Oleh: Theodorus Mario De Robert
(Calon Widyaiswara Instansi Perwakilan BKKBN Provinsi NTT)
Istilah stunting tentu sudah akrab di telinga kita. Jika ditelisik lebih jauh lagi, persoalan ini muncul sebagai akibat dari kompleksitas persoalan yang menjadi pemicu permasalahan tentang stunting.
Terbaru melalui Perpres Nomor 72 Tahun 2021, Presiden memberikan amanat kepada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting, yang dalam melaksanakan tugasnya melibatkan beberapa kementerian dan lembaga.
Secara umum definisi tentang stunting sudah kita ketahui bersama, begitupun terkait dampak yang diakibatkan oleh karena seorang anak didiagnosa mengalami stunting.
Namun yang menjadi kegelisahan saat ini adalah permasalahan tentang stunting hanya sekadar dipahami sebagai sebuah masalah teoritis saja dan mendapatkan slow respons pada tataran bagaimana mengaplikasikan pola hidup sehat guna mencegah terjadinya stunting.
Hal ini tentu bukan tanpa sebab, misalnya saja jika dilihat dari angka prevalensi perokok, Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia di bawah China dan India.
Diperjelas lagi dengan hasil riset kesehatan dasar yang dilakukan pada tahun 2018 menunjukan prevalensi perokok di atas usia 15 tahun mencapai 33,8 persen.
Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan karena kebiasaan merokok erat kaitannya dengan faktor penyebab stunting apalagi usia di atas15 tahun merupakan usia siap nikah.
Sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting, BKKBN dalam berbagai kegiatan terus menerus mengkampayekan gerakan penurunan angka stunting.
Terbaru misalnya dalam sebuah kegiatan pencanangan kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bersama mitra kerja tahun 2021, Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN RI dalam sambutannya mengatakan masalah stunting berdampak pada kualitas SDM Indonesia di masa yang akan datang.
Menurut Hasto apa artinya kelimpahan sumber daya alam (SDA) yang terdapat di Indonesia jika tidak dibarengi dengan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang andal dan kompeten dalam mengelola SDA yang ada tersebut.
Pencegahan stunting berimbas pada ketersedian SDM Indonesia yang mumpuni.
Di NTT sendiri, kampanye terhadap gerakan penurunan angka stunting juga terus menerus digencarkan. Hal ini tentu sangat mendasar mengingat status NTT sebagai provinsi dengan peringkat pertama stunting di Indonesia dengan persentasi 28,2% (Riskesdas2020).
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, Marianus Mau Kuru dalam setiap kesempatan terus menerus menyerukan program pemberdayaan pangan lokal dengan nilai gizi tinggi yang dimiliki setiap daerah demi membebaskan masyarakat NTT dari belenggu stunting.
Mengurusi masalah stunting tentu bukan perkara gampang apalagi sebagaimana yang terdapat pada Pasal 5 Perpres Nomor 72 tahun 2021, target penurunan stunting di Indonesia pada tahun 2024 harus mencapai 14 % dari persentase saat ini yang berada pada angka 27,67% .
Sebuah target penurunan yang signifikan dan sangat sulit untuk digapai jika tidak dibarengi kolaborasi antarkementerian dan lembaga dilanjutkan dengan perumusan kebijakan yang jitu.
Kehadiran Aplikasi Elsimil
Memasuki zaman teknologis seperti sekarang ini, aplikasi digital ditempatkan pada pada posisi teratas demi menjadi penghubung antara kebijakan dan sasaran kebijakan tersebut yakni masyarakat luas.
Segala macam hal dikembangkan dengan cara- cara digital agar tetap eksis dan tidak ketinggalan zaman.
Demikian pun dengan instansi BKKBN, yang baru- baru ini mengembangkan sebuah formula yang merupakan perpaduan antara nilai teknologis dengan isu aktual yang sedang kita hadapi bersama saat ini, yakni stunting.
Wujud formula tersebut ditunjukan lewat kehadiran aplikasi Elsimil yang beberapa hari lalu sudah mulai diujicobakan di NTT, satu dari tujuh provinsi yang mendapat jatah uji coba aplikasi.
Sosialisasi dan ujicoba aplikasi ini di NTT dilangsungkan di Gereja GMIT Eden Kibaki, Kelurahan Manutapen, Kecamatan Alak, Kota Kupang pada tanggal 28 September 2021 lalu.
Aplikasi Elsimil merupakan singkatan dari elektronik Siap Nikah dan Hamil. Aplikasi ini dirancang bagi para calon pengantin sebagai bentuk keseriusan BKKBN memberantas stunting.
