Bajawa, Vox NTT- Iring-iringan kendaraan dinas milik Pemerintah Kabupaten Ngada di ruas jalan Bajawa – Riung nyaris menyeruduk warga.
Itu terjadi di sekitar 100 meter setelah jembatan Kolopenu, Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada, pada Jumat (26/11/2021).
Pemuda yang nyaris diseruduk itu bernama Anton, warga setempat. Dia bersama istri dan anaknya nyaris menjadi korban kebut-kebutan rombongan para pejabat.
Berdasarkan penjelasan Anton, kejadian yang nyaris menimpanya itu bermula ketika dirinya mulai melihat kedipan nyala lampu Strobo pada mobil pengawal dari iring-iringan itu. Sadar akan hal itu, dia pun memilih untuk menepikan sepeda motornya di luar badan jalan pada lajur kiri.
“Kan biasanya, itu rombongan bupati dan pasti mereka ngebut to. Makanya saya langsung berhenti di luar jalan,” kata Anton.
Sayangnya, Anton tidak memastikan apakah ada Bupati Ngada atau tidak dalam iring-iringan kendaraan itu.
“Tidak tahu ada bupati atau tidak Ema, Bapak tua (Bupati Ngada) kan tidak pernah buka kaca oto (kendaraan) kalau ketemu orang. Beda sekali le dengan Marianus (Mantan Bupati Ngada, red) dan Om Berny (Ketua DPRD Ngada, red),” lanjutnya.
Beberapa saat kemudian, saat iringan kendaraan pejabat mulai mendekat, kendaraan kedua setelah mobil pengawal itu tiba-tiba keluar jalur dengan kecepatan tinggi.
Salah satu bagian depan mobil sempat menyentuh ujung celananya di bagian lutut. Menurut Anton, istrinya sempat histeris setelah insiden itu. Anaknya juga menangis mendengar teriakan istrinya.
Ibu Aty, salah satu ASN di bagian hubungan masyarakat (Humas) Pemda Ngada ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa iring-iringan kendaraan itu merupakan kendaraan dinas pejabat dari Pemda Ngada yang hendak menuju ke Kecamatan Riung dalam urusan tugas.
Pejabat tertinggi yang ada dalam rombongan itu bukan Bupati Ngada, Andreas Paru melainkan Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Ngada, Hironimus Reba Watu.
“Bupatinya ada ikut sidang pemandangan umum fraksi jawaban pemerintah. Saya dampingi bapak Asisten Dua turun Riung,” kata Ati.
Sementara, pemerhati masalah sosial Kabupaten Ngada Bernard Gapi menyayangkan insiden yang nyaris menimpa warga Ngada itu.
Menurutnya, pejabat pemerintah Kabupaten Ngada harusnya lebih bijak meneladani perbuatan kepada publik.
Kebut-kebutan dijalanan, kata Bernard, sangat mengancam keselamatan pengendara dan pengguna jalan lain.
Meski perjalanan pejabat telah memenuhi protokol pejabat, namun sisi kemanusiaan pejabat juga harus tetap melekat selagi pejabat tersebut masih hidup. Misalnya, dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi jalan dan kondisi alam demi keselamatan orang lain.
“Terlepas ada atau tidaknya bupati dalam perjalanan itu, publik Ngada tetap akan menilai hal itu pada pemimpinnya. Kan ikan busuk dari kepala. Bisa saja, para pejabat yang ke Riung itu menirukan contoh berkendara pada perjalanan dinas sebelum-sebelumnya. Urgensi kebut-kebutan di jalan sempit itu apa?” kata Bernard.
Menurut Bernard, insiden yang nyaris menimpa warga Ngada itu bisa dapat dimaklumi bila kendaraan itu berasal dari petugas kebakaran yang hendak memadamkan api, kendaraan ambulance yang sedang membawa pasien gawat darurat atau kendaraan polisi yang sedang mengejar penjahat.
Pejabat Ngada yang melintas di ruas jalan Bajawa – Riung harus lebih peka terhadap kondisi jalan itu. Misalnya, memprioritaskan perbaikan ruas jalan Riung – Bajawa melalui lobi politik ke Pemprov NTT.
“Ini kan hanya pergi di Riung, macam langit mau runtuh saja. Berilah contoh yang baik. Rakyat lagi susah karena pandemi Covid-19, jangan bikin tambah susah lagi dengan biaya rumah sakit,” tohoknya.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba