Oleh: Sarce Boko
Kamu Tahu?
Bukankah aku takut?
Jika namamu menjadi buah bibir?
Tak ada kata yang mesti aku ucapkan
Bibirku rapat tak bersuara
Mendengar keadaanmu seolah sembilu yang menyayat hati
Aku ingin meninggalkanmu
Tapi hatiku serasa hampa jika melakukannya
Bukannya aku tak bisa
Namun aku sadar, bukanlah jalan yang semestinya
Apakah kamu tahu?
Jika hatiku sedang bergolak
Antara memilikimu dan meninggalkanmu
Pernah ada ragu dalam bayangku
Hanya cinta yang memampukanku
Menapaki dalam sunyi
Keputusanku bukanlah sebuah teoritis
Dalam keadaan tak tahu arah
Sang Khalik datang dan menyapaku dalam mimpi penuh harapan
Memberikan jawaban atas kehampaan jiwa
Memberi harapan akan kenyataan.
Sesayat Luka
Sajakku tak ampuh
Jika hanya deretan kata membelah raga
Bahagiaku hanya semu
Jika aku terus memberi-Mu sesayat luka
Jika lidahku hanya laknat
Buka perihal aku tak mampu, membersihkan bercak
Tapi, duniawi terus menggoda dagingku
Saat batinku mulai mampu mulai menghalau sepi
Saat indraku mampu merasakan dan mendengarkan firman
Tenteram jiwaku
Begitu menggebu hatiku
Begitu menggelora semangatku
Namun, ada yang terus mengusik
Berusaha menundukkanku pada dosa
Dan terus memberi-Mu sesayat luka
Aku takut, seolah tak dapat berbalik
Aku takut, jika terus meraba-raba kehilangan cinta abadi
Sesayat luka?
Akanku hentikan tahun-tahun suramku
Demi kembali kepada sumber cinta
Penulis adalah seorang mahasiswa semester 2 di Fakultas Filsafat UNWIRA Kupang, NTT