Labuan Bajo, Vox NTT- Seluruh dunia memperingati hari anti-human trafficking pada Selasa (08/02/2022). Tema besar dalam peringatan tahun ini yaitu “The Power of Care: Women, Economy and Human Trafficking“.
Koordinator Rumah Perlindungan Anak dan Perempuan JPIC SSpS Flores Barat Suster Maria Yosefina Pahlawati, SSpS mengatakan, peringatan hari human trafficking sedunia ditetapkan oleh Paus Fransiskus.
“Hari ini ini adalah hari yang dikhususkan oleh Paus Fransiskus untuk memperingati hari anti-perdagangan orang dan kekerasan terhadap kaum perempuan dan anak. Itu berarti menjadi fokus perhatian kita semua khususnya Gereja untuk membela dan memperjuangkan martabat dan hak- hak kaum perempuan dan membela kehidupan itu sendiri,” ujar Suster Yosefina kepada VoxNtt.com, Selasa (08/02/2022) sore.
Suster Yosefina menyebut, saat ini semua kalangan dipanggil untuk menyuarakan suara-suara yang tersamar bahkan suara yang tidak terdengar lagi.
“Kita berani untuk keluar dari zona nyaman kita masing-masing untuk menjangkau sesama saudara-saudari kita yang haus akan cinta, keadilan dan dekapan martabat kemanusiaan,” tegas Suster Yosefina.
Ia mengisahkan, pihaknya yang terlibat secara langsung dalam menangani sejumlah persoalan tersebut, berusaha dan berkomitmen untuk membela dan mendampingi kaum perempuan, khususnya yang menjadi korban human trafficking dan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Di Manggarai Barat sendiri, kata Suster Yosefina, ada dua hal yang selalu disoroti, khususnya di Labuan Bajo yang telah menjadi destinasi pariwisata super premium.
Menurut dia, pesatnya pembangunan di wilayah pariwisata khususnya pembangunan seperti tempat- tempat hiburan seperti pub, hotel, kapal pesiar juga memiliki dampak buruk bagi kaum perempuan dan anak.
“Korban human traficking terus meningkat baik dari tingkat lokal maupun secara nasional. Banyak korban yang tidak didata/tersembunyi, hal ini disebabkan oleh calo sangat rapi dalam menjalankan profesinya dan hal lain kaum perempuan itu sendiri tidak sadar bahwa mereka telah menjadi korban karena kurang berpendidikan atau karena terdesak kebutuhan ekonomi,” paparnya
Hal lain kata Suster Yosefina, meningkatnya kasus HIV dan AIDS akibat dari pergaulan bebas.
Beberapa tahun terakhir marak kasus pelecehan seksual, pencabulan, pemerkosaan dan human trafficking terhadap anak di bawah umur.
“Data kasus yang kami tangani secara keseluruhan dari tahun 2008 sampai sekarang kasus human trafficking berjumlah 91 kasus, KDRT ada 15 kasus, dan Kasus pemerkosaan, pencabulan/pelecehan seksual 14 kasus,” jelasnya
Suster Yosefina mengatakan, JPIC SSpS melihat saudara-saudari yang mengalami kekerasan bukan semata- mata hanya sebagai korban tetapi lebih dari itu mereka telah menjadi keluarga.
“Alasan ini menjadikan kami berani menerima tantangan demi menampilkan kembali martabat manusia sebagai ciptaan yang mulia dari Tuhan,” tegasnya.
Dia pun mengajak semua pihak untuk mengambil bagian dalam melestarikan ciptaan Allah dengan memperjuangkan hak dan martabat kaum perempuan dan anak yang menjadi korban dengan cara masing-masing.
“Mari kita terus bergandengan tangan untuk berkomitmen pro pada kehidupan tanpa kekerasan,” pintanya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba