Oleh: Emandus Tes
(Mahasiswa Filsafat di Unika Mandira kupang. Warga Sisi-Fatuberal-Lamaknen-NTT)
Dalam realitas hidup ini manusia senantiasa berjuang untuk hidup seimbang. Aneka cara telah dan sedang dilakonkan untuk menggapai keseimbangan itu. Misalkan manusia bekerja keras agar hidupnya lebih baik dari hari kemarin dan hari ini.
Tujuan dari hidup seimbang adalah untuk mencapai kebahagiaan. Hidup bahagia adalah hidup yang tidak mengalami kekurangan di dalam melakonkan realitas nyata secara hari ini.
Sering orang berlabuh ke tempat-tempat wisata untuk mencari kebahagiaan dan kedamaian batin. Di sanalah terpancar secercah inspirasi untuk memaknai hidup ini menjadi hidup yang lebih baik dari masa-masa silam yang telah pergi.
Tempat-tempat yang membuat kehidupan kita merasa nyaman dan tenang. Tempat-tempat teduh dan panorama alam yang indah adalah incaran dari para petualang pencari bahagia di tengah ramainya kesibukan duniawi.
Pada tataran inilah manusia menyatuhkan keharminisannya dengan alam sebagai sesame ciptaan yang selalu menyajikan kebahagiaan unik dan spesial.
Lantas muncul pertanyaan, apakah sajian keindahan alam indah yang terbentang luas di tengah semesta itu memancarkan bahagia sepanjang hidup? Segala yang ada di sana tak menjamin manusia hidup bahagia tapi mesti ada cara lain untuk memetik bahagia menjadi sempurna.
Bahagia yang sempurna adalah bahagia yang lahir dari kedalaman batin tanpa adanya unsur keterpaksaan dari pihak mana pun. Bahagia itu tercipta karena adanya kedamaian hati oleh suatu pencapaian.
Bahagia karena relasi dengan Tuhan, sesame dan alam semesta sangat harmonis. Bahagia karena unsur kerikatan bersama ketiga unsur ini tak terpisahkan dalam menjalani hidup ini.
Kedamaian yang dialami di tengah semesta maha luas ini hanyalah dari sebagain kecil yang diharapkan manusia. Namun yang terdalam dan jauh dari itu adalah manusia meluangkan waktu untuk masuk ke kedalaman diri dan menemukannya.
Tidak semudah membalikkan telapan tangan untuk menggapai itu. Mari sejenak belajar dari salah permainan tradisional yang sangat populer di kalangan masyarakat yakni permaianan gasing.
Permainan Gasing sendiri memiliki makna filosofi berharga bagi generasi muda. Mengapa gasing bisa berputar lama? Hal ini disebabkan karena gasing seimbang. Hal ini mengajarkan manusia yang ingin memiliki usia lanjut di bumi, maka harus memiliki keseimbangan.
Keseimbangan yang dimaksudkan di sini adalah di mana manusia membangun hubungan yang intim dan mendalam dengan Tuhan.
Menciptakan kehidupan rohani yang mantap, melestarikan kehidupan sosisal sebagai bagian dan kehidupan jasmani. Ketika kita mampu membagun hubungan yang intens dan mendalam dengan Tuhan, alam dan kehidupan sosial dan dengan diri sendiri maka kelak bahagia itu akan berakar di dalam diri pribadi manusia.
Di sinilah Manusia mampu menemukan ketenangan dan kenyaman jiwa yang abadi. Karena itu, jangan sekali-kali melepaskan diri dari Tuhan, sesame dan alam ciptaan.
Manusia ada dan diadakan oleh Tuhan bersama sesama yang lain dan semesta sebagai medan untuk melakonkan nilai-nilai kebajikan yang telah Tuhan wariskan kepada manusia untuk menata hidup kea rah yang lebih baik dan mantap.
Ada pula, nilai-nilai lain yang bisa dipetik maknanya dari permainan gasing yakni perputaran gasing yang lama. Dari perputaran gasing ini dapat diambil maknanya bahwa hidup manusia ini mengalami rotasi.
Rotasi realitas kehidupan itu terkadang ada situasi suka dan dan duka. Ada tawa dan tangis. Ada bahagia dan derita. Ada susah dan senang.
Oleh karena itu manusia membutuhkan perjuangan. Hidup itu adalah perjuangan. Tidak kehidupan yang dijalani tanpa perjuangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.
Perputaran permainan gasing ini memberikan sebuah kesadaran bagi bahwa hidup ini bukan hanya senang meluluh tetapi ada sakit dan dukanya demikian pun sebaliknya.
Dalam realitas kehidupan manusia sering kali hidup tidak seimbang. Manusia mengalami kehidupan yang miring terutama di zaman ini.
Di mana banyak orang tidak lagi sibuk dengan kehidupan agama. Menghadiri kehidupan agama pun hanya menunggu hari-hari raya penting yang sifatnya momentum saja.
Ada situasi senang maka orang akan hadir dalam kegiatan keagamaan. Bila tidak ada maka orang tidak sibuk dengan kehidupan rohani.
Ketika tidak lagi membangun hubungan yang intim dengan Tuhan disitulah manusia mudah terseret kepada padang gurun kehidupan yang amat sunyi dan menyiksa. Manusia akan mengalami batin yang kosong dan hampa.
Ketika mengalami batin yang hampa maka sangat sulit untuk masuk ke dalam diri sendiri. Maka janganlah apatis dengan kehidupan rohani.
Ketika manusia tidak lagi membangun hubungan dengan Tuhan, maka manusia akan hidup dalam kesendirian, karena sangat sulit untuk hidup bergaul dengan alam apalagi dengan sesama manusia. Manusia akan sibuk dengan kesibukannya sendiri.
Mari menjadikan pribadi sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk mengamankan diri dari kehidupan batin yang bergejolak.
Maka marilah belajar untuk menyeimbangkan kehidupan batin-spritual dan kehidupan jasmani dari permainan gasing.
Buanglah keegoismean diri dan mulailah membangun kehidupan yang intim dengan Tuhan, alam dan sesama dan juga dengan diri sendiri. Sebab semuanya adalah satu dan sama di tangan Sang Pemilik hidup.
Janganlah melepaskan diri dari kesatuan itu. Belajar keseimbangan itu sangat penting di zaman ini supaya hidup tetap utuh dan tidak tercecer di tengah derasnya tawaran zaman yang menggiurkan.