarum jam masih menunjukan pukul sepuluh malam. Sesuai jadwal komunitas, masih ada tersisah waktu untuk belajar.
Lagi-lagi Toni menuju dunia maya dan berselacar di beranda. Hal ini menjadi kebiasaan Toni untuk membaca beberapa tulisan di beranda dan melihat informasi-informasi yang ada sebelum tidur.
Selain itu, Toni menuliskan beberapa sajak untuk hari ini sebelum semuanya terlewat menyambut hari esok.
Anak panah kursor mulai di arahkan ke bawah. Toni mulai melewati beranda dengan cermat, sambil membaca tulisan-tulisan yang ada, dengan suguhan beberapa sajak indah.
Namun, tepat di beranda Lely, Toni berhenti cukup lama dan mulai membaca sajak-sajak milik Lely. Di beranda Lely masih terlihat tanda hijau.
“Rupanya Lely masih terjaga bersama malam, dan mungkin saja ia masih bernostalgia dengan sajak-sajaknya” ungkap Toni dalam hatinya sambil tersenyum.
“Hay Lely, pa kabarmu?” demikian Toni mengirim pesan singkat. “Malam juga Ton, aku baik-baik aja, semoga kamu juga sehat ya,” Balas Lely.
Malam ini rupanya menjadi malam yang panjang untuk Toni dan Lely. Bercerita dan bertukar pikiran menjadi topik pembahasan mereka malam ini.
Malam semakin larut dan mereka berada dalam waktu yang berbeda. Lely harus pamit tidur, mengingat masih banyak tugas yang harus ia kerjakan pada keesokan harinya.
***
Subuh sudah menyambut pagi. Rupanya ada hal yang lupa disampaikan oleh Toni pada Lely. Sepanjang hari, Toni sangat bersemangat, entah apa yang sedang ia rasakan.
Jadwal bersama komunitas seperti biasa. Setelah bersih-bersih, dilanjutkan dengan kerja bersama di halaman depan.
Masa liburan masih sangat panjang, sehingga masih ada banyak waktu untuk bersantai setelah bergulat dengan berbagai tugas-tugas kampus.
Di ufuk barat mentari hampir tiba diperaduannya. “Hari berlalu sangat cepat, bahkan aku tak pernah menyadari bahwa waktu sudah berada dipenghujung hari” ungkap Toni dalam hatinya.
Seperti biasa, malam adalah waktu rekreasi bersama. Etelah rekresi, Toni kembali melihat beranda. Ada kata yang mungkin sudah dilafal untuk Lely. Tanpa menunggu lama, Toni menuju kolom chat.
Rupanya percakapan mala mini semakin akrab. “Lely, aku ingin engkau tahu bahwa aku mencintaimu” ungkap Toni tanpa basa-basi. Hampir beberapa menit tak ada balasan.
Sedang Toni masih menanti penuh harap juga cemas, jangan-jangan Lely marah. Betapa bahagianya Toni, ketika di kolom chat tertera nama Lely dengan sepenggal pesan.
“Ton, Terima kasih untuk cintamu, tapi kita kan belum pernah bertemu, apalagi kamu adalah seorang calon biarawan. Emangnya bisa kamu bisa suka sama aku?” Balas Lely dengan penuh kepolosan. Toni sempat terdiam dan memikirkan kata yang tepat untuk merespon Lely.
“Lel, tahukah kamu bahwa bagiku cinta bukanlah soal pertemuan, tapi tentang sebuah rasa yang memang tak pernah diduga. Salahkah aku bila mencintai? Aku memang seorang calon biarawan, tapi ketahuilah bahwa persoalan mencintai adalah hakikat dasar sebagai seorang manusia sebagai pencinta. Dan ini tidak berarti bahwa aku harus memilikimu, tapi aku hanya ingin menyatakan apa yang aku rasakan” Respon Toni disertai sebuah penjelasan.
Keduanya seakan membisu. Beranda pun seakan menjadi sepih, tanpa komentar yang menghiasi catatan kaki sajak-sajak indah.
Di akhir percakapan beranda, hanya terimakasih yang dialamatkan keduanya satu sama lain. Malam pun harus membatas dan beranda harus ditutup kembali menanti haris esok.
Seperti biasa, sajak-sajak indah menghiasi beranda Toni sembari berpamitan pada malam menyambut haris esok.
***
Cinta itu banyak makna dan mungkin juga ambigu. Mungkin ada yang mengirah bahwa mengungkapkan cinta merupaka sesuatu yang aneh, apalagi seseorang yang berstatus hidup sebagai calon biarawan.
Namun, mengungkapkan cinta itu tidak salah, karena memiliki itu soal pilihan. “Aku hanya ingin mengungkapkan perasaan ini. Jujur aku sudah terlebih dahulu mencintai Dia yang tak pernah terlihat. Dia adalah cinta yang tak terbatas. Dari Dialah aku belajar untuk bagaimana mencintai dengan tulus sebagai sesama. Aku ingin lebih dekat dengan-Nya Sang Cinta Abadi. Dan aku ingin menyatakan Sang Cinta itu kepada semua orang.” Demikian tulis Toni di beranda di penghujung malam.
Toni dan Lely bukan nama sebenarnya
NB: Maaf bila ada kesamaan dalam nama,
Yohanes Boli Jawang asal Lembata, Mingar-Atanalle. Tinggal di Biara OAD Bandung