Internasional, Vox NTT- Immurement adalah praktik di mana seseorang dikubur hidup-hidup dengan cara memasukan ke ruang kecil yang hanya cukup untuk tubuhnya.
Kemudian, orang yang ditidurkan dibiarkan di ruang itu sampai meninggal, entah karena dehidrasi atau kelaparan, bahkan sesak napas mungkin menjadi penyebab kematian.
Imurement paling sering dilakukan sebagai jenis hukuman, meskipun mungkin juga dilakukan untuk tujuan lain, misalnya, sebagai bentuk pengorbanan manusia. Kisah-kisah elit yang dikuburkan dengan pelayan atau budak mereka sebagai bagian dari ritual pemakaman dapat ditemukan di berbagai budaya kuno. Diyakini bahwa orang-orang ini dikorbankan agar mereka bisa menemani tuannya ke alam baka.
Mengutip laman Ancient-Origins, banyak peradaban yang pernah melakukan praktik immurement ini. Praktek kejam yang biasanya telah dilakukan dengan mengunci jiwa malang dalam semacam kotak seperti peti mati atau dalam kasus lain, menyegel mereka ke dinding tembok.
Sejarah immurement tidak diragukan lagi, titik hitam pada garis waktu umat manusia dan berasal dari berabad-abad yang lalu dengan contoh praktik yang ditemukan di hampir setiap benua.
Catatan tentang immurement baru-baru ini pada awal abad ke-20 telah dicatat di Mongolia, yang kini menjadi Kekaisaran Persia (sekarang Iran).
Salah satu catatan paling awal tentang immurement di Persia datang pada abad ke-17 dari seorang pedagang permata, Jean Baptiste Tavernier, yang mencatat kuburan batu di dataran dengan pencuri terbungkus batu sampai ke leher mereka. Tavernier menulis bahwa para pria dibiarkan dengan kepala terbuka “bukan karena kebaikan, tetapi untuk mengekspos mereka terhadap cedera cuaca, dan serangan burung pemangsa.”
Dalam bukunya Behind the Veil in Persia and Turkish Arabia, pengelana M. E. Hume-Griffith menulis tentang perjalanan di Persia antara tahun 1900 dan 1903 dan pemandangan serta suara-suara yang mengganggu dari orang-orang yang disegel dan dibiarkan mati di tiang-tiang batu:
“Pemandangan menyedihkan lainnya yang kadang-kadang terlihat di padang pasir, adalah pilar-pilar batu bata di mana beberapa korban yang malang dikurung hidup-hidup. Orang-orang yang diikat dengan cara ini telah terdengar mengerang dan meminta air pada akhir tiga hari.”
Kejadian serupa dari hukuman melalui penguburan telah didokumentasikan di Mongolia baru-baru ini pada tahun 1914, dengan orang-orang dikurung di peti kayu yang mencegah mereka duduk atau berbaring dengan nyaman. Hanya lubang kecil yang memungkinkan mereka menjulurkan kepala atau lengan mereka untuk mengambil makanan atau air apa pun yang mungkin ditawarkan oleh algojo yang berbelas kasih.
Meski eksekusi Immurement telah dihapus, banyak penemuan kerangka di berbagai dunia ditemukan tersegel di balik dinding. Hal ini menjadi bukti bahwa kekejaman masa lalu, di mana orang zaman kuno memiliki cara sedemikian rupa dalam menghakimi. (*)
Sumber: Grid.Id/Nationalgeographic.co.id