Bajawa, Vox NTT- Direktur Stefanus Gandi (SG) Institut Stefanus Gandi mengatakan, pandemi Covid-19 yang muncul sejak tahun 2019 lalu ada manfaat tersendiri untuk belajar tentang perkembangan teknologi.
Di musim pandemi, kata dia, setiap aspek pekerjaan termasuk pendidikan kebanyakan dieksekusi dari rumah dengan memanfaatkan teknologi.
“Kita berada di era teknologi 4.0. Kalau di luar negeri, di negara maju seperti Amerika dan negara-negara Eropa dan beberapa negara di Asia lainnya, mereka sudah sangat siap dengan lompatan teknologi ini,” kata Stefan saat membawakan materi pada seminar di Seminari Menengah KPA St. Paulus Mataloko, Kabupaten Ngada, Jumat (21/01/2022).
Sejak pandemi Covid-19, orang-orang pinggiran di Indonesia dipaksakan untuk belajar lompatan teknologi seperti aplikasi-aplikasi yang ada dalam gadget. Dan, hal tersebut terjadi saat musim pandemi Covid-19.
“Kalau anak-anak di kota penggunaan teknologi itu sudah dimulai dari SD, bahkan anak saya misalnya mereka bersekolah sudah menggunakan smartphone sudah menggunakan laptop dan fasilitas lainnya seperti ini aplikasi-aplikasi yang tumbuh jadi seiring berjalan waktu,” kata Direktur Indojet Aviasi itu.
Dengan pandemi, semua sektor kehidupan terpaksa harus menggunakan mesin dan teknologi yang merupakan ciri era industri 4.0.
Saat ini, lanjut dia, masuk era disrupsi, era di mana inovasi teknologi digital dan perubahan secara fundamental. Sebab, hadirnya teknologi digital dapat mengubah sistem yang terjadi secara global.
Sementara itu, Sekretaris Parennial Institut Dr. Mantovanny Tapung dalam kesempatan tersebut menjelaskan, setidaknya ada 4 keterampilan belajar yang harus dimiliki saat ini. Keempatnya adalah berpikir kritis, berpikir kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi.
Ia menjelaskan, berpikir kritis merupakan kemampuan untuk bisa membedakan mana yang baik, mana yang benar, dan mana yang salah, serta apa yang harus dilakukan.
“Apa yang tidak pantas dilakukan karena tidak semua yang masuk dalam diri kita bermanfaat tapi sebenarnya,” imbuh dosen di Unika St. Paulus Ruteng itu saat seminar bertajuk “Bincang-bincang Urgensi Literasi Jurnalistik, Kewirausahaan dan Digital di Era Disrupsi bagi Orang Muda”.
Kemudian berpikir kreatif, menurut dia, orang-orang zaman sekarang kalau tidak kreaktif maka akan mati sebelum meninggal dunia. “Karena itu, kita terus berpikir kritis, berpikir kreatif dan berinovasi,” katanya.
Kemudian berkolaborasi menurut dia, manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa bekerja sama dengan orang lain. Kemudian, hasil kerja tidak maksimal kalau tidak bisa berkolaborasi dengan orang lain.
“Sekarang bukan saatnya berkompetisi lagi tetapi berkolaborasi,” jelas Manto.
Lalu, berkomunikasi menjadi sangat penting ketika bekerja sama dengan orang lain. “Untuk masuk dalam dunia sekarang ini bukan Univers, sekarang ini standar dasar untuk berkomunikasi adalah bahasa Inggris, selain bahasa Indonesia,” jelas Manto.
Penulis: Ardy Abba