Maumere, Vox NTT- Direktur Stefanus Gandi (SG) Institut, Stefanus Gandi, menyebut hingga kini minat mahasiswa untuk berwirausaha masih rendah. Mahasiswa masih berpikir bahwa kuliah hanya untuk menjadi karyawan atau PNS.
“Kondisi seperti ini kenapa? Kenapa terjadi? Apakah karena dorongan atau motivasi dari orangtua misalnya seperti tadi pertanyaan awal saya, yang memang tidak mampu membangkitkan gairah berwirausaha atau apakah karena etos kerja atau apa karena memang ingin berkonsentrasi belajar untuk mempersiapkan diri sehingga tidak bisa melihat tantangan sebagai peluang?” tukas Stefan saat seminar di Kampus Unipa Indonesia Maumere, Kabupaten Sikka, Selasa (25/01/2022).
BACA JUGA: Semarak Seminar di Unipa, Tim Kirab Literasi Flores Disambut Tarian Soka Papak
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang berminat untuk berwirausaha, misalnya alasan tidak ada modal atau tidak pernah dibekali dengan pengetahuan seputar wirausaha.
Hal ini juga, kata Stefan, menjadi tantangan. Padahal sebenarnya gelar sarjana atau gelar akademik tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
“Jadi, saya mohon maaf, bukan mendegradasi dan mengurangi nilai. Tetapi inilah fakta-fakta yang terjadi di lapangan saat saya mulai membuka usaha kurang lebih 15 tahun dari umur 20 tahun,” tandas Stefan.
Ia menjelaskan, sampai saat ini peran pendidikan, khususnya pada Perguruan Tinggi sangat penting untuk menumbuhkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.
Sehingga terbatasnya lapangan pekerjaan tidak lagi menjadi masalah besar, karena mahasiswa sudah mampu menjalankan usaha sendiri.
Untuk lebih meningkatkan kemampuannya, pemerintahan sudah memberikan wadah bagi mahasiswa yang mau belajar berwirausaha.
Sebab, pemerintah sadar bahwa dalam pembangunan ekonomi di Indonesia kewirausahaan mempunyai peran yang sangat penting.
Menurut Stefan, dengan berwirausaha mampu mendatangkan inovasi dan gagasan baru dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
Kewirausahaan sendiri merupakan proses pengembangan dan penerapan kreativitas, serta inovasi dalam menyelesaikan masalah. Kemudian, mampu melihat peluang untuk menciptakan suatu usaha
“Kewirausahaan merupakan suatu proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang terwujud dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tujuan, kiat proses, dan hasil bisnis,” jelas Direktur Indojet Sarana Aviasi itu.
Dapat disimpulkan, lanjut dia, bahwa kewirausahaan adalah suatu proses pengembangan dan penerapan kreativitas untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang terwujud dalam perilaku, baik di lingkungan masyarakat atau di kalangan mahasiswa.
Sementara itu, Sekretaris Perennial Institut Dr. Mantovanny Tapung menjelaskan, di era revolusi industri 4.0 diperlukan suatu keterampilan yang dapat mengantarkan sesorang untuk sukses dalam kehidupannya.
Keterampilan tersebut yakni 4C. Keempatnya antara lain, keterampilan Critical thinking, Communication, Creative thinking, dan Collaboration.
Ia menjelaskan, berpikir kritis merupakan kemampuan untuk bisa membedakan mana yang baik, mana yang benar, dan mana yang salah, serta apa yang harus dilakukan.
“Apa yang tidak pantas dilakukan karena tidak semua yang masuk dalam diri kita bermanfaat tapi sebenarnya,” imbuh dosen di Unika St. Paulus Ruteng itu.
Kemudian berpikir kreatif, menurut dia, orang-orang zaman sekarang kalau tidak kreaktif maka akan mati sebelum meninggal dunia. “Karena itu, kita terus berpikir kritis, berpikir kreatif dan berinovasi,” katanya.
Kemudian berkolaborasi menurut dia, manusia tidak mungkin bisa hidup tanpa bekerja sama dengan orang lain. Kemudian, hasil kerja tidak maksimal kalau tidak bisa berkolaborasi dengan orang lain.
“Sekarang bukan saatnya berkompetisi lagi tetapi berkolaborasi,” jelas Manto.
Lalu, berkomunikasi menjadi sangat penting ketika bekerja sama dengan orang lain. “Untuk masuk dalam dunia sekarang ini bukan Univers, sekarang ini standar dasar untuk berkomunikasi adalah bahasa Inggris, selain bahasa Indonesia,” jelas Manto.
Penulis: Ardy Abba