Oleh: Maryanus Abani
Salah satu wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang masih mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomiannya adalah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).
Secara umum sektor pertanian terdiri dari 6 subsektor yaitu: tanaman pangan (padi dan palawija), hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
Semua subsektor tersebut menjadi komponen penting dalam menjaga stabilitas pangan lokal dan juga nasional.
Lalu bagaimana dengan kondisi perkembangan sektor pertanian yang ada di TTU?
Pertanian Sektor Strategis TTU
Perekonomian masyarakat Timor Tengah Utara ditopang oleh sektor pertanian.
Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2020 mencapai 39,82 persen.
Menyusul sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial dengan kontribusi sebesar 17,18 persen (Sumber: BPS Kabupaten TTU).
Selain memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB, sektor pertanian juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja.
Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis dalam struktur perekonomian daerah.
Oleh karena itu, pemerintah daerah secara konsisten terus berupaya untuk meningkatkan kinerja sektor primer tersebut melalui berbagai kebijakan dan program.
Dalam beberapa tahun terakhir sektor pertanian khususnya tanaman pangan menjadi salah satu program utama pemerintah daerah dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Tanaman pangan merupakan segala jenis tanaman yang menghasilkan karbohidrat dan protein.
Pengusaha tanaman pangan bertujuan untuk mewujudkan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan dengan gizi yang cukup bagi penduduk yang menjalani hidup yang sehat dan produktif dari hari ke hari.
Bila ketersedian pangan tidak mencukupi akan kebutuhan hidup, tentu akan menjadi suatu masalah. Oleh karena itu, kecukupan pangan untuk kebutuhan penduduk harus tersedia.
Jenis tanaman pangan yang menjadi strategis dan diusahakan di TTU pada umumnya adalah padi sawah, padi ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau.
Produksi dan produktivitas dari setiap jenis tanaman pangan tersebut tentu berbeda-beda tergantung cara pemeliharaan, luas panen, kesuburan lahan, iklim dan curah hujan.
Penyumbang Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki ciri keunggulan pada sektor pertanian terutama jenis pertanian lahan basah dan lahan kering.
Walaupun kontribusi sektor pertanian merupakan sektor unggulan tetapi tren kontribusinya semakin menurun dari tahun ke tahun.
Rendahnya produktivitas dan pendapatan petani menjadi salah satu penyebab kemiskinan di daerah ini.
Data BPS TTU menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin di Kabupaten TTU pada tahun 2020 yaitu sebanyak 22,28 persen atau sebanyak 56,98 ribu orang. Garis kemiskinannya sebesar 386.990 per kapita per bulan.
Masalah kemiskinan khususnya pada sektor pertanian terjadi karena beberapa faktor. Mulai dari rendahnya tingkat pendidikan petani, produksi yang masih tergantung musim (alam), hingga sulitnya akses pasar.
Selain itu, kurangnya dukungan pemerintah melalui penyuluhan-penyuluhan pertanian, masalah kurangnya ketersediaan air, metode bercocok tanam yang masih tradisional, serangan hama, bibit yang ditanam bukan jenis bibit unggul, hingga ke permasalahan pupuk.
Semua masalah tersebut menjadi persoalan pelik para petani di TTU.
Setiap tahunnya banyak petani yang “menjerit” karena hasil produksinya tidak sesuai dengan harapan.
Produksi pertanian tidak optimal karena para petani TTU menghadapi begitu banyak kendala dan keterbatasan.
Untuk itu perlu adanya upaya “ekstra” dari pemerintah mengenai permasalahan petani di lapangan.
Pertama, pemerintah perlu memberikan penyuluhan-penyuluhan bagi para petani agar dapat membuka wawasan atau pengetahuan para petani tentang bagaimana bertani yang baik dan benar.
Kedua, petani harus mampu menerapkan teknologi modern pertanian agar dapat menambah hasil produksi tanaman pangan dengan tetap menjaga keramahan lingkungan.
Ketiga, mengatasi persoalan ketersediaan air karena curah hujan yang rendah.
Salah satu caranya adalah dengan membangun waduk/embung/bendungan di lokasi-lokasi strategis pertanian.
Upaya yang tidak kalah penting juga ialah ketersedian pupuk. Maksimalkan dan dorong petani menggunakan pupuk organik yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan hasil alam yang ada.
Ini membuat petani tidak tergantung pada ketersediaan pupuk pabrik yang seringkali langka dan mahal di pasaran.
Dampak Covid -19 pada Sektor Pertanian
Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Petani TTU juga terdampak dan menjerit karena rendahnya permintaan dan turunnya harga akibat daya beli masyarakat yang rendah.
Pandemi juga membuat para perantau kembali ke desanya karena kehilangan mata pencaharian di tanah rantau.
Hal ini tentu membuat adanya penambahan konsumsi bahan pangan bagi para petani. Kondisi ini semakin memberatkan para petani di TTU.
Semua kendala yang ditemukan para petani di TTU harus segera ditemukan solusi yang terbaik oleh para pemangku kepentingan.
Bantuan sosial untuk jangka pendek dan kewirausahaan untuk jangka panjang sangat dibutuhkan para petani.
Semua upaya harus terus dieksekusi dengan baik agar potensi pertanian tanaman pangan Kabupaten Timor Tengah Utara dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan petani. Pada akhirnya petani dapat menikmati hasil kerja kerasnya.
Produksi melimpah, pendapatan bertambah. Petani yang menikmati hasil produksi pertanian di bumi pertiwi lebih khususnya bumi Biinmaffo.
Penulis adalah Mahasiswa Universitas Timor/PKL di BPS Kota Kupang