Maumere, Vox NTT- Maumere menjadi titik klimaks dalam rangkaian kirab literasi lintas Flores yang digagas oleh Stefanus Gandi (SG) Institut dan Perennial Institut.
Benar saja, tim yang datang dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, menyusuri beberapa titik di Pulau Flores itu disambut dengan meriah di Kampus Universitas Nusa Nipa (Unipa) Indonesia Maumere, Kabupaten Sikka, Selasa (25/01/2022).
Lenggak-lenggok tarian Soka Papak oleh beberapa mahasiswa di kampus itu turut memeriah seminar bertajuk ‘Urgensi Literasi Jurnalistik Kewirausahaan dan Digital di Era Disrupsi’.
Soka Papak sendiri adalah tarian yang berasal dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, untuk menyambut para tamu (raja dan ratu) pada zaman dahulu.
Secara harfiah, Soka Papak terdiri dari kata Soka yang berarti tarian dan Papak yang berarti menyambut.
Teriakan bergemuruh di Aula Nawacita Kampus Unipa, tempat acara seminar berlangsung, ketika liukan tubuh para penari yang merupakan gabungan pria dan wanita disertai alunan musik mengantar para pemateri ke dalam ruangan. Pakaian adat beragam corak yang dikenakan para penari tentu saja menambah daya kagum.
Sesaat setelah para pemateri duduk di kursi bagian depan, disusul langkah kaki terukur diiringi irama musik para model masuk dari pintu barat ruangan. Beberapa wanita berparas cantik dan bertumbuh tinggi itu memegang bunga di tangan untuk kemudian diberikan kepada setiap pemateri.
Kemeriahan tidak hanya sampai di situ saja. Sebuah teater yang mempertunjukan situasi miris praktik pengadilan yang terkesan tidak berpihak pada kaum lemah ikut menambah deretan semangat memanjakan mata.
Teater yang merupakan manifestasi dari aktivitas naluriah para pemain dari ‘Nipa Teater’ seakan menggoda hati penonton untuk berempati pada realitas praktik hukum yang cenderung berpihak pada penguasa.
Rektor Unipa Indonesia Dr. Angelinus Vincentius mengaku, acara sengaja didesain semeriah mungkin karena bersamaan dengan pembukaan kuliah tatap muka pada semester genap tahun anggaran 2021/2022.
Dalam acara pembukaan kuliah tatap muka ini juga diisi dengan festival kewirausahaan dengan membuka beragam stan sebagai tempat penjualan produk.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada bapak, ibu, serta adik-adik sekalian yang telah memberikan perhatian untuk hadir dalam acara seminar literasi jurnalistik, kewirausahaan dan digital,” kata Angelinus dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan seminar.
Menurut dia, seminar tersebut terselenggara berkat kerja sama antara Lembaga Stefanus Gandi Institut, Perennial Institut dan berkolaborasi dengan Universitas Nusa Nipa Indonesia.
Unipa, PTS Terbaik Nomor 5 di NTT
Dalam sambutannya pula, Angelinus menjelaskan, Kampus Unipa Indonesia Maumere merupakan kampus terbaik nomor 5 dari 56 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Nusa Tenggara Timur.
“Jika digabungkan bersama dengan semua Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Nusa Tenggara Timur, maka Unipa berada pada posisi terbaik nomor urut 10, menurut versi Webometrics edisi bulan ini Januari 2022,” jelasnya.
Kewirausahaan Punya Peran Penting
Sementara itu, Direktur SG Institut Stefanus Gandi, dalam pemaparan materinya mengatakan, dalam pembangunan ekonomi di Indonesia kewirausahaan mempunyai peran yang sangat penting.
Menurut dia, dengan berwirausaha mampu mendatangkan inovasi dan gagasan baru dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia.
Kewirausahaan sendiri merupakan proses pengembangan dan penerapan kreativitas, serta inovasi dalam menyelesaikan masalah. Kemudian, mampu melihat peluang untuk menciptakan suatu usaha
“Kewirausahaan merupakan suatu proses untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Kewirausahaan merupakan suatu nilai yang terwujud dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tujuan, kiat proses, dan hasil bisnis,” jelas Direktur Indojet Sarana Aviasi itu.
Dapat disimpulkan, lanjut dia, bahwa kewirausahaan adalah suatu proses pengembangan dan penerapan kreativitas untuk menciptakan inovasi-inovasi baru yang terwujud dalam perilaku, baik di lingkungan masyarakat atau di kalangan mahasiswa.
Ia menegaskan, di kalangan mahasiswa, minat untuk bergelut di bidang wirausaha masih sangat minim. Mahasiswa masih berpikir bahwa kuliah hanya untuk menjadi karyawan atau PNS.
“Kondisi seperti ini kenapa? Kenapa terjadi? Apakah karena dorongan atau motivasi dari orangtua misalnya seperti tadi pertanyaan awal saya, yang memang tidak mampu membangkitkan gairah berwirausaha atau apakah karena etos kerja atau apa karena memang ingin berkonsentrasi belajar untuk mempersiapkan diri sehingga tidak bisa melihat tantangan sebagai peluang?” tukas Stefan.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang menyebabkan mahasiswa kurang berminat untuk berwirausaha, misalnya alasan tidak ada modal atau tidak pernah dibekali dengan pengetahuan seputar wirausaha.
Hal ini juga, kata Stefan, menjadi tantangan. Padahal sebenarnya gelar sarjana atau gelar akademik tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan pekerjaan.
“Jadi, saya mohon maaf, bukan mendegradasi dan mengurangi nilai. Tetapi inilah fakta-fakta yang terjadi di lapangan saat saya mulai membuka usaha kurang lebih 15 tahun dari umur 20 tahun,” tandas Stefan.
Ia menjelaskan, sampai saat ini peran pendidikan, khususnya pada Perguruan Tinggi sangat penting untuk menumbuhkan minat mahasiswa dalam berwirausaha.
Sehingga terbatasnya lapangan pekerjaan tidak lagi menjadi masalah besar, karena mahasiswa sudah mampu menjalankan usaha sendiri.
Untuk lebih meningkatkan kemampuannya, pemerintahan sudah memberikan wadah bagi mahasiswa yang mau belajar.
Penulis: Ardy Abba