Dawai Rindu
Semilir angin pagiku dawaikan rindu
Merdu bertalu di kedamalam kalbu
Indah mengalun diiring nyanyian beburung
Sahut menyahut menyuarakan kerinduan
Hangatnya sang surya yang menerpa
Menambah cinta semakin menggelora
Menambah rindu kian sesakkan dada
Di tepian serambi pagi ku duduk sendiri
Merindukanmu nun jauh di sana
Ku terdiam dan terus terdiam
Hingga ku sadari dalam diamku
Aku mencintaimu begitu sangat
Ku tak dapat melukiskan rasaku
Ku tak mampu mengeja rindu
Ia begitu meriak indah dalam kalbu
Begitu syahdu, mendayu merdu
Ah,, aku rindu!
Belenggu Jiwa
Jalinan benang cinta yang merapuh
Membuat hati menjadi keruh
Menjarah semangat hidupku
Padamkan api bahagia dalam jiwa
Hari sepi menyemai sunyi
Terbelenggu tanpa ikatan
Jauh lebih senang jika ikatan itu nampak
Dibanding terikat namun tak terlihat
Entah apa yang mengikat
Hati terpasung meredam hening
Menuai luka yang menghujam,mendalam
Namun masa depan tetap menanti
Meraih mimpi meski tertatih
Bisikan Mesra Puisi
Wahai Puisiku
Jadilah engkau mantra terbaikku
Menemani hari-hariku yang kosong
Dan sepi akan makna siang bolong
Wahai Puisiku
Jadilah engkau diksi terpilih
Di antara mantra
Terbaik di bumi
Menjelma menjadi nyanyian suara bisu
Wahai Puisiku
Jadilah engkau sahabat semua orang
Yang mampu menebar kasih sayang
Tanpa pandang bulu
Tapi, ingatlah
Hanya ada namaku di hati syahdumu
Bukan sekedar simbolis cinta buta
Namun, tanaman kasih abadi sepanjang waktu
Sebuah Puisi
Rangkaian kata itu
Menjerat dan membelenggu jemari menari di atas
Sulaman kata menuai makna
Sebuah puisi
Penuh intuisi mengiring mataku untuk melihat
Betapa mudahnya sebuah harapan terangkat dalam doa
Sebuah doa tertulis dengan pena hati
Bertinkan sebuah rasa dari jiwa puisi
Napas-napas kata mendesