Oleh: Yohanes Mau.
Warga Belu Utara-NTT-Indonesia.
Tinggal di Zimbabwe-Afrika.
Manusia adalah makhluk ciptaan yang tidak sempurna. Dari ketaksempurnaannya itu, manusia diberi kepercayaan untuk menjaga dan melestarikan semesta secara baik dan benar.
Manusia juga dianugerahkan akal budi dan dilengkapi dengan talentanya masing-masing. Keunggulan di fisik, otak, harta, dan akhlak.
Inilah keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh manusia dalam melakonkan ziarah hidup di dunia ini.
Berhadapan dengan situasi dunia terkini manusia berjuang untuk menjadi yang terbaik dengan segala kekuatan bahkan berusaha untuk melampauhi kemampuan manusiawinya.
Sehingga tidaklah heran adanya persaingan sosial yang terjadi dan menggurita di tengah peradaban hidup umat manusia.
Manusia terus bersaing sekuat tenaga dan ada pula yang menghalalkan segala cara untuk tampil menjadi yang terbaik walaupun seringkali jatuh dan gagal.
Namun inilah ekspresi hidup manusia untuk tunjukkan diri kepada dunia bahwa mereka masih ada dan menghuni jagat fana ini.
Manusia diciptakan Tuhan menghuni semesta dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Di dalam semuanya itu manusia selalu bersosial satu dengan yang lain. Tujuannya agar berelasi secara harmonis untuk saling melengkapi demi menjaga dan melestarikan alam ciptaan titipan yang luhur ini dengan baik.
Beberapa unsur kekayaan yang ada di dalam diri manusia seperti fisik indah, berotak brillian, punya harta, berakhlak mulia, dan lain sebagainya itu adalah anugerah dari Tuhan.
Artinya manusia melakonkan diri beserta dengan segala talentanya demi menata dunia ini lebih indah dan layak dihuni oleh manusia.
Keunggulan-keunggulan yang ada pada manusia bukanlah milik manusia, tetapi itu hanyalah titipan dari Tuhan.
Manusia tidak boleh sombong dengan segalanya itu, tetapi haruslah terus rendah hati dan bersyukur untuk kebaikanNya yang mengalir tiada henti.
Kerendahan hati adalah sikap siap menerima segala sesuatu sebagai berkat dan berusaha menimba nilai positip dari setiap pengalaman yang terpoles di jalan panjang ziarah hidup ini.
Sehingga benarlah pernyataan ini, “Manusia berasal dari tanah, makan hasil tanah, berdiri di atas tanah, akan kembali kepada tanah sebagaimana mestinya.”
Lantas mengapa harus mesti melangit di tengah derasnya arus badai hidup ini? Padahal manusia diciptakan secara sosial agar selalu berjalan bersama di atas tanah.
Bekerja bersama menata semesta agar tanah titipan Tuhan ini tetap lestari dan terjaga dari rakus dan tamak sesama yang lain.
Hidup manusia akan menjadi kaya makna bila mampu melakokankan setiap rotasi realitas hariannya dengan, “We smile for those who care about us and we cry for those whom we care about. Then somedays you just have to create your own sunshine.”, “Kita senyum kepada mereka yang peduli dengan kita, dan kita menangis untuk mereka yang kita sayangi. Kemudian engkau bisa meembuat mataharimu bersinar.”
Hal yang mesti digarisbawahi dari pernyataan ini adalah tentang keterikatan relasi diantara manusia yang satu dengan yang lain.
Senyum kepada mereka yang peduli dengan kita, menangis kepada mereka yang kita sayangi adalah rasa hati yang mengalirkan energi cinta tak bisa ditahan-tahan oleh apa dan siapa pun.
Dan hanya bersama di dalam sebuah kebersamaan kita bisa membiarkan matahari kita bersinar di setiap hembusan napas hidup sehari-hari.
Matahari terbit secara alami dan tak terbantahkan di tengah semesta maha luas ini. Alam boleh tidak bersahabat dan bereaksi dengan segala bencananya namun tak akan pernah menghentikan rotasi dari matahari.
Maka hal yang mau disampaikan di sini adalah membiarkan matahari kita bersinar menyinari hidup orang lain selagi masih ada waktu.
Manusia mesti mengidentikkan diri dengan matahari bagi yang lain. Artinya terbitkan kebajikan-kebajikan yang ada di dalam diri kepada sesama.
Sejuk hangatkan hati dan realitas hidup dunia dengan pancaran kasih yang tulus, rendah hati, dan setia mendengarkan yang lain untuk belajar menerima sesuatu yang baru.
Sesuatu yang baru hanya bisa masuk dan melebur di dalam diri manusia apabila ada kerelaan hati dan waktu untuk sabar. Tidak buruh-buruh di dalam menghadapi derasnya perubahan zaman.
Setiap keunggulan yang dimiliki manusia harus menjadi berkat bagi dunia sekitar. Artinya manusia tidak boleh egois dengan keunggulan yang dimiliki.
Manusia tidak boleh memenjarahkan diri dengan segala keegoismean diri, tetapi harus mampu keluar dari zona nyaman diri untuk menjangkau mereka yang tak terjangkau oleh percik sejuk selama ini.
Jika manusia mampu menginternalisasikan ini dengan baik maka saya yakin hidup ini baik-baik saja. Tampilkan hidup seperti ini adalah cara lain melestarikan dunia dengan kebajikan demi hidup dunia sekitar yang lebih baik dan bermartabat.
Realitas kini sedang dibaluti gelap dunia. Wabah Covid-19 enggan pergi tinggalkan bumi. Peperangan melanda dunia.
Isak tangis dan air mata tak pernah berhenti mengalir. Bumi ini dibasahi oleh keringat, darah dan tetes air mata. Semuanya terjadi oleh karena minimnya hati yang mengalirkan energi cinta.
Kebajikan-kebajikan yang ada tak bisa dilakoni dengan baik dan benar sehingga tragedi suram selalu mewarnai indahnya wajah dunia.
Bumi dan segala isinya yang diciptakan dengan indah kini dirusak oleh manusia oleh karena kerakusan dan ketamakan.
Manusia tak mampu lagi melihat betapa indahnya semesta ini. Manusia tak bisa melihat lagi wajah Tuhan yang menyata di dalam diri sesama.
Segala yang dijumpai dipandangnya sebagai lawan. Kini tiada lagi kawan di jalan panjang menuju bahagia. Yang ada hanyalah amarah, egois, rakus dan tamak.
Memandang alam semesta dan yang lain sebagai sumber kepuasan dan kebahagiaan tanpa memperhitungkan hidup dan bahagia dari yang lain sebagai bagian dari kita.
Keegoismean sungguh memenjarahkan hati.
Berhadapan dengan gelap realitas dunia ini maka manusia mesti bangun dari tidur panjang. Artinya manusia harus berpegang teguh dengan kebajikan-kebajikan yang ada dan melakokankannya secara baik dan benar demi memoles kembali wajah dunia yang telah dirusak oleh tindakan manusia yang tidak tahu bersyukur.
Bersyukurlah selagi masih masih ada napas, dan alirkan kebajikan hidup di setiap tapak-tapak ziarah hidup selanjutnya.