Oleh: Tito Amal
Sastra adalah bentuk implementasi kekreatifan manusia dengan maksud dan tujuan tertentu. Sastra lahir dari pikiran, perasaan dan keadan sosial yang sedang dialami seseorang.
Para sastrawan memandang sebuah peristiwa dari sudut pandangan mereka kemudian menyampaikan pendapatnya tentang hal tersebut.
Ada bermacam bentuk karya satra seperti puisi, cerita pendek, novel dan lain sebagiannya.
Bentuk-bentuk karya sastra ini memiliki ciri dan unsur masing-masing, tetapi mempunyai fungsi yang kuang lebih sama dalam kehidupan kita. Funsi-fungsi sastra inilah yang dapat kita petik buahnya.
Sastra memegang peranan penting bagi kehidupan. Ada banyak hal yang dapat diwujudkan melalui karya sastra seperti sebagai media kritik dan penyampaian pendapat, sarana edukasi masyarakat, serta mengajak khalayak melakukan suatu tindakan seperti aksi kemanusiaan, pelestarian alam serta pengangkatan derajat kaum yang terpinggirkan.
Pelbagai ketimpangan lain dalam kehidupan bermasyarakat dapat dikritisi dengan menggunakan karya sastra.
Dengan menikmati karya sastra, orang juga dapat meningkatkan daya kritisnya, mendapat berbagai informasi serta mengenal dunia luar baik dalam bentuk budayanya, situasi sosial-politik serta perkembangan teknologi.
Semua kalangan bisa terjun ke dunia sastra, ikut berpartisipasi dalam pembuatannya, serta menikmati karya sastra orang lain.
Tidak ada sekat dalam dunia sastra. Sastra adalah ruang untuk berekspresi, mengangkat dan menegakkan keadilan, serta media upaya menghilangkan masalah-masalah bernegara seperti inteloransi, rasisme, dan radikalisme. Semua orang dapat memanfaatkan sastra sebagai bagian dari rasa cinta tanah air dan kepedulian sosial.
Kaum Muda sebagai Agen Perubahan
Para pemuda sekarang sekiranya mesti mengadopsi spirit cinta tanah air yang telah ditunjukkan oleh para pemuda prakemerdekaan seperti pemuda yang terlibat aktif dalam peristiwa sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928.
Mereka mengadakan event besar yang sangat berpengaruh sampai sekarang terutama dalam memupuk rasa persatuan dan mempertahankan keutuhan bangsa. Para pemuda yang merupakan perwakilan dari setiap daerah merelakan waktu dan tenaganya untuk menyatakan diri setumpah darah, sebagai satu bangsa, satu bahasa, Indonesia.
Para pemuda prakemerdekaan ini memiliki rasa cinta air yang tinggi, sikap patriotisme, serta bertoleransi terhadap semua perbedaan yang ada.
Semangat musyawarah untuk mufakat juga mereka tunjukkan lewat diskusi yang mereka adakan selama proses persiapan kemerdekaan.
Mereka juga mampu menghasilkan suatu produk yang sampai sekarang masih menjadi bagian penting dari upacara kenegaraan kita, yakni lagu Indonesia Raya.
Kaum muda sebagai agen perubahan dapat memanfaatkan sastra untuk berbagai misi mulianya, terutama menciptakan kehidupan yang sejahtera dan harmonis, sebagai bentuk rasa cinta tanah airnya.
Sastra yang adalah media kritik dan penyampaian pendapat serta wadah ajakan untuk melakukan suatu tindakan bisa digunakan pemuda dalam memerangi masalah yang selama ini menjadi momok mengerikan, seperti korupsi dan perundungan.
Seruan-seruan melalui karya sastra bisa membuka pikiran masyarakat umum terhadap ulah para pemegang kekuasaan yang sering menjarah hak warga.
Memerangi masalah-masalah serius ini menjadi kunci awal perubahan menuju kehidupan yang adil sehingga tercipta kesejahteraan. Para pemuda adalah penggerak roda kehidupan bernegara dan diatas pundak merekalah cita-cita negara diletakkan.
Para pemuda dapat membuat karya sastra yang berbau ajakan saling mencitai sesama, menghargai perbedaan dan memperhatikan hak orang lain. Ide-ide ini yang kemudian dikonsumsi publik sehingga mempengaruhi pola pikir masyrakat.
Masyarakat akan semakin sadar bahwa perundungan ataupun korupsi merupakan penghambat kesejahteraan, mereduksi kemajuan sehingga perlu dibasmi.
Berbagai ketimpangan yang muncul juga mesti diperangi pemuda dengan menggunakan karya sastra.
Kritik-kritik terkait masalah ekologis, pembangunan yang tidak merata dan kegagalan penanganan suatu masalah dapat dilontarkan melalui karya sastra.
Hal ini dapat menciptakan nilai demokrasi yang berkualitas, sekaligus menyadarkan orang atau kelompok terkait untuk meningkatkan kinerjanya serta mencari solusi terbaik dalam penanganan masalah yang sedang dihadapi.
Pemanfaatan berbagai komponen digital dapat membantu pemuda dalam melaksanakan progam perubahan yang telah diagendakan.
Ada berbagai opsi yang ditawarkankan oleh kemajuan teknologi untuk memudahkan pemuda dalam memerangi masalah korupsi dan perundungan. Salah satu yang paling menonjol adalah media sosial.
Para pemuda sebagai agen perubahan dapat membagikan hasil kerjanya seperti karya sastra, melalui media sosial tersbut. Dengan begini, semakin banyak orang yang akan terjamah manfaatnya, sebab media sosial merangkum semua kalangan.
Setali tiga uang dengan hal ini, pemuda juga dapat memetik buah yang lain seperti penghasilan dari media yang telah ia dirikan.
Catatan bagi Pemerintah dan Sekolah
Sebagai representasi dari negara, pemerintah mesti memfasilitasi berbagai upaya pemuda yang bertujuan menciptakan kesejahteraan bersama dan kemajuan.
Untuk itu, pemerintah mesti sedapat mungkin memantik animo para pemuda untuk terjun ke dunia sastra, sebagai salah satu langkah menuju perubahan dan mewujudkan cita-cita negara.
Ambil contoh yakni mengadakan event berbau sastra seperti sayembara tulisan, pendirian perpustakaan yang memadai serta pengadaan fasilitas penunjang internet seperti wifi dan sebagiannya.
Dengan begini para pemuda akan semakin tertarik pada sastra dan ikut berpartisipasi dalam pembuatannya.
Lembaga pendidikan seperti sekolah yang merupakan tempat siswa menimba ilmu mesti mampu menciptakan iklim literasi yang baik bagi para siswanya.
Pengadaan mading sekolah dengan terbitan yang konsisten dapat membawa dampak besar terhadapat kemampuan siswa dalam hal literasi berbagai jenis tulisan termasuk karya sastra yang memiliki aneka fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
Siswa akan semakin kaya dalam ilmu pengetahuannya dan semakin kritis dalam menanggapi beragam fenomena yang terjadi.
Penulis adalah siswa kelas XII SMA Seminari Pius XII Kisol