Monica
Monica,
Gadis desa yang menanti senja
Memiliki harapan pada cinta seorang pria
Segala langkah diisi dengan khayalan
Menikmati hari tua bersamanya (pacar)
Monica,
Senyumnya tak lagi terlihat
Ketika senja kembali meronta
Mengajaknya tuk bahagia
Tapi ia tak seperti biasa
Senja membawanya duka
Monica,
Rasa patah dari jatuh cinta
Menerobos hati si gadis desa
Yang kata orang dia bisa
Tapi selalu dikalahkan rasa
Yang dimeterai janji manis
Air mata mengalir deras
Membuat senja tak lagi bersuara
Baginya dunia hanya sandiwara
Menjadikannya figur tak bermakna
Monica,
Patah membuatnya trauma
Menjadi gadis desa tanpa jatuh cinta
Memilih terus melangkah
Bukan dengan cinta yang sementara
Monica,
Merajut tali kasih
senyumnya kembali berseri
Memilih hidup sendiri tanpa kekasih
Mengabdi sepenuh hati
Kepada sang Ilahi
Monica,
Gadis desa yang mengubah patah
Menjadi warta sukacita
Berkumandang kepelosok dunia
Kini, janji manis dan romantis
Berubah menjadi janji abadi
Memilih hidup biarawati
Duka di Pelukan Mata
Tangis menoreh disudut kesunyian
Meratapi puing-puing yang telah pergi dipanggilNya
Jalanan kosong hanya dihiasi warna-warni onggokan sampah
pertanda penghuni jalan telah pergi entah kemana
Diam dan membeku tak tahu arah dan langkah
Semuanya sayu
Semuanya sunyi
Semuanya bak batu yang ditimpa hujan dan panas
Inikah pertanda semuanya berakhir?
Inikah saat semuanya pergi tanpa pamit?
Saat-saat yang memilukan
Goresan senyum tak tertoreh lagi
Semua berantakan
Gersang, pengap, dan penuh kecemasan
Inikah ujian hebat yang melanda dunia
Semuanya seakan tak ada yang mengerti
Hanya sisa air mata sedih dan hati pilu yang meratapi
Sosok tubuh yang semakin hari semakin beku dan pergi tanpa bicara.
Tak ada jawaban yang menjadi sandaran
Hanya bisa bersujud sembah
Memohon kepada sang Kuasa
Agar semuanya lekas usai
Sarina Daiman, Mahasiswi STIPAS St. Sirilus Ruteng