Oleh: Yohanes Abrianto Loni
Pascapandemi telah memaksa manusia untuk putus dengan masa lalunya dan membayangkan dunianya yang baru. Ia adalah sebuah portal, sebuah pintu gerbang diantara suatu dunia dengan dunia berikutnya (Arundhhati Roy).
Di masa pascapandemi ini, satu hal yang pasti ialah manusia harus memikirkan ulang masa depannya. Manusia yang tinggal tetap pasti akan mati, manusia yang hendak melangkah maju hindari risiko, dan manusia yang memikirkan ulang masa depannya pasti akan selamat.
Sebab, kehadiran pandemi Covid-19 telah secara radikal merombak tatanan hidup umat manusia.
Manusia serta merta digiringi dari satu pola hidup lama menuju suatu pola hidup yang baru sama sekali. Dengan kata lain, pandemi Covid-19 sukses mengusir dan merubah pola hidup manusia di segala bidang kehidupan. Mulai dari kehidupan sosial, ekonomi, politik dan termasuk ‘pendidikan’ di Indonesia.
Wacana praktis pola hidup new normal yang diproposalkan WHO (World Health Organization) merupakan gambaran telak ‘realitas perubahan’ yang ditimbulkan oleh pandemi ini.
WHO mengklaim bahwa pola hidup new normal merupakan langkah solutif alternatif terbaik dalam menghadapi pandemi Covid-19. Di Indonesia dalam konteks hidup konkret, pola hidup new normal ini diwujudnyatakan dalam praktek social distancing, memakai masker, mencuci tangan, dll.
Pentingnya Pendidikan Guru bagi Siswa
UNESCO menetapkan 4 pilar pentingnya pendidkan bagi seorang guru dimana tujuan materi pembelajaran bagi siswa dengan maksud untuk memampukan peserta didik/siswa mengetahui (taknow), melakukan (todo), berinteraksi dengan orang lain (tolivetogether) dan berkembang (tobe).
Lebih lanjut Word Economic forum seperti yang dikutip Situmorang menegaskan bahwa pendidikan mesti mampu membentuk kemampuan menyelesaiakan persoalan yang kompleks, kecerdasan sosial, penguasaan proses dan pemahaman sistem bagi calon guru sekarang dan masa depan.
Merombak orientasi pendidikan guru bagi siswa bukanlah hal yang mudah, dengan demikian dibutuhkan kerja sama dari semua pihak agar hal ini bisa direalisasikan dalam kancah kehidupan berpendidikan.
Atas dasar tersebut, ada beberapa formulasi yang ingin ditawarkan dalam menyokong orentasi pendidikan guru menuju pendidikan yang kontekstual bagi siswa pasca tenganh pandemi Covid-19.
Pertama, pendidikan seorang guru selalu menyangkut kemanusiaan maka langkah pertama yang menjadi orentasi pendidikan guru bagi siswa ialah memanusiakan manusia.
Dalam hal ini mengutip Paulo Freire bahwa “pendidikan haruslah berorentasi pada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri”.
Argumen yang dibangun Freire didasarkan pada realitas pendidikan yang selalu dikekang oleh berbagai penindasan kemanusiaan (dehumanisasi).
Proliferasi dehumanisasi memang subur di negeri ini, bagaikan lumut di musim hujan. Oleh karena itu, hal yang mesti digodok bersama ialah menjadikan pendidikan sebagai media yang memanusiakan manusia.
Lebih jelas bahwa pendidikan merupakan suatu sarana “memproduksi” kesadaran sehingga mengembalikan kembali kemanusiaan manusia, dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk membangkitan kesadaran kritis sebagai prasyarat untuk pembebasan.
Kedua, tak dapat dimungkiri bahwa di mana-mana diakui tugas mengemban tanggung jawab setiap guru untuk mengemban tanggung jawab terhadap siswanya. “Sekolah sebagai locus sentral bagi siswa mengenyam pendidikan.
Peran sentral sekolah sebagai pendidikan siswa mesti dibangun dengan sistem yang pertama-tama menekankan arah perkembangan siswa di kemudian hari.
Peran guru dalam menentukan pendidikan bagi siswa sangat diperlukan, sehingga pendidikan berupaya untuk menyadarkan setiap siswa akan status sebagai pelajar.
Ketiga, pendidikan seorang guru harus benar-benar menjadi muatan dasar bagi terjaminya siswa di sekolah.
Guru harus bisa mengubah dan cara berpikir dalam pola pengajaran agar lebih efektif dan sistem pendidikan benar-benar dipenuhi dengan memberi ruang kesadaran siswa untuk mengasah pola pikir dan perilaku.
Tujuan Pendidikan dalam Sekolah
Guru, siswa dan masa depan bangsa merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Dari ketiganya yang paling memainkan peran penting adalah guru.
Perkembangan siswa selain dimulai dari keluarga dan selanjutnya di sekolah. Oleh karena itu adalah sekolah sangat besar terhadap proses perkembangan keperibadian siswa.
Guru menjadi contoh memberikan pendidkan yang mencerdaskan kehidupan siswa dimasa yang akan datang.
Lebih lanjut tujuan yang diinginkan oleh guru dalam mendidik siswa adalah sebagai bakal bagi kehidupan siswa di masa datang.
‘Berbuatlah sesuatu yang membuat engkau baik hari ini dan diahkir nanti akan engkau nikmati hasilnya. Apa yang engkau peroleh sekarang akan memberikan sesuatu yang bernilai bagimu dimasa yang mendatang’.
Kedua kalimat itu menggambarkan situasi yang harus dihadapi manusia dan sangat besar dipengaruhi oleh seorang guru.
Karena itu, guru harus selalu memperhatikan cara-cara mendidik yang baik yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ciptakanlah situasi yang aman dan damai dengan dengan mengutamakan sikap menerima (acceptance), kasih sayang (affection) dan prestasi (achievement).