Bajawa, Vox NTT- Direktur Stefanus Gandi (SG) Institut, Stefanus Gandi, menilai tamatan sekolah Seminari sangat diperhitungkan di dunia luar.
Ia juga mengaku pernah ‘mengecap’ pendidikan di Seminari walau tidak bertahan lama. Itulah sebabnya, Stefan berani menilai para lulusan Seminari sangat diperhitungkan.
“Saya percaya adik-adik di sini grade ilmunya itu sangat tinggi ketimbang SMA pada umumnya,” kata Stefan saat seminar bertajuk ‘Urgensi Literasi Jurnalistik, Kewirausahaan dan Digital di Era Disrupsi bagi Orang Muda’, di Seminari St. Berkhmans Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Jumat (21/01/2022) sore.
Menurut dia, tamatan Seminari sangat diperhitungkan karena lembaga pendidikan bagi calon pastor Katolik Roma itu memiliki karakter pendidikan yang khas.
Disiplin ilmu di Seminari, kata Stefan, sangat tinggi dan sebagai tempat membangun karakter atau character building.
“Seminari itu adalah tempat untuk membangun karakter. Orang yang tamatan Seminari itu sangat diperhitungkan baik dari segi kemampuan berkomunikasinya, leadership-nya, termasuk manajemennya dalam pengelolaan isu sangat bagus,” katanya.
Terpisah, Sekretaris Parennial Institut Dr. Mantovanny Tapung dalam kesempatan tersebut menjelaskan, setidaknya ada 4 keterampilan belajar yang harus dimiliki saat ini. Keempatnya adalah berpikir kritis, berpikir kreatif, berkolaborasi, dan berkomunikasi.
Ia menjelaskan, berpikir kritis merupakan kemampuan untuk bisa membedakan mana yang baik, mana yang benar, dan mana yang salah, serta apa yang harus dilakukan.
“Apa yang tidak pantas dilakukan karena tidak semua yang masuk dalam diri kita bermanfaat tapi sebenarnya,” imbuh dosen di Unika St. Paulus Ruteng itu.
Kemudian berpikir kreatif, menurut dia, orang-orang zaman sekarang kalau tidak kreaktif maka akan mati sebelum meninggal dunia. “Karena itu, kita terus berpikir kritis, berpikir kreatif dan berinovasi,” katanya.
Kemudian berkolaborasi menurut dia, manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa bekerja sama dengan orang lain. Kemudian, hasil kerja tidak maksimal kalau tidak bisa berkolaborasi dengan orang lain.
“Sekarang bukan saatnya berkompetisi lagi tetapi berkolaborasi,” jelas Manto.
Lalu, berkomunikasi menjadi sangat penting ketika bekerja sama dengan orang lain. “Untuk masuk dalam dunia sekarang ini bukan Univers, sekarang ini standar dasar untuk berkomunikasi adalah bahasa Inggris, selain bahasa Indonesia,” jelas Manto.
Sementara itu, Siswa Kelas II Ilmu Sosial Seminari St. Berkhmans Mataloko, Juan Ropa menyampaikan terima kasih kepada SG Institut dan Perennial Institut yang telah menginisiasi kegiatan seminar tentang literasi tersebut.
Ia pun berharap seminar tersebut bisa memotivasi teman-temannya agar lebih semangat dalam membaca dan menulis. Di era industri 4.0 ini pun para seminaris diharapkan lebih mengenal teknologi digital.
“Dengan kegiatan ini semoga teman-teman mungkin lebih mengenal lagi sosok Stefan Gandi. Terima kasih banyak sudah memberi motivasi dan arahan untuk kami bisa lebih giat dan rajin dalam membaca dan menulis,” kata Juan kepada VoxNtt.com.
Hal senada disampaikan Kepala SMP Seminari Mataloko, Pastor Kristoforus Betu. Saat membuka kegiatan seminar, Pastor Kristo mengaku sangat tertarik dari nilai perjalanan literasi dan gerakan kemanusiaan yang digagas oleh SG Institut dan Perennial Institut menyusuri Pulau Flores.
“Sampaikan kapan pun manusia terus menulis. Tidak ada kata yang akan habis kita sebagai manusia ini, kecuali napas sudah putus,” katanya.
“Terima kasih tentu ini sangat luar biasa bagi kami di sini. Semoga apa yang disampaikan dapat bermanfaat di kemudian hari,” imbuh Pastor Kristo.
Penulis: Ardy Abba