Borong, Vox NTT- Guru ternyata tidak hanya berperan sebagai guru. Pahlawan tanda jasa itu juga berperan sebagai orangtua siswa.
Kesan itu berhasil direkam ketika Emanuel Sens, S.Pd.Gr mewawancarai perwakilan guru dan siswa SMAN Plus Kopi Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Rabu (09/02/2022) pagi.
Emanuel sendiri merupakan Pengajar Praktik Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan IV Kabupaten Manggarai Timur.
“Ternyata peran guru bukan hanya sebagai guru, namun guru harus menjadi orangtua bagi peserta didik sebagai aksi nyata dalam pola mencapai profil pendidikan Pancasila ke depannya,” kata Eman, sapaan akrabnya.
Pagi itu, ia mewawancarai Yati Oktvia Metildis dan Margareta Esar sebagai keterwakilan siswa SMAN Plus Kopi Colol. Sedangkan, keterwakilan gurunya ialah; Stefanus Kordin, S.Pd dan Yuliana Elda Sari S.Pd.
Eman datang ke SMAN Plus Kopi Colol untuk mengikuti kegiatan pendampingan dan penguatan Calon Guru Penggerak (CPG).
Di sekolah yang berlokasi di Biting, Desa Ulu Wae, Kecamatan Lamba Leda Timur itu, ada CPG atas nama Daria Jenung, S.Pd.
Berdasarkan hasil wawancara Eman disimpulkan bahwa Daria Jenung bukan hanya dipandang sebagai guru yang bertugas mentransfer ilmunya kepada peserta didik, tetapi lebih dilihat sebagai mediator dalam kegiatan pembelajaran.
“Sehingga peserta didik menganggap ibu gurunya sebagai “ibu kandung menurut kedua siswa di sekolah itu” setelah di rumah,” kata Eman yang adalah guru SDI Wae Nunung itu.
Menurut dia, peran CGP Daria Jenung di SMAN Plus Kopi Colol dapat memberikan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi peserta didiknya.
BACA JUGA:
“Ia (Daria Jenung) merupakan, sosok ibu guru yang memecahkan persoalan bagi siswa-siswi. Penyelesaian persoalan, dengan berbicara dari hati ke hati. Sehingga tujuan pembelajaran saat itu tercapai,” kata Eman.
Terkait aksi nyata yang dibuat CGP Daria Jenung, kata dia, bukan hanya satu kelas, namun setiap kelas yang menjadi binaan dari calon guru penggerak. Di kelas-kelas tersebut Daria Jenung bisa membuat aksi nyata yang berbeda-beda.
Aksi nyata yang ia maksudkan seperti kesepakatan kelas, pohon harapan, dan pohon cita-cita siswa-siswi yang ditulis berdasarkan hati nurani mereka.
Dari aksi nyata tersebut, kata Eman, tentu memiliki dampak yang baik terhadap peserta didik. Para siswa tentu saja memiliki kebiasaan-kebiasaan positif dari aksi nyata yang telah dibuat bersama dengan gurunya.
Ia menegaskan, tidak bisa dipungkiri bahwa ada juga hambatan-hambatan yang dialami oleh Calon Guru Penggerak (CPG).
Hambatan tersebut terutama terkait hal-hal teknis dalam mengikuti kegiatan pendidikan guru penggerak seperti kurangnya jaringan internet dan dalam pembuatan aksi nyata.
“Di sinilah, saya melihat guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama,” jelas Eman.
Eman menambahkan, dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal, yang nantinya akan diambil.
Sebab, lanjut dia, pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid.
Sebagai salah satu pendamping terhadap 6 sekolah, baik tingkat SD SMP maupun SMA, Eman sendiri menemukan banyak hal.
Di balik temuan tersebut, ia pun berharap kepada semua guru yang berada wilayah dampingannya untuk mengikuti itikad baik yang sudah dikembangkan oleh calon guru penggerak, sehingga menjadi kegiatan rutin di lembaga pendidikan.
“Saya sebagai Pengajar Praktik sangat bersyukur karena dalam kegiatan ini kami saling belajar kolaboratif, di mana kami saling berbagi ilmu yang didapat oleh CGP di LMS, diimbaskan kepada PP. Kemudian PP mengimbaskan kepada lembaga di mana PP tersebut mengabdi,” kata Eman.
Sebagai informasi, guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif.
Guru penggerak juga bisa mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Penulis: Leo Jehatu
Editor: Ardy Abba