Oleh: Yohanes Mau
Penulis, warga Belu Utara.
Peduli masalah sosial, politik dan kemanusiaan.
Serangan Rusia ke Ukraina sudah memasuki satu bulan terhitung sejak akhir bukan februari 2022. Banyak sudah korban yang berjatuhan akibat tragedi suram ini.
Anak-anak negeri meninggalkan tanah air kelahirannya dan pergi mengungsi di negara-negara tetangga. Para militer dan kaum muda setia berada di baris depan demi mempertahankan jiwa dan raganya untuk Ukraina tanah air tercinta.
Warga Ukraina menangis di tengah musim dingin dan perang yang tak henti-henti juga.
Manusia mati bagai binatang jalanan. Vladmir Putin pangku kaki di atas singgasana menonton pembunuhan sadis yang sedang berlangsung di wilayah-wilayah terpenting Ukraina.
Korban dari kedua negara berjatuhan dan tidak menggugah hati Putin sedikit pun untuk menempuh jalan damai demi meminimalisir angka kematian manusia-manusia yang tak berdosa itu.
Keringat, darah, dan air mata anak negeri mengalir tiada henti. Menangis pilu mengemis kasih Tuhan namun tak tertolong juga.
Bahkan Paus Fransiskus mengajak seluruh dunia untuk berdoa dan konsekrasi di hari khusus tanggal 25 Maret 2022. Itu pun tak mempan melunakan hati Tuhan dan Putin.
Lantas aktivitas apalagi yang akan dilakukan oleh manusia untuk menghentikan peperangan di Ukraina?
Ada ungkapan, “Satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, namun satu tulisan kebaikan mampu menembus ribuan bahkan jutaan kepala…”
Satu pernyataan Putin bisa menghilangkan jutaan nyawa manusia yang tak berdosa. Dilihat dari unsur kemanusiaan manusia tidak punya hak sedikit pun untuk menghilangkan nyawa manusia.
Namun dunia membiarkan Putin membunuh warga bangsa Ukraina sudah kurang lebih satu bulan. Putin membunuh manusia bagai binatang.
Lantas dimanakah hati Putin? Apakah Putin masih disebut sebagai manusia?
Serangan militer Rusia ke Ukraina adalah pembantaian manusia secara besar-besaran yang terjadi di muka bumi ini.
Mata dunia tertuju dan hati menangis menyaksikan korban berjatuhan. Ditelisik dari sejarah dan budaya, Ukraina masih bagain dari Rusia.
Namun entahlah kenapa Putin bisa membantai saudara kandungnya sendiri di mata dunia. Putin melakonkan sandiwara konyol di mata dunia.
Ketidakpuasan dan konflik seharusnya diselesaikan dengan kepala dingin. Perang bukanlah jalan keluar.
Perang itu hanyalah bisa dilakukan oleh binatang saja yang tidak memiliki akal budi.
Jika manusia berakal budi hingga menjadikan perang sebagai salah satu cara jalan keluar maka ini sangatlah disayangkan.
Di sini saya dapat mengatakan bahwa manusia yang masih berperang adalah termasuk manusia yang masih berpikiran primitif. Kalau masih ada hati, mengapa mesti perang?
Saya dapat menganalisa keputusan yang dilakukan oleh Putin hingga melancarkan serangan ke Ukraina hingga hari ini adalah bentuk sandiwara kegagalan dalam berpikir.
Pikirannya bukan lagi pikiran manusia tapi ia adalah sungguh-sungguh binatang liar pemangsa nyawa manusia.
Dia tidak mampu melihat kebaikan manusia yang terpancar dari sesama yang ada di sekitarnya.
Pada tanggal 25 Maret 2022, Paus Fransiskus melakukan konsekrasi bersama para uskup dan umat katolik seluruh dunia.
Namun itu pun tak mempan menggoyahkan kebekuan hati Putin. Siapakah Putin di hadapan Tuhan dan dunia sekitar? Iya, Putin adalah binatang kutub pemangsa manusia yang tak tahu kasihan.
Manusia minus nalar dan tak berhati yang disalah pilih oleh warga Rusia pada masa-masa silam.
Coba telisik sedikit kepada Ukraina yang menjadi korban dari keputusan Putin selama ini. Presiden Ukraina Zelensky mengatakan akan neutral status.
Artinya tidak menjadi anggota NATO dan UE. Ini adalah permintaan dari Putin agar situasi di Ukraina bisa dinormalkan seperti sebelumnya.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah; mengapa presiden ukraina baru sadar setelah peperangan berlangsung selama satu bulan?
Ini adalah keterlambatan dalam mengambil keputusan oleh Presiden Ukraina. Putin memaksa rumah tangga Ukraina ikut kemauan kehendaknya.
Inilah Presiden paling aneh yang ada di seluruh dunia dan sedang melakonkan kekonyolannya kepada dunia.
Hari-hari terakhir ini Zelensky akan menjadikan Ukraina sebagai Neutral status. Inilah keputusan demi keutuhan Ukraina dan masa depan Ukraina yang lebih baik.
Kalau tidak demikian maka Rusia mendesak agar Ukraina akan dibagi menjadi dua bagian seperti Korea Utara dan korea Selatan yang terbentuk akibat perang dunia kedua.
Hal ini yang menggugah hati Zelensky untuk segera mengindahkan kemauan Putin.
Dengan demikian Putin akan selalu merasa nyaman tanpa adanya pantuan dari negara-negara adi kuasa di dunia dari dekat pintu batas Ukraina.
Harapan dan rindu terdalam dari warga Ukraina dan dunia adalah damai bersemi kembali seperti yang dulu lagi di tanah air Ukraina.
Semoga rasa prihatin dan menangis air mata Ukraina dan dunia selama ini kelak akan menjadi berkat demi masa depan Ukraina yang sejuk, dan damai di tengah dunia sebagai manusia yang memiliki kemerdekaan untuk merasakan hidup bahagia tanpa ada tekanan dari pihak mana pun.
Doa dan rayuan kepada Tuhan terus membubung tinggi hingga langit tertinggi. Namun kini belum membangunkan Tuhan yang sedang tidur.
Entahlah sampai kapan Tuhan bangun dari tidur dan dengar keluh kesah Ukrainian? Kapan Tuhan datang dan tolong semburkan damai di tengah kerisauan ini? Tuhan selalu ada dan dengar doa.
Hanya manusia saja yang tak ada waktu untuk dengar betapa halus lembut suara Tuhan yang menyapa hidup manusia setiap hari.
Manusia membiarkan kebisingan menggerogoti hati hingga hanyut. Masuklah di dalam sunyi yang suci dan dengarlah suara Tuhan. Ia akan mendengar dan menyelesaikannya bagimu.