Borong, Vox NTT- Selasa, 5 Oktober 2021, para siswa SMPN 11 Poco Ranaka, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur menjalankan rutinitas tidak seperti biasanya.
Pagi itu, para siswa kelas VIII SMPN yang berlokasi di Desa Wangkar Weli, Kecamatan Lamba Leda Timur itu tidak lagi menerima pembelajaran di dalam kelas.
Sebagaimana diperintahkan guru, mereka bergegas menuju sebuah bukit bernama Golo Ros untuk mengikuti asesmen nasional berbasis komputer (ANBK).
ANBK sendiri adalah program penilaian mutu setiap sekolah. Tujuan program ini untuk menghasilkan informasi akurat dalam memperbaiki mutu pembelajaran.
Untuk sampai di atas bukit Golo Ros bukan perkara mudah. Para siswa harus berjalan kaki sepanjang kurang lebih 2,5 kilometer.
Kondisi tersebut bukan penghalang bagi siswa untuk mendapatkan sinyal internet saat pelaksanaan asesmen nasional. Sebab, ANBK sendiri berbasis online, bukan offline.
Wajah mereka tampak ceriah untuk menggapai cahaya terang bernama harapan keberhasilan jenjang pendidikan SMP.
BACA JUGA: Jalankan ANBK, Siswa SMPN 11 Poco Ranaka Jalan Kaki 2,5 KM untuk Dapat Jaringan Internet
Di atas bukit Golo Ros, para siswa mendapatkan titik klimaks perjuangan mereka yang penuh haru. Drama sadis menanti karena pelaksanaan ANBK mereka tidak seperti anak sekolah di kota-kota yang ditunjang dengan alat dan prasarana yang memadai.
Siswa SMPN 11 Poco Ranaka justru hanya membentang tikar depan rumah warga sebagai tempat duduk mengoperasi laptop, yang juga dipinjam dari berbagai sekolah sekitar.
Sebagian siswa yang lain duduk di bawah pohon dan semak alang-alang. Mirisnya, sebagian siswa terlihat duduk di dekat kandang babi milik warga selama berjam-jam untuk mengerjakan soal ANBK yang dikirim secara online dari server pusat.
Di bawah terik matahari rauh wajah mereka sempat merengut saat soal ANBK tidak muncul lantaran akses ke server pusat terganggu.
Bahkan pelaksanaan asesmen nasional hari pertama, Senin (04/10/2021), gagal total. Hari kedua sesi pertama hanya satu orang yang sukses.
“Sudah 2,5 jam mencoba tetap saja tak bisa login. Loading terus menerus lalu reset lagi begitu terus. Dari tadi main pindah tempat cari sinyal yang kencang di atas bukit ini tetap saja hasilnya nihil. Tak satupun soal yang bisa saya buka,” kata Yunita Yasinta Onik (14), salah satu siswa kepada wartawan di sela-sela ujian ANBK.
“Kalau sinyal internet ini bisa 4G tapi tidak bisa login hanya loading putar-putar terus ya percuma dan kami semua stres, pak,” imbuh dia.
Hal senada juga diakui siswa lain bernama Oktaviani Ayu Miwul. Setelah susah payah mencari sinyal internet di bukit Golo Ros, Oktaviani hanya bisa memasukkan user name dan password pada akun ANBK namun gagal login.
“Setelah menulis user name dan password hanya ada tulis loading di laptop setelah itu muncul notifikasi server not found. Kita tekan control CB bersamaan supaya login lagi tapi tetap saja gagal dan akhirnya saya lepas tidak mau coba lagi saya sudah putus asa,” ujar siswa asal Kampung Wuas itu.
Kendala Koneksi ke Server Pusat
Proktor SMPN 11 Poco Ranaka, Febrianus I.D Agus kemudian membeberkan alasan gagalnya ujian ANBK untuk 30 siswanya.
Padahal menurut dia, ada 17 laptop (computer client) yang dipakai pada setiap sesi ujian sudah sesuai spesifikasi ANBK. Demikian juga hotspot yang digunakan peserta sudah compatable menggunakan HP android 4G.
“Ujian kemarin tidak ada yang suskses. Sehinga hari ini pukul 05.30 kami sudah siap perangkat ujian. Laptop dan lainnya kami antar ke sini. Itu pun hasilnya di sesi pertama hanya satu siswa yang sukses mengerjakan soal,” kata Febrianus.
Ia pun memastikan bahwa masalahnya ada pada server pusat. Sejak mendapat token dari server ANBK, pihaknya langsung mencoba selama seharian sebelum hari pertama asesmen nasional dan hasilnya memang gagal login.
Masalah yang sama juga terjadi pada 17 computer client selama dua hari pelaksanaan ANBK. Sebagian besar gagal dan hanya satu orang yang bisa login dan mengerjakan soal.
“Kasusnya begini, setiap computer client kalau kita login kembali ke semula kembali ke tahap awal begitu terus dari kemarin,” ujar Febrianus.
Febrianus mengaku sudah menyampaikan keluhan yang dialami oleh sekolahnya secara resmi ke Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai Timur.
“Dari dinas membagi link untuk semua proktor sekaligus untuk melakukan survei untuk menjadi bahan laporan ke pusat,” imbuhnya.
Febrianus menambahkan, pelaksanaan ANBK di wilayah Manggarai Timur dilakukan dengan online penuh dan semi-online.
Idealnya, kata dia, untuk sekolah yang tidak memiliki server sekolah sebaiknya memilih sistem semi-online, sebab menggunakan satu server.
“Setelah data dari computer client kirim pesan ke server sekolah yang ditunjuk dari satu server itu kemudian hasil pekerjaan dikirim ke pusat. Tapi kalau full online dari setiap client dikirim sendiri. Komputer proktornya hanya memantau kendala dan koneksi,” cetusnya.
Tidak Ada Gedung dan Fasilitas
Sebenarnya kesulitan jaringan internet bukan satu-satunya kesulitan yang boleh dialami siswa dan guru SMPN 11 Poco Ranaka.
Ketiadaan gedung sekolah dan fasilitas juga masalah lain yang hingga kini terus merongrong proses belajar mengajar. Padahal sekolah itu resmi berdiri pada 10 Mei 2019. Selama ini mereka terpaksa menumpang proses belajar mengajar di ruangan milik SDK Wae Palo.
“Kita KBM-nya setelah jam sekolah SD. Mereka pulang, kita masuk. Jadi kita ambilnya lebih banyak sore hari,” kata Kepala SMPN 11, Wilhelmus Vinsen, di sela-sela pemantauan ANBK di bukit Golo Ros.
SMPN 11 Poco Ranaka juga tidak mempunyai barang inventaris seperti komputer atau laptop.
Sementara ini untuk kebutuhan pelaksanaan ANBK pihak sekolah terpaksa meminjam laptop dari tempat lain. Sedangkan pulsa internet ditanggung masing-masing peserta.
“Boleh dibilang kita hanya punya semangat. Laptop untuk peserta ANBK pinjam dari mana-mana,” ungkap Wilhelmus.
Ia juga mengeluhkan minimnya guru PNS di SMPN 11 Poco Ranaka yang hanya satu orang. Sedangkan 10 tenaga pengajar lain masih berstatus guru komite. Akibatnya, beban biaya uang komite kepada orangtua siswa semakin membengkak.
Kepsek Wilhelmus selanjutnya menceritakan kisah pilu lain, yang mana sekolahnya baru menerima dana BOS pada tahun 2021 dan itupun uangnya belum cair.
“Tiga tahun mengajar guru-guru komite ini digaji oleh orangtua siswa. Satu orang terima Rp500 ribu per bulan. Nah, kalau dana BOS sudah masuk sudah dianggarkan penambahan masing-masing Rp300 ribu. Yang dari orangtua murid terima tiap bulan nanti yang dari BOS dibayar empat bulan sekali,” pungkasnya.
Penulis: Leo Jehatu
Editor: Ardy Abba