Oleh: Eustakius Kerbiyono Dagur
Akselerasi perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terjadi begitu cepat dan masif membawa manusia pada sebuah tatanan hidup di mana ruang, waktu dan jarak tidak lagi menjadi permasalahan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan berelasi antarsesama.
Pemahaman berkomunikasi, berinteraksi dan berelasi tepatnya bukan hanya menitikberatkan dunia ini sebagai ruang atau wadah untuk berekspetasi atau meluapkan segala keinginan dengan seenaknya (dunia asal-asalan) melainkan mampu membangun dunia ini menjadi ‘Dunia Berjejaring’(Network World).
Hal ini mengindikasikan bahwa nilai komunikasi dan interaksi tidak hanya ada untuk dijadikan sebagai lambang belaka atas keberadaan manusia tetapi bagaimana kedua nilai tersebut memihaki manusia untuk memajukan dunia dan membangkitkan keberadaan manusia itu sendiri.
Indonesia merupakan negara yang kaya dalam multiaspek kehidupan. Realitas tersebut ditinjau dari keberagaman perbedaan yang menciptakan kekhasan dari negara indonesia dan hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai bangsa persatuan.
Di satu sisi, realitas keberagaman harus didorong oleh cita rasa nasionalisme dan pluralisme dalam menerima perbedaan sebagai nilai atau aspek pembentuk (baca;dasar) khazanah bangsa Indonesia.
Lantas, nilai keberagaman itu akan menjadi sesuatu yang tipikal apabila mendapat pengaruh atau stimulus dari ‘subjek-nya’. Dalam hal ini subjek diidentikan dengan orang yang mengatur atau mengurus negara ini, lebih tepatnya generasi Y dan Z.
Tiap-tiap generasi tentunya mempunyai cara atau model tersendiri untuk menjaga, mengatur dan mengurus keberagaman tersebut.
Apabila suatu generasi mengatur, menata dan mengurus dengan baik dan benar maka hasilnya pun membawa negara ini ke arah yang lebih maju.
Begitupun sebaliknya akan terjadi apabila generasi yang mengatur atau mengurus tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Merujuk pada hal di atas, hemat penulis di situlah keberadaan dan peran serta dari (nilai komunikasi dan interaksi) dari para generasi Indonesia.
Artinya, suatu generasi dengan cara dan model masing-masing harus memberi pengaruh terhadap keberagaman yang ada di indonesia ini, sehingga keberadaan nilai interaksi pun turut dibayangi.
Komuniksi Generasi Muda Indonesia
Komunikasi merupakan bidang kehidupan ynag sangat penting dan vital dalam kelangsungan hidup manusia.
Komunikasi mengajak manusia untuk mengindahkan makna berinteraksi dan berelasi, serta tidak mendorong untuk masuk dalam dunia ‘tersesat’.
Hal ini didasarkan pada hakikat komunikasi yang membantu manusia untuk selalu berinteraksi dengan sesamanya. Komunikasi juga sangat dibutuhkan dalam perkembangan dan kemajuan generasi muda Indonesia.
Bahkan melalui komunikasi, generasi muda khususnya dapat dengan muda memajukan dan meningkatkan keberadaan mereka dan wadah atau ruang yang mereka mainkan.
Hal ini juga akan berpengaruh terhadap reputasi bangsa Indonesia di kancah Internasional.
Generasi muda merupakan generasi penuntun masa depan bangsa Indonesia. Eksistensi generasi muda dalam langgam kehidupan berbangsa Indonesia ternyata memberikan wawasan yang luas tentang sesuatu atau isu-isu yang berkaitan dengan generasi muda itu sendiri dan peduli terhadap topik pembangunan yang menjadi visi SDGs 2030.
Jumlah kaum Indonesia saat ini adalah 65 juta orang dan mereka merupakan potensi besar yang dapat dimanfaatkan oleh negara (Kompas 12/08/2017).
Dengan hadirnya generasi muda ini, bangsa Indonesia setidaknya mendapat sedikit pengaruh dalam memajukan dan mewujudkan bangsa tercinta ini.
Dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh generasi muda bertendensi pada komunikasi digital dan komunikasi konvensional.
Pertama, mengenai komunikasi digital. Komunikasi digital dalam dunia generasi muda Indonesia pada dasarnya dihasrati dengan perkembangan dan kemajuan teknologi.
Akselerasi dan eskalasi kemajuan teknologi terkhusus di era 4.0 ini mendorong generasi muda Indonesia untuk memahami perkembangan zaman sehingga mereka pun turut serta di dalam perkembangan tersebut.
Bahkan kemajuan teknologi pun dapat memunculkan generasi muda Indonesia berjejaring (Network Indonesian young Generation).
Ruang atau wadah yang ada di dalam komunikasi digital dikenal dengan’ruang siber’ (ciber room). keberadaan ruang siber ini sangat berpengaruh terhadap komunikasi generasi muda Indonesia.
Dalam artian, ruang siber inilah yang juga merperlancar (baca; menyukseskan) komunikasi generasi muda Indonesia.
Sejalan dengan itu dalam ruang siber juga terdapat potensi realitas yang dikenal dengan ‘ruang virtual’ (virtual room).
Komunikasi digital seolah-olah mengharapkan generasi muda Indonesia untuk menggabungkan dan menyatukan ‘potensi’ dan ‘realitas’ ke dalam jagat komunikasi digital.
Alakhir, generasi muda itu sendirilah yang mengatur dan mengurus jagat komunikasi digital.
Kedua, mengenai komunikasi konvensional. Istilah konvensional disini tepatnya bukan mengarah pada suatu konsep atau cara pandang yang bersifat kedaerahan melainkan pola interaksi yang dilakukan secara ‘langsung’.
Bagi sebagian generasi muda terkhusus yang berada di daerah No Signal atau sulit mendapat jaringan, komunikasi konvensoinal masih dijalankan atau dipraktikkan bahkan hal ini tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Pada intinya komunikasi konvensional merupakan komunikasi yang dilakukan secara langsung dalam hal ini antara generasi muda yang berperan sebagai komunikator dan generasi muda yang berperan sebagai komunikan.
Komunikasi konvensional ini dengan serta merta mewarnai kehidupan generasi muda, di mana melalui kehadirannya interaksi antargenerasi muda dapat dilakukan dengan intens dan lancar.
Di samping itu, komunikasi konvensional ternyata juga masih dilakukan di daerah ‘berjejaring tinggi’ (4G), di mana mereka memahami bahwa antara ‘potensi’ dan ‘realitas’ dalam jagat konvensional harus disikapi dengan seimbang sehingga interaksi dan relasi tetap intens dilakukan.
Jadi, jelas sekali intensinya bahwa komunikasi konvensional hadir untuk mempererat pola dan potensi interaksi dalam lingkup generasi muda Indonesia.
Komunikasi di ‘Jagat Digital dan Konvensional’ (Telaah Manfaat dan Tantangan)
Eksistensi komunikasi di ‘jagat digital dan konvensional’ tentunya tak dapat terhindar dari adanya nilai-nilai atau manfaat yang di dapatkan, sesuai dengan peran dari masing-masing komunikasi tersebut.
Hal ini tak pelak dari keinginan manusia terkhusus generasi muda (young generation) untuk memihakkan diri serta mengkomunikasikanya dalam kehidupan sekarang.
Generasi muda banyak mendapatkan sesuatu dari ‘dunia komunikasi’, dalam hal ini yang paling penting adalah gagasan dan informasi.
Artinya, melalui ‘dunia komunikasi’, generasi muda mendapatkan sedikit pengetahuan atau ilmu yang tentunya berguna bagi keberadaan mereka.
Dari nilai-nilai atau pengetahuan yang di dapatkan tersebut, generasi muda Indonesia didorong untuk menjadi the better people, sehingga mampu menciptakan ruang komunikasi atau budaya komunikasi yang lebih maco dan mapan.
Dilansir dari Kompas Selasa, 21 Juli 2020, menyatakan bahwa kehadiran ruang internet atau ruang siber mampu meningkatkan literasi dan wawasan.
Melalui ruang digital generasi muda seyogianya dapat memahami bahwa peranan mereka sangat penting apabila mereka mampu menggali berbagai informasi yang berguna demi kemajuan bangsa ini.
Generasi muda digarap untuk meningkatkan kegiatan literasi dan pencapaian wawasan dengan didorong oleh ruang digital.
Selain itu, sebagaimana dinyatakan oleh Country Digital Transformation Schneider Electric Indonesia, Fadli Hamsani bahwa kehadiran teknologi digital juga dapat mengefisiensikan beban biaya perusahaan.
Pemanfaatan teknologi digital dapat membantu perusahaan daalm memetahkan perubahan perilaku pelanggan permintaan pasar dan rantsi pasok.
Melalui adopsi teknologi digital, generasi muda disuguhkan untuk mengembangkan bisnis dan budaya komunikas serta transformasi digital.
Meskipun begitu, keberadan komunikasi melalui jagat digital ternyata masih mendapat tantangan yang kompleks. Ambil misal, perundungan digital dan pencurian data, dll.
Nilai Interaksi dalam Jagat Komunikasi Konvensional
Secara sahih dan keabsahannya, nilai interaksi lebih dominan terjadi di jagat konvensional. Pertukaran pikiran antarsesama dalam konteks generasi muda selalu dilakukan, baik antarindividu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.
Hal ini memberikan impresi bahwa komunikasi di jagat konvensional ternyata menjadi wadah komunikasi tipikal untuk berinteraksi dan berelasi.
Sejalan dengan itu, generasi muda Indonesia pun tetap menjadi preferensi utama dalam komunikasi yang terjadi di jagat konvensional.
