Borong, Vox NTT– Warga di Kampung Paka, Desa Gurung Liwut, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), mengalami krisis air minum bersih selama satu tahun terakhir.
“Debit airnya mungkin tidak ada. Kan ada dua sumber airnya di sini yang dipakai, mulai dari Rehes, yang ada meteran itu di Paka sampai Pau raja. Selama satu tahun ini air tidak pernah ada, makanya saya punya meteran itu kemarin pindah ke Lehong,” ungkap Kepala Desa Gurung Liwut, Nikodemus Matu, melalui telepon seluler, Sabtu (06/11/2021).
Khusus di Kampung Rehes sampai ke Lidi airnya memang lancar karena sumber mata airnya ada yaitu dari Wae Kaco. Sumber air ini dikelola oleh pemerintah desa setempat.
Kemudian, untuk mata air Wae Luju yang sebenarnya bisa mengalir tembus sampai ke Paka bahkan Borong tetapi airnya tidak pernah jalan.
“Sekarang Wae Luju yang tembus sampai Borong dulu, itu yang sampai di Paka ini tidak pernah jalan,” ungkapnya lagi.
Menurut Nikodemus, setiap Minggu warga Paka terpaksa harus membeli air fiber untuk keperluan rumah tangga seperti mencuci. Sedangkan untuk air minum terpaksa membeli air dari Lehong.
“Kami beli air yang fiber itu 70 ribu,” tutupnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Matim Yos Marto mengatakan, di tahun 2022 ada dana untuk pengadaan air minum di Paka dan beberapa kampung di Desa Gurung Liwut.
“Terkait untuk jaminan tahun depan itu, 2022 itu pasti karena ada dana,” ungkap Yos, Rabu (10/11/2021).
Sementara itu, Kepala Badan Layanan Umum Daerah Sistem Pengelolaan Air Minum (BLUD SPAM) Kabupaten Manggarai Timur Fransiskus Y. Aga mengatakan, sejak Juli 2017, Wae Luju kering total karena ada kesalahan teknis.
“Ternyata memang ada pergeseran mata air secara teknisi karena di bukitnya sudah tidak ada penyangga lagi,” ungkap Fransiskus, Kamis (11/11/2021).
Sejak saat itu kata dia, pipa air dari Mbeling sampai ke Warat tidak dialiri air meski memiliki meteran. Hal itu terjadi karena sumber airnya tidak ada.
Kemudian, mata air lainnya masih ada tetapi jauh dari pemukiman dan itu membutuhkan biaya banyak.
“Sepakat saya dengan pernyataaan pa Kadis bahwa akan dibangun, karena memang itu adalah kewenangan PUPR, tetapi yang pasti bahwa masyarakat di Gurung Liwut itu bukan tidak dilayani,” ungkapnya.
Fransiskus juga mengingatkan kepada pemerintah desa agar menjaga fasilitas yang ada. Pasalnya, lapangan di Paka dan Mbeling pernah digusur oleh pemerintah yang menyebabkan pipa air hancur. Pihak BLUD SPAM sudah menggantikan pipa yang hancur tersebut.
“Lapangan di Paka itu digusur oleh desa, pipanya hancur. Saya siapkan pipa dari sini untuk kita perbaiki. Lapangan di Mbeling digusur, kita siapakan pipa dari sini pasang,” ungkapnya lagi.
Fransiskus berharap agar aset yang dibangun tidak boleh dirusak sebab ada pipa air dari Mbeling sampai ke Paka dibangun sejak zaman Pater Waser, misionaris katolik asal Eropa.
Penulis: Filmon Hasrin
Editor: Ardy Abba