Aplikasi elsimil terdiri atas tiga (3) unsur pokok yakni screening, edukasi kesehatan reproduksi dan gizi, dan pendampingan bagi calon pengantin.
Harapannya melalui aplikasi ini BKKBN mempunyai data lengkap terupdatetentang data calon pengantin. Dan yang tidak kalah penting juga, kehadiran aplikasi ini bisa menjadi media komprehensif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat umum terutama kepada calon pengantin akan bahaya dan pencegahan stunting. Aplikasi ini sudah bisa diunduh pada menuplaystoresebagaimana yang terdapat pada android.
Kehadiran aplikasi ini merupakan wujud kontribusi BKKBN dalam menanamkan pengetahuan bagi masyarakat luas tentang hal- hal yang sebenarnya lebih substansi lagi.
Artinya dalam merencanakan sebuah pernikahan, mindset calon pengantin mesti diubah dari yang berpandangan bahwa persiapan pernikahan itu hanya dititikberatkan pada persiapan saat melakukan prosesi adat, prosesi kegiatan ibadah di rumah ibadah, persiapan merayakan resepsi pernikahan yang megah bahkan jika sampai harus meminjam dana demi keperluan resepsi untuk berlindung di balik istilah “pernikahan itu hanya satu kali seumur hidup”, menjadi pernikahan adalah sebuah tanggung jawab moral, yang mesti direncanakan secara matang. Aplikasi elsimil hadir untuk itu.
Konsep matang dalam perencanaan pernikahan sebagaimana yang disebutkan di atas mempunyai dampak terhadap kehidupan pasutri pasca merayakan hari pernikahan mereka.
Detailnya bisa ditemukan pada aplikasi elsimil yang menawarkan program screening bagi calon pengantin melalui pengisian eform untuk nantinya jawaban yang diisi calon pengantin bersangkutan bisa diolah secara digital hingga menghasilkan sebuah rekomendasi bagi calon pengantin tersebut.
Atau secara sederhana yang diharapkan BKKBN adalah bahwa proses screening bagi calon pengantin dilakukan untuk mengetahui kondisi dirinya sebelum melangsungkan pernikahan.
Setiap calon pengantin mesti dalam kondisi fisik dan mental yang prima sebelum melangsungkan pernikahan karena akan berpengaruh kepada kualitas anak (red-bayi) yang dilahirkan nantinya. Bayi sehat bebas stunting merupakan manifestasi dari kemajuan Indonesia di masa yang akan datang.
Setelah melakukan tahapan screening, aplikasi elsimil akan mengarahkan calon pengantin untuk mendapatkan edukasi dengan lima (5) kategori yakni kesiapan pra nikah, kesehatan reproduksi, kesiapan kehamilan, kontrasepsi dan cegah kanker.
Dalam mempelajari kelima kategori ini, calon pengantin akan didampingi oleh tim pendamping dari BKKBN maupun elemen- elemen lain baik elemen pemerintah maupun masyarakat umum sesuai bidang keahlian masing- masing.
Pemberian edukasi sebagaimana yang dijelaskan diatas merupakan sesuatu yang penting dan secara jujur memang sudah sejak lama dijalankan oleh setiap ajaran agama contohnya agama katolik melalui kursus pernikahan bagi para calon pengantin.
Kehadiran aplikasi elsimil turut serta mendukung upaya gereja dan ajaran agama lainnya dalam memberikan edukasi kepada calon pengantin secara digital sebelum pengantin tersebut melangsungkan pernikahan dan mulai memasuki kehidupan rumah tangga baru dari sisi BKKBN.
Harapannya, pendampingan yang dilakukan melalui aplikasi elsimil bisa berjalan dengan baik sehingga menghadirkan sebuah pemahaman kompleks akan ilmu- ilmu berkeluarga dan tentu juga menjadi bekal berharga bagi calon pengantin dalam mengemban tugas dan tanggung jawab mereka nantinya sebagai suami istri yang visioner dalam menekan laju permasalahan stunting di Indonesia khususnya di NTT.
Sudah sepantasnya para calon pengantin tidak bersikap acuh terhadap perencanaan pernikahan yang kompleks.
Setiap inovasi yang dikembangkan instansi BKKBN mempunyai tujuan mulia jika kita terlibat aktif menggunakan hasil karya inovasi tersebut sepertielsimil.
Apakah elsimil mampu berantas stunting? Silakan kunjungi playstore, lakukan penginstallan aplikasi dan mulai menggunakan aplikasi secara jujur dan bertanggung jawab agar kita semua bisa mendapatkan jawaban yang tepat dari pertanyaan yang dimunculkan.