Oleh: Yohanes Mau
Misionaris SVD asal Belu Utara.
Peduli masalah politik, sosial dan kemanusiaan.
Tinggal di Zimbawe-Afrika.
Sejak 15 Juni 2021 silam Divisi Perempuan Truk-f dan aktivis HAM Kabupaten Sikka menangani kasus 17 anak perempuan di bawah umur yang menjadi korban eksploitasi pada 4 Pub di kota Maumere, Sikka-Flores NTT.
Hingga awal tahun 2022 ini kasus tersebut belum menemukan titik finalnya. Entahlah siapakah dalang di balik sandiwara terkutuk ini? Kita lihat saja nanti.
Divisi Truk-f dan aktivis HAM kabupaten Sikka sedang proses di jalan menuju tuntas penanganan kasus kemanusiaan ini.
Suara pencari keadilan tetap bergaung di tengah derasnya wabah Covid-19. Suara atas nama kaum kecil yang tak mampu bersuara.
Suara itu terus bergaung hingga kelak terkuaknya kebenaran dan penegakkan keadilan, serta hukuman kepada para pelaku sesuai hukum yang berlaku di negeri ini.
Bersama tim dari Divisi Truk-f dan aktivis HAM Kabupaten Sikka bersenergi memberantas perdagangan manusia hingga ke akar-akarnya.
Para penjahat berduit telah melakukan tindakan kejahatan untuk anak perempuan dibawah umur. Tindakan kejahatan macam ini digolongkan di dalam tindakan binatang.
Binatang adalah binatang yang tidak berakal budi. Sedangkan manusia adalah binatang yang berakal budi.
Ditelisik dari kasus ini maka saya katakan bahwa para pelaku kekerasan 17 anak perempuan di kota Maumere itu adalah benar-benar binatang yang tidak berakal budi.
Alasan jelas, hati mereka tak berfungsi sebagaimana hati manusia pada umumnya. Hati mereka telah tertimbun oleh harta duniawi dan kekayaan yang sifatnya sementara.
Mereka memiliki mata namun tak mampu melihat pancaran keindahan yang membias dari wajah ke 17 anak perempuan itu.
Mata mereka telah tertutup oleh nilai uang yang menjadi jalan pintas untuk menggapai bahagia. Padahal sejati dari uang hanyalah alat untuk melancarkan kebaikan dan cinta kepada yang lain.
Namun dari sudut kasus ini saya dapat menganalisa bahwa para pemilik Pub di Maumere itu bukanlah jenis manusia yang berakal budi.
Mereka digolongkan ke dalam binatang yang sama sekali tidak berakal budi dan berhati.
Berhadapan dengan kasus kekerasan ini sebagai manusia yang berhati tidak mungkin membiarkannya hanyut dan larut dalam derita yang panjang.
Manusia adalah makluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Manusia ingin agar manusia yang lain juga hidup sesuai dengan kodratnya sebagai manusia.
Artinya, semua manusia berhak untuk hidup secara layak sebagai manusia. Tidak ada manusia lain yang menjadikan kaum kecil dan lemah sebagai alat untuk mendatangkan keuntungan.
Manusia itu adalah makluk ciptaan Tuhan yang bermartabat luhur. Manusia makluk yang unik dan istimewa dari makluk ciptaan lainnya.
Pada tataran ini dapat dilihat jelas misi kemanusiaan yang sedang diperjuangkan oleh Divisi Truk-f dan Aktivis HAM Kabupaten Sikka menunjukkan akan adanya hati yang besar dan menaruh peduli terhadap manusia sebagai keutuhan ciptaan Tuhan yang tidak boleh direndahkan martabat hidupnya seperti binatang.
Manusia adalah gambaran Allah yang setia mengalirkan kebaikan kasih kepada yang lain. Manusia bukanlah binatang yang diperdagangkan kapan saja untuk mendatangkan keuntungan.
Melakukan kekerasan dan memperdagangkan manusia itu sama halnya membiarkan segala totalitas dirinya menjadi binatang secara utuh.
Sandiwara yang sedang dilakukan oleh pemilik pub di kota Maumere ini adalah proses membiarkan diri menuju binatang yang sempurna.
Apresiasi untuk tim kemanusiaan yang sudah dan sedang berjuang menegakkan keadilan dan memblokade tindakan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Dari kasus kekerasan terhadap 17 anak perempuan dibawah umur ini mata dan hati publik dibuka untuk melihat dan merasa bahwa dunia ini masih indah.
Di dalam segala yang indah itu ada seni. Seni itu yang dipertahankan agar ia tetap ada dan hidup di tengah derasnya badai hidup ini.
Di dalam situasi dunia yang semakin hari semakin berubah ini hati manusia ditantang. Apakah hati manusia masih setia mengalirkan cinta kepada yang lain?