Kehadiran dan keikutsertaan generasi muda Indonesia dalam berinteraksi dan berkomunikasi dapat membuat nilai kohesi menjadi lebih kuat.
Segala bentuk banalitas tutur dan stagnasi perilaku pun depat dengan mudah diatasi. Bahkan permasalahan yang berkaitan dengan generasi muda pun dapat diatasi dengan sekejap.
Ambil contoh sederhada yaitu keberpihakkan generasi muda dalam kegiatan pertandingan bola sepak atau bola voli.
Apabila kegiatan tersebut secarah penuh dilaksanakan oleh generasi muda maka bukan tidak mungkin proses interaksi di jagat konvensional akan berjalan dengan mulus dan seimbang.
Begitupun sebaliknya akan terjadi,apabila genrasi muda hanya menyibukkan diri di ruang digital maka nilai kohesi pun turut berkabung.
Di samping itu, ternyata keberadaan pola interaksi di jagat konvensional pun masih dibayangi dengan tantangan.
Munculnya tantangan ini seolah-olah mau menggambarkan bahwa proses interaksi dan komunikasi di jagat konvensonal harus dibenahi lebih dalam lagi.
Pertama, keberadaan generasi muda yang memandang sesama hanya sebagai bayangan bukannya sebagai makhluk yang sederajat dengannya.
Kedua, hadirnya ruang digital yang membuat generasi muda lebih fokus pada interaksi di dunia virtual padahal yang lebih nyata dan berguna ada di jagat konvensional itu sendiri.
Optimisme dan Langkah Solutif
Komunikasi di jagat generasi muda Indonesia pada hakikatnya berintensi untuk mencapai dan memenuhi nilai interaksi dalam langgam kehidupan bersama.
Apabila nilai tersebut tidak tercapai akibatnya jelas bahwa kehidupan masyarakat Indonesia akan berambur-aduk.
Berkomunikasi di jagat yang separuhnya dihidupi oleh dunia digital ternyata sangat berpengaruh terhadap eksistensi generasi muda Indonesia, bahkan generasi muda pun menjadikan dunia digital sebagai ‘jagat realitas’ kehidupan mereka padahal hakikat dunia digital adalah ‘dunia seolah-seolah’.
Seiring dengan hal tersebut keberpihakkan generasi muda Indonesia dalam ‘jagat komunikasi konvensional’ pun menjadi sangat menurun.
Dilansir dari Kompas Selasa, 21 Juli 2020, menandaskan bahwa ada tiga lapisan (baca: cara) yang harus dimiliki keluarga (generasi muda) sebagai bagian dari kewarganegaraan digital.
Pertama, kesadaran akan pentingnya keselamatan, keamanan dan privasi. Dalam konteks ‘jagat komunikasi digital’, ketiga hal ini dibutuhkan saat generasi muda khususnya berada pada ruang siber, di mana mereka mampu menggunakan hal tersebut saat berinteraksi dengan sesama secara digital.
Kedua, literasi media agar bijak dalam menyikapi informasi palsu serta menilai kebenaran konten. Kegiatan literasi digital sangat mendukung generasi muda dalam hal pengembangan dan kemajuan diri.
Melalui kegiatan literasi media, generasi muda akan lebih dalam memahami pola interaksi.
Ketiga, menyangkut kesadaran tentang hak dan tanggung jawab. ‘Jagat komunikasi digital’ mengharapkap kepada setiap pengguna jejaringannya untuk menanamkan nilai tanggung jawab terhadap dunia digital.
Artinya, sebagai generasi muda Indonesia, generasi penerus dan penuntun bangsa indonesia sudah menjadi hak dasar untuk mengatur dan mengurus bangsa ini yang terpenting sesuatu yang menjadi hak mereka harus selalu disikapi dengan rasa tanggung jawab.
Selain beberapa langkah optimistis yang ditelaah di atas adapun beberapa hal yang sifatnya ‘memperbaiki’ komunikasi yang ada di jagat konvensional.
Pertama, adanya kesadaran dan kebiasaan untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama.
Kedua, memperbiasakan diri untuk selalu bergaul dalam organisasi yang ditujukan kepada generasi muda.
Ketiga, menghilangkan sikap individualisme dalam diri generasi muda Indonesia.
Pada dasarnya komunikasi akan selalu berjalan dengan lancar dan mulus. Melalui komunikasi yang ada di jagat digital dan konvensional, generasi muda Indonesia dodorong untuk selalu optimis dalam mengahadapinya.
Generasi muda pun dituntut untuk menanamkan sikap berelasi dan berinteraksi, baik dalam jagat digital maupun dalam jagat konvensional.
Melalui keberpihakkan dari generasi muda alakhir keberagaman dapat diaplikasikan dengan baik.
Penulis adalah siswa kelas XII Seminari Kisol