Oleh: Patris Bulu Manu
Indonesia saat ini tengah gencar untuk mencetak generasi-generasi unggul yang mampu bersaing di era yang kompetitif.
Dalam proses tersebut, pendidikan karakter tentu saja menjadi salah satu kunci utama. Itu terutama untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul.
Untuk menghasilkan generasi unggul, ada banyak langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya ialah pendidikan karakter.
Berbicara tentang karakter memang tidaklah mudah, karena hal tersebut berkaitan langsung dengan pembawaan diri.
Menurut Samani dan Heriyanto (2016: 44), pendidikan karakter adalah suatu proses pembelajaran yang memberdayakan siswa dan orang dewasa di dalam komunitas sekolah untuk memahami, peduli tentang dan berbuat berlandaskan nilai-nilai etik seperti respek, keadilan, kebajikan warga (civic virtue) dan kewarganegaraan.
Untuk membangun karakter yang unggul, tentu Pancasila salah satu jawaban solutifnya. Sebab, sebagai dasar filsafat negara, sila-sila Pancasila merupakan pedoman hidup setiap warga Indonesia.
Hal ini tentu tidak mudah, karena dibutuhkan kesadaran pribadi untuk menghidupi nilai-nilai Pancasila dalam diri, untuk kemudian bisa mengimplementasikannya dalam tindakan setiap hari.
Ini merupakan satu tugas bersama untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing di era yang kompetitif ini.
Di era ini para pemuda menjadi pemeran utamanya. Peranannya haruslah dilandasi dengan nilai-nilai Pancasila.
Namun realita yang terjadi di lapangan saat ini, banyak pemuda yang tidak terlalu memperhatikan akan pentingnya Pancasila. Mereka tidak ingin mencari tahu akan makna Pancasila.
Akibatnya, banyak tindakan kejahatan yang terjadi, di mana sebagian besar pelakunya adalah para pemuda. Pikiran mereka dipenuhi dengan kesenangan sesaat, sehingga tindakannya banyak merugikan masyarakat negeri ini. Padahal pemuda seharusnya membangun, bukan menghancurkan.
Negeri kita sedang berada di era modern dan diselimuti oleh kemudahan teknologi, di mana sangat berpengaruh bagi para kehidupan pemuda.
Teknologi sebenarnya sangat bermanfaat jika digunakan sebaik mungkin. Tetapi apabila tidak digunakan dengan baik maka akan mendatangkan hal yang tidak baik pula.
Kita ketahui bersama bahwa akibat kemudahan teknologi informasi, banyak tersebar berita-berita yang tidak benar atau yang disebut dengan hoaks.
Berita-berita ini bisa menyebabkan perpecahan di kalangan masyarakat. Berita hoaks ditulis orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang ingin memorak-porandakan Indonesia.
Dampak lainnya banyak tersebar video yang tidak senonoh yang dapat meracuni pikiran masyarakat, baik itu anak-anak maupun orang tua.
Jika pengawasan orangtua terhadap anak-anak mereka lemah terkait hal ini, maka bisa berakibat fatal yaitu kerusakan moral.
Inilah bentuk penyakit buruk yang dapat merusak karakter generasi muda. Merusak karakter generasi muda berarti sama dengan merusak bangsanya sendiri.
Indonesia sangatlah membutuhkan pemuda yang mempunyai karakter unggul dan berjiwa Pancasilais.
Indonesia membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis serta idealis yang terarah untuk memajukan bangsa.
Ada tiga hal yang harus dimiliki pemuda Indonesia untuk memenangi pertarungan di masa depan sekaligus mewujudkan cita-cita bangsa.
Pertama, diperlukan pemuda yang memiliki karakter yang tangguh, baik karakter moral maupun karakter kinerja. Kedua, memiliki kapasitas intelektual dan skill kepemimpinan, kewirausahaan, dan kepeloporan yang mumpuni. Ketiga, selalu memiliki inovasi-inovasi baru.
Dengan semakin berkembangnya zaman, maka pemuda Indonesia mengemban tugas tanggung jawab yang berat, yakni memajukan bangsa dengan cara ke-Indonesia-an.
Sesuai dengan penggalan kalimat bijak dari Ki Hajar Dewantara “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia”.
Lantas dengan cara-cara Indonesia yang bagaimana? Pasti, jawaban dengan Pancasila.
Semua sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mengalir dalam nilai-nilai Pancasila. Pancasila adalah pendoman untuk membangun karakter yang unggul dan berkualitas.
Seorang yang mempunyai jiwa Pancasilais harus mampu untuk membangun jati diri manusia Indonesia, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, mengembangkan sikap tenggang rasa, mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi, adanya sikap hormat-menghormati dan juga ikut ambil bagian dalam membela bangsa dan negara.
Peranan sosok pemuda adalah dengan memperteguh penanaman nilai-nilai Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari.
Mirisnya, saat ini sebagian masyarakat Indonesia sudah mulai meninggalkan dan bahkan melupakan nilai-nilai Pancasila yang notabene menjadi ideologi dan jati diri bangsa.
Oleh karena itu, para generasi muda sekarang harus dapat bersatu dan damai walaupun berbeda agama, suku dan budaya.
Dapat berpikir rasional, demokratis dan kritis dalam menuntaskan segala masalah yang ada di NKRI.
Bukan zamannya lagi bermalas-malasan dan melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji apalagi yang merugikan.
Pemuda harus bersungguh-sungguh memanfaatkan kesempatan untuk menempa diri.
Pemuda adalah harapan akan masa depan Indonesia yang adil dan makmur dalam bingkai persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Pemuda juga diharapkan tetap terus menempa dirinya menjadi pribadi-pribadi yang memiliki kematangan, intelektual, kreatif, percaya diri, inovatif dan memiliki kesetiakawanan sosial dan semangat pengabdian terhadap masyarakat, bangsa dan negara yang tinggi.
Suatu bangsa yang besar akan bertahan karena ada pemuda yang menggerakkan perubahan dan melakukan kegiatan positif untuk kemajuan bangsanya.
Jangan sampai pemuda malah terjebak dalam kegiatan yang tidak produktif yang justru akan menghancurkan masa depannya.
Patris Bulu Manu (NIM: 61121044) adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Widya Mandira Kupang