Dengarlah
Seketika di saat hentakan mengguncang rasa
Genggaman jemarimu terlepas dari gamitan tanganku
Terurai berkas resah dimata indahmu
Begitu layu dan berduka pilu
Adakah sekelumit kata melukai jiwa
Sedikit kasih meluluhkan gegana kalbu
Rinai hujan pun masih turun
Melumat tetesan air mata
Kisah ini miris ku rasa
Ada keresahan menjadi kelabu
Seharusnya warna pelangi menjadi hati kita
Bersandarlah jika sukmamu lelah
Terpejam di dekapan kasih yang selalu ada dan tersimpan
Janganlah risau menjerat jalinan rasa
Jika hanya membuat kehangatan ini terselip dalam luka
Rasulmu Tuhanku Juga
Sulit mengungkapkan dengan sebuah kata-kata
Karena rindu ini terus saja membara
Aku terus saja ingin bersama meski kita berbeda
Perbedaan di antara kita begitu terasa
Jumat ibadahmu padamu pada sang kuasa
Aku Minggu dengan keluargaku menyembah Rasulku
Kau menghargai ia sebagai seorang nabi
Aku menghargainya sebagai Tuhan pengelola bumi
Butuh kekuatan hati
Untuk kita terus bertahan dalam zona ini
Perbedaan kekal ini sungguh menghantui
Terkadang bayang-bayang perpisahan menghampiri
Sulit hati ini untuk memungkiri bahwa cinta ini tulus dan suci
Hubungan ini sudah tak bisa aku teruskan karena aka nada tembok besar yang akan jadi sandungan
Aku harus bisa melupakan
Kasih, doaku padamu semoga kau dapat lelaki yang seiman
Istrahatlah Dunia
Istrahatlah dunia
Dari huruf-huruf tanpa jeda
Sebab ambisinya para manusia
Dalam mengejar sesuatu yang fana
Istrahatlah dunia
Ku tahu kau sedang lelah
Menopang tuntutan kami yang melimpah
Nafsu kami yang tak terarah dan begitu serakah
Lekaslah mereda dunia
Jangan kau kutuk kami dengan marahmu yang tak bersuara
Lalu membuat sebagian kami punah
Tak berdarah
Dengan malu kami mengakui ketidakpercayaan ini
Sebagai mahluk sombong yang sama sekali tak punya kendali
Jika sudah begini kami menyadari atas kesalahan-kesalahan yang sudah terlampaui
Lalik Kongkar, Mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang