Oleh: Yohanes Mau
(Warga Belu Utara, NTT.
Kini tinggal di Indonesia)
Tanggal 24 Maret 2022, Joko Widodo Presiden RI dan Prabowo Subianto Menteri Pertahanan RI mengunjungi wilayah TTS dan Belu, NTT.
Kunjungan kerja Presiden dan Menteri ini sebagai dukungan penuh kepada masyarakat kecil di wilayah timur NKRI yang sejak masa pemerintahan periode-periode sebelumnya tidak dipeduli.
Bisa dikatakan NTT adalah provinsi yang jarang diperhatikan oleh pemerintah pusat. Namun sekarang di masa pemerintahan Jokowi telah melakukan kunjungan sebanyak 12 kali ke NTT provinsi di pintu batas Timor Leste.
Jokowi membangun Indonesia dari pinggir. Pintu batas Indonesia menjadi perioritas dalam membangun infrastruktur secara berkelanjutan.
Dalam kunjungan kerja hari Kamis, 24 maret 2022 itu Presiden Jokowi meresmikan kampus Universitas Pertahanan Republik Indnesia yang berlokasi di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.
Kampus ini langsung berada di pintu batas Indonesia-RDTL. Kabupaten Belu sekali-kali bukanlah yang terkecil. Dari pintu batas nan jauh memancar mentari bersama matahari pagi. Menyapa NTT dan Indonesia.
Dengan diresmikannya Kampus Universitas Pertahanan RI ini maka Belu mencatatkan nama di kanca nasional. Kabupaten Belu sudah ada fasilitas kampus yang sangat memadai bersaing dengan kampus-kampus di Pulau Jawa dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Anak-anak negeri tak perlu pergi jauh-jauh untuk menimba ilmu. Sumber ilmu sudah dekat. Datang dan lihatlah kampus Universitas Pertahanan RI Indonesia. Jadilah matahari timur yang menyapa Indonesia dan dunia.
Fokus pembangunan infrastruktur di NTT adalah cara pemerintah pusat memberdayakan sumber daya manusia dari timur untuk bersaing dengan kemajuan sumber daya manusia di Indonesia bagian barat.
Peduli terhadap manusia NTT adalah cara lain pemerintah menaruh hati kepada NTT yang selama ini selalu berada di prestasi terbuntut dari seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Melihat adanya kemajuan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia yang semakin memadai ini diharapkan kepada pemerintah lokal untuk menjalankan roda pemerintahan secara baik dan benar.
Yang dituntut di sini adalah pemerintah yang merakyat dan melayani dengan hati yang tulus. Hati yang tulus adalah figur pemerintah yang setia melakukan blusukan dan melihat realitas hidup masyarakat secara hari ini.
Setelah mengalami dan merasakan secara langsung dan dekat realitas hidup nyata masyarakat di lapangan baru melakukan program kerja.
Program kerja harus menyapa realitas hidup masyarakat agar bisa memerdekakan masyarakat dari segala keterkungkungan dan keterpencilannya.
Selama dua periode pemerintahan Jokowi ini ia telah sukses mengeksekusikan program kerjanya dengan baik.
Ia mendahulukan yang terakhir, mengutamakan kepentingan yang paling dikemudiankan oleh pemerintah lokal hingga pusat sedari dulu.
Lantas muncul pertanyaan, Akankah pemerintah lokal matanya terbuka melayani masyarakat kecil secara hari ini dengan hati? Kita lihat saja.
Membaca roda dari rotasi pemerintahan lokal yang ada di NTT selama ini masih bersifat sukuisme dan kekeluargaan.
Saya melihat adanya hal-hal tidak beres yang sedang dilakonkan oleh para elite politik. Persoalan itu adalah memperhatikan orang-orang yang memiliki pertalian darah untuk mendapat pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia yang memadai.
Sedangkan mereka yang tak memiliki hubungan darah, tak kan dipeduli, bahkan membiarkannya merana hingga keabadian.
Inilah sandiwara konyol yang lazim dan sedang disandiwarakan oleh elite politik lokal di NTT.
Yang lebih memiluhkan hati lagi adalah tentang test CPNS, bila para calon PNS melakukan test maka berbahagialah mereka yang memiliki orang dalam.
Orang dalam artinya ada figur-figur tertentu yang menduduki jabatan penting di staf pemerintahan daerah sehingga otaknya tidak brilliant pun diloloskan saja.
Ini adalah sandiwara realitas yang sungguh menggetarkan hati. Orang-orang kecil yang memiliki pendidikan dengan gagasan-gagasannya yang brilliant mesti nasibnya tidak jelas.
Hingga kapan realitas kelam ini akan berubah menjadi cahaya di tengah gelapnya NTT terkini.
Dari pemerintah tingkat desa hingga provinsi mesti belajar dari Jokowi. Mengapa Jokowi? Karena Jokowi adalah panutan pemimpin terbaik yang ada di Indonesia.
Hadirnya adalah berkat sejuk bagi Indonesia. Ia orang Jawa namun tak fokus hanya bangun sumber daya manusia dan sumber daya alam di tanah Jawa.
Ia melihat adanya ketidakadilan yang telah dilakonkan oleh para pemimpin pendahulu. Adanya kesenjangan antara Indonesia barat dan timur.
Dari realita suram yang tidak adil inilah Jokowi terpanggil untuk mendobrak ketidakadilan yang selama ini berakar dan menggurita di rahim ibu pertiwi.
Aneka pembangunan SDM dan infrastruktur yang sedang digencarkan oleh Jokowi dari pintu batas Indonesia-RDTL adalah cara unik membuka mata dan hati pemerintah lokal untuk memancarkan cahaya dari batas untuk NTT dan Indonesia.
Belu, NTT adalah wilayah yang langsung berbatasan dengan negara RDTL. Maka Belu memiliki peluang yang sangat bagus untuk menjadi tempat studi banding dari kedua negara.
Maka pembangunan kampus Universitas Pertahanan RI oleh Jokowi inimenjadi jawaban atas realitas zaman secara hari ini.
Apresiasi yang setinggi-tingginya untuk pemerintah Jokowi yang telah menaruh harapan besar untuk Indonesia dari Belu pintu batas Timur Leste.
Jokowi membangun Belu, NTT bukan karena ada hubungan darah dan suku, tapi ia membangun Belu oleh karena rakyat menaruh hati dan memercayainya sebagai pelayan yang berhati dan peduli dengan situasi hidup masyarakat kecil.
Cara dobrakan Jokowi yang melayani dan membangun manusia di Belu dengan hati yang besar ini adalah gugatan bagi pemerintah lokal untuk tinggalkan sikap sukuime yang selama ini memenjarah dan memiskinkan NTT.
NTT itu kaya hanya pemerintah lokal saja yang minus berpikir secara maju untuk masa depan NTT yang lebih baik dan bersaing di kancah nasional.
Semoga hadir Jokowi sebagai pemimpin yang merakyat menjamah hati para elite lokal untuk berhati dan mendahulukan yang terakhir.