Perempuan dan anak adalah kaum lemah namun mereka bukanlah kelas dua. Mereka adalah ciptaan jari tangan Tuhan. Mendapatkan hembusan napas yang sama dari Tuhan.
Sama-sama menjadi rekan kerja Tuhan untuk menjaga dan melestarikan semesta ini secara baik dan benar.
Turut mengambil bagian di dalam proyek Tuhan yakni keselamatan umat manusia.
Berikut beberapa tawaran solusi kepada publik agar tidak ada satu, dua binatang berakal budi yang membenarkan dan melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Pertama, berakal budilah. Berakal budi artinya mampu memahami suatu subjek dan menjadikannya sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan orang lain tanpa merugikan pihak lain hanya demi keuntungan pribadi.
Melakonkan hidup ini secara manusiawi demi kepentingan bonum commune.
Di sana tidak membungkus kepalsuan demi pemenuhan hasrat diri. Berakal budi menghantar manusia kepada kesejatian dirinya sebagai manusia yang benar.
Manusia yang benar adalah dia yang memperjuangkan hidup ini agar tetap hidup dan berguna bagi orang lain serta pemuliaan martabat hidup manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan yang utuh.
Kedua, Mencintai perempuan dan anak-anak dengan sepenuh hati. Perempuan adalah ibu dari segala kehidupan.
Mencintai perempuan sama halnya merawat hidup menjadi tetap hidup dan terlestari hingga keabadian.
Mencintai perempuan janganlah hanya dengan seluruh hati saja tapi cintailah perempuan dengan segala pikiran dan segala kekuatan yang ada.
Sehingga dari sana terleburlah unsur-unsur itu menjadi satu kesatuan yang menguatkan untuk setia berkanjang hadapi tawaran dunia yang semakin menggelora.
Anak-anak adalah kaum kecil yang sering disepelakan dalam pergaulan sosial. Mereka tak dihitungkan di dalam masyarakat.
Namun ada hikma yang mesti dipelajari dari anak-anak adalah kejujuran dan kepolosannya dalam melakonkan hidup. Tiada kepalsuan yang ditampilkan dalam sandiwara hidup. Mereka tampil apa adanya.
Dari anak-anak yang sering menjadi sasaran kekerasan itu sebenarnya publik sedang dibuka mata dan hatinya untuk menimba nilai kemurnian dan kesucian yang terbungkus di dalam diri mereka.
Ketiga, Lestarikan yang telah ada. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan mulia. Menjadi missio Dei /rekan kerja Tuhan. Yang utuh itu adalah ciptaan Tuhan.
Tidak ada yang merubah dan merusaknya lagi. Yang ada itu mesti dijaga dan dirawat agar tetap utuh dan berdaya guna bagi segala makluk. Melakukan kekerasan kepada kaum perempuan dan anak-anak adalah merusak citra Allah.
Artinya, dengan tahu dan mau melakukan kekerasan terhadap wajah Allah yang tampak di dalam wajah-wajah perempuan dan anak-anak.
Maka hal terbaik yang mesti dipegang teguh oleh semua manusia entah dari kalangan mana saja, apa pun agama, latar belakang, suku, bangsa, ras dan etnis, kaya dan miskin adalah mampu melihat yang lain sebagai pancaran wajah Allah yang menyata dalam realitas hidup. Di sanalah wajahNya ditemukan.
Lestarikan yang telah diadakan olehNya. Jangan merusaknya hanya demi keuntungan dan kenikmatan sesaat.
Semoga beberapa percikan tawaran sederhana ini menjadi pegangan untuk publik.
Juga sebagai lonceng alarm yang selalu mengingatkan bahwa manusia adalah makluk yang bermartabat dan mulia.
Manusia bukanlah barang yang mesti diperdagangkan untuk mendatangkan keuntungan bagi ketenaran dan kepuasan.
Percikan sederhana ini sebagai gugatan atas bermasalahnya hukum di pemerintahan kabupaten Sikka. Hukum di tanah Sikka yang runcing ke bawah dan tumpul ke atas.
Semoga saatnya segera tiba, dan yang tumpul itu mematikan para pelakon di balik kasus 17 anak yang dieksploitasi di Pub Maumere.
Pandanglah manusia sebagai rekan kerja untuk menata dunia ini ke arah yang lebih baik dari kemarin-kemarin yang telah pergi.
Hari kemarin telah pergi,
Yang tersisa hanyalah kisah-kisah kenangan,
Hari ini datang lagi,
Jejak apakah yang mesti kujejaki?
Esok sedang menunggu dengan setia
Strategi apa yang sedang disiapkan agar tidak menyesal?
Bermata dan berhatilah