Percakapan Sunyi
Menatap langit selepas hujan
Asap putih pun mengepul dalam percakapan sunyi
Aku bertarung dengannya dalam kebingungan
Yang mengagungkan kata dari mulut menjadi kunci
Ini bukan sebuah kepergian
Saat senja tumpah ruah pada gerimis
Bukankah setia yang telah kau sudutkan
Keasyikanmu sering bercerita dengan separuh nafas
Tak apalah biar langit itu retak
Dengan gemuruh rinduku dalam hati
Yang merintih penuh tergoyah
Di sudut-sudut keasingan sunyi
Bahkan aku enggan beranjak selangkah
Dengan degup rasa penuh sesal
Kau cinta dalam imanku
Yang mengintipku dari keasingan sunyi
Untaian Kata dari Relung Jiwa
Melaju kata menggegap di pelabuhan jiwa
Meencari makna kehidupan selanjutnya
Berbekal rasa dan asa berpaut bersama
Dalam buaian masa depan berdua
Menguntai arti perjalanan senja
Tatkala menemani tenggelamnya sang surya
Dalam pesona tiada penawar jua
Membumbung indah keemasan di ufuk sana
Masih menggenggam harapan saat duduk diam
Menengadah ke langit saksi bisu terpejam
Dalam segala gejolak mengaduh menghujam
Akan sebuah kisah yang terus terpendam
Tentangmu
Semalam aku kembali menjadi tulisan
Tanpa wajah dan suara
Tubuhku menjadi huruf
Kakiku menjadi kata-kata
Aku menjadi sebuah makna
Tanpa gambaran yang tajam
Tentang siapa aku
Biarlah tetap bagiku
Biar sinar mataku tetap asing
Dan suaraku hanya sayup
Menjadi serupa awan
Supaya yang berjalan menuju kepalamu bukan bayangan
Tetapi sebuah jiwa yang menemukan maknanya
Luka yang Tak Iba
Gemuruh amarah membuncah di dada
Goresan dusta mengepakan sayapnya
Puisi lara mengiringi resah yang melanda
Ketika sapa tak lagi jadi penggores cerita
Engkau..
Kenapa harus pergi dan meninggalkan luka
Kenapa harus dengan sakit di dada
Kenapa tidak dengan kata yang berharga
Hingga tidak menghadirkan luka di dalamnya
Engkau..
Menyakitiku hingga dasar terdalam
Kau tenggelamkan aku dalam kesakitan
Kau campakkan aku tanpa perasaan
Hingga rasaku pun tidak lagi bisa melawan
Rasaku pasrah tidak butuh ditahan
Semua akhirnya hilang tertelan kepalsuan