Ruteng, Vox NTT- Siang itu sehari sebelum hari Natal, 23 Desember 2021. Tiga (3) orang anak perempuan (molas) Harman (Stevi, Stela dan Moca), berbagi kasih Natal di Panti Asuhan. Mereka anak-anaknya Dr. Benny K. Harman, SH, (BKH).
Ada dua panti asuhan yang dikunjungi hari itu. Panti Asuhan Wae Peca di Kecamatan Wae Ri’i dan Panti Asuhan Pelayanan Kasih di Kecamatan Langke Rembong. Kedua panti ini ada di Kabupaten Manggarai.
BKH dan istri, dr. Ernawati Harman datang mendampingi kunjungan tersebut. Menurut BKH, anak-anak yang punya kegiatan. Mereka hanya datang mengantar dan mendampingi.
“Ini kegiatan anak-anak. Saya dan nyonya hanya datang mengantar anak-anak. Mereka yang punya acara. Acaranya apa, saya dan istri tidak tahu. Setelah tiba di sini, baru saya tahu kegiatannya anak-anak. Tentu sebagai orangtua, saya perlu datang mendampingi dan mengapresiasi,” ujar Ketua Fraksi Demokrat di MPR itu.
Pada kunjungan tersebut, tiga Molas Harman ini menghibur anak-anak panti dengan permainan teka-teki. Setiap jawaban yang benar diberikan hadiah. Tetapi selain hadiah personal seperti itu, mereka memberikan sumbangan dari yang mereka bisa.
“Kami memberikan apa yang bisa kami lakukan dari kegiatan harian kami. Kebetulan saya dan adik saya Stela sudah bekerja. Sedangkan si bungsu, Moca masih kuliah di UGM. Kami menyisihkan sebagian dari penghasilan kami untuk adik-kakak di panti,” ujar Stevi, anak sulung BKH.
Menurut Stevi, adik-kakak yang ada di panti adalah bagian dari mereka, bagian dari kita semua. “Mereka adalah bagian dari kami, bagian dari kita semua. Karena mereka adalah wajah kami yang lain,” ujar Stevi yang juga seorang dokter.
Stevi melanjutkan bahwa mereka adalah orang Manggarai yang kebetulan berada di Jakarta. “Apa yang kami lakukan pada hari ini hanyalah bagian dari bakti kami kepada kampung halaman. Bakti Kampung Halaman (BKH). Ini dari BKH Foundation. Mungkin tidak seberapa, tetapi kami memberikannya dengan penuh keiklasan,” jelas Stevi.
Sementara itu, anak-anak panti baik di Wae Peca maupun di Pelayanan Kasih menerima tiga (3) molas Harman dengan tari-tarian dan nyanyian. Ada berbagai jenis tarian dan lagu yang dibawakan anak-anak panti. Semua riang dan gembira.
Prinsip di Panti Asuhan
Ketika menyambut tiga molas Harman, pimpinan Panti Asuhan Wae Peca menceritakan sejarah, kondisi panti dan prinsip yang ditanamkan kepada penghuni.
Menurut Pastor Yakobus Modo, SVD, Panti Asuhan Wae Peca dibangun tahun 1959. Awalnya berdiri di Ruteng. Kemudian dipindahkan ke Wae Peca pada tahun 1975 sampai sekarang.
“Pertama kali panti ini dimulai di Ruteng. Panti dibangun karena begitu banyak mama-mama meninggal waktu melahirkan. Pada saat itu katanya, masih banyak orang Manggarai yang hidupnya susah. Dukun-dukun terlatih sangat kurang. Bidan dan perawat hanya satu dua orang. Semua serba kekurangan,” kisah Pastor yang sudah mendampingi panti selama 10 tahun terakhir.
Melihat situasi itu, lanjutnya, Pastor Kale SVD, dan dokter Bo membangun panti Asuhan Wae Peca. “Awalnya Pater Kale seperti pengemis, datang dari satu rumah ke rumah lain untuk meminta bantuan. Untungnya, orang Manggarai banyak berjiwa sosial,” kisah Pastor Yakobus yang akrab disapa opa Pater Kobus itu.
Pastor Kobus menambahkan, semua anak panti sekolah. Bahkan sudah ada lima (5) orang yang tamat sarjana. Yang lain masih SD, SMA dan SMK.
“Mengapa kami mudah sekolahkan anak-anak? Tanyanya retoris. Menurut dia, ada banyak kemudahan dari yayasan-yayasan di Ruteng. Anak-anak dibebaskan dari SPP. Di Perguruan Tinggi juga hanya bayar biaya 50% dari total biaya per semester. Dari mana biaya itu? kami andalkan tanah seluas 8,5 ha. Dan percaya, selama Tuhan Allah masih ada, jalan pasti ada,” cerita Pastor Kobus.
Menurut dia, ada dua (2) prinsip yang selalu ditanamkan kepada anak-anak panti. Bahwa sebelum ada orang untuk menolong, kita harus bisa menolong diri sendiri. Selain itu, kalau tidak kerja, tidak boleh makan. Anak-anak paham soal ini.
Sementara di panti asuhan Pelayanan Kasih, Paulina sebagai pimpinan mengatakan, pilar yang ditanamkan kepada anak-anak adalah doa dan kerja.
“Setiap hari kami semua harus berdoa bersama dan melakukan kerja-kerja secara teratur. Tidak boleh ada hari tanpa doa dan kerja,” ujar Paulina. (*VoN)