Ruteng, Vox NTT- Dosen Unika St. Paulus Ruteng Dr. Marianus Mantovanny Tapung hadir sebagai pembicara dalam webinar dan lauching Jurnal The Journal of Humanities and Applied Education (EduNet), Sabtu (19/03/2022).
Kegiatan yang mengusung tema “Rekognisi Sosial dan Intelektual dengan Menulis Karya Ilmiah” itu menghadirkan peserta mahasiswa, guru dan praktisi pendidikan.
Webinar dan launching buku juga menghadirkan Dr. Maksimus Regus, M.Si, penulis jurnal bereputasi internasional dan editor in Chief EduNet dan moderator Rudy Ngalu,S.Fil., M.Pd.
Mantovanny sendiri juga merupakan salah penulis jurnal bereputasi internasional dan editor in Chief EduNet.
Dalam kesempatan tersebut ia mengatakan, data dari Kompascom, terdapat 800.000 guru PNS di Tanah Air tertahan pangkatnya hanya sampai golongan IV A karena tidak bisa membuat karya tulis ilmiah.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan bagi guru yang ingin menduduki golongan IV B harus membuat karya tulis ilmiah. Ada 30,4% guru SD dan 28,3 % guru SMP harus puas terhenti di golongan IV A.
Mirisnya, lanjut Mantovanny, sedikit sekali guru SD, SMP dan SMA yang bisa ke pangkat IV E karena minimnya kemampuan menulis.
Sementara di kalangan dosen dan mahasiswa, rendahnya minat menulis menjadi fakta yang sangat tidak membahagiakan.
Dikutip dari www.medcom.id, Mantovanny menyampaikan, berdasarkan Science and Technology Index (SINTA) keluaran Kementerian Riset dan Teknologi, saat ini jumlah orang yang telah mempublikasikan artikel ilmiah baru mencapai sekitar 200 ribu orang.
Padahal, jumlah dosen dan peneliti di Indonesia yang tercatat di basis data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan totalnya melebihi 305 ribu orang. Artinya, lebih dari sepertiganya belum mempublikasikan artikel ilmiah.
Pada indeks riset yang dibuat oleh jurnal ternama Nature, dalam satu tahun terakhir keluaran riset Indonesia menempati urutan ke-11 di Asia Pasifik, kalah dari Vietnam dan Thailand yang memiliki jumlah dosen yang jauh lebih sedikit.
Sementara, berdasarkan daftar publikasi karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Nature Publishing Index Asia Pasific (badan penerbit jurnal ilmiah seluruh Asia Pasifik) pada rentang tanggal 14 April 2014 sampai dengan 13 April 2015, Indonesia berada di urutan ke-12 dari 20 negara se-Asia Pasifik.
Sementara, publik tahu bahwa karya ilmiah merupakan produk manusia atas dasar pengetahuan, sikap, dan cara berpikir ilmiah.
Karenanya, menulis karya ilmiah menjadi sebuah tradisi dan gambaran kualitas mahasiswa yang belajar di Perguruan Tinggi.
Dalam dunia pendidikan, menulis di kalangan guru, dosen dan mahasiswa memiliki banyak seperti mengasah kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian dan kepercayaan diri, mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi baru, mengembangkan pembelajaran yang berkualitas demi peningkatan mutu, menginformasikan pengalaman terbaik, dan pengembangan keprofesian berkelanjutan.
“Guru, dosen, mahasiswa, wajib hukumnya untuk menulis!” kata Mantovanny.
Menurut Mantovanny, menulis, sejatinya juga adalah bagian dari proses eksistensial.
Penulis yang baik akan menegaskan keberadaan diri dan sesama dengan menghasilkan benih-benih pikiran yang baik pula.
Karena mereka telah berbuat baik dengan segenap dirinya untuk kepentingan orang lain, maka para penulis kerap dihargai dan dihormati status sosialnya.
Sudah cukup banyak orang menyadari bahwa dengan menulis, pikiran akan selalu dikenang, jiwanya tidak pernah mati, meski badannya tidak bernyawa lagi.
Menulis adalah bagian dari proses menegaskan keberadaan (eksistensi) di dunia ini.
Bila Filsuf Perancis Rene Descartes (1596-1650) mengungkapkan, “Saya berpikir, maka saya ada” (Cogito, ergo sum), untuk menegaskan keberadaan manusia di dunia ini, maka seorang penulis memiliki falsafah sendiri, yakni: “Saya menulis, maka saya ada” (Scribo, ergo sum).
Menulis adalah upaya menegaskan keberadaan diri dan mengakui secara elegan keberadaan orang lain.
Secara eksistensial, siapa yang tidak pernah menulis, bisa dikatakan sudah mati sebelum meninggal.
Semua orang tidak tahu kapan dan di mana raganya mati. Namun, meski raga mati, yang bisa tertinggal adalah kenangan. Kenangan akan kebaikan.
Biarlah orang akan mengenang dengan tulisan-tulisan kebaikan.
Seorang penulis kelahiran Prancis keturunan Catalunya dan Denmark Anaïs Nin (1903-1977) berkata, “Kita menulis untuk merasakan kehidupan dua kali, pada saat itu, dan ketika kita mengingatnya di dalam tulisan kita.”
Jurnal Edunet
The Journal of Humanities and Applied Education merupakan wadah keilmuan yang dikelolah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng.
Jurnal ini digagas sebagai ruang untuk mendiseminasikan gagasan-gagasan ilmiah akademik tentang kemanusiaan dan pendidikan.
Jurnal ini dimaksudkan untuk menerbitkan ulasan-ulasan dalam bentuk artikel ilmiah, tinjauan literature, kajian teoretik, essay, tinjauan buku sesuai dengan tema dan fokus.
Jurnal ini merupakan terbitan berkala dua kali setahun.
Jurnal ini bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa, guru, dan praktisi pendidikan, sosial dan budaya untuk mempublikasikan gagasan dan pikirannya yang bermanfaat bagi pengembangan diri, masyarakat dan negara bangsa. (*VoN)