Internasional, Vox NTT- Pada perang Tiongkok-Jepang Kedua, Jepang menyerang dengan sagat brutal.
Banyak nyawa hilang dari kedua belah pihak, tetapi kejadian yang aneh adalah hilangnya Batalion Nanking.
Batalion tentara Tiongkok ini menghilang begitu saja dan masih belum ada konsensus tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Pada bulan Desember 1937, batalion yang terdiri dari 3.000 tentara Tiongkok ditugaskan ke wilayah Nanking.
Fokus utama mereka adalah mempertahankan jembatan di Sungai Yangtze.
Malam tanggal 9 Desember 1937, komandan batalion, Li Fu Sien, tidur seperti biasanya.
Pada pagi hari tanggal 10 Desember, dia dibangunkan oleh ajudannya yang membawa kabar kurang menyenangkan.
Beritanya yakni bahwa garis pertahanan tidak menanggapi sinyal atau panggilan apa pun.
Sebuah tim kemudian dibentuk untuk menyelidiki keheningan tersebut.
Ketika mereka tiba di posisi garis pertahanan, daerah tersebut sudah ditinggalkan.
Senjata berat masih di tempatnya dan siap ditembakkan.
Api yang tersembunyi masih menyala dan hangat.
Para prajurit dan petugas lapangan pergi begitu saja tanpa ada tanda-tanda ke mana mereka pergi.
Para prajurit yang tersisa ditanyai tentang batalion yang hilang.
Orang-orang yang berada di jembatan itu menyatakan bahwa mereka tidak melihat adanya pergerakan.
Prajurit lain juga menyatakan bahwa tidak ada suara pertempuran pada malam hari.
Mereka tidak memiliki petunjuk tentang apa yang terjadi di garis pertahanan.
Spekulasi pertama untuk menjelaskan kejadian ini yakni bahwa batalion telah menyerah kepada Jepang.
Tapi jika batalion itu pergi ke Jepang, kemungkinan besar mereka akan disiksa atau dibunuh.
Spekulasi kedua mengatakan bahwa mungkin mereka melarikan diri karena lelah berperang.
Meskipun jembatan adalah satu-satunya jalan ke Nanking, itu bukan satu-satunya jalan keluar dari daerah itu.
Para petani di daerah Nanking mungkin bersedia membantu tentara yang melarikan diri.
Berita tentang desersi massal dapat menurunkan moral dan memberikan propaganda kepada Jepang untuk melemahkan pemerintah China.
Meskipun desersi mungkin saja terjadi, namun sulit dibuktikan.
Vegetasi di daerah Nanking pada saat itu jarang dan tidak akan memberikan perlindungan yang cukup untuk hampir 3.000 tentara.
Laporan Jepang juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah bertemu dengan sekelompok tentara Tiongkok.
Ada beberapa perdebatan mengenai narasi penghilangan tersebut.
Beberapa versi cerita menempatkan insiden itu terjadi pada bulan Desember 1937 menjelang Pertempuran Nanking.
Lainnya menempatkan insiden ini pada tahun 1939, satu setengah tahun setelah pertempuran.
Fakta bahwa tidak ada bukti sejarah atas hilangnya hampir 3.000 tentara memberikan jawaban bahwa penghilangan tersebut tidak pernah terjadi.
Tidak ada sejarawan atau publikasi terkemuka yang meneliti kasus ini dan mungkin hanya mitos.
Mengingat informasi ini, sangat mungkin bahwa batalion Nanking tidak pernah ada dan rekayasa total. (*)
Sumber: Grid.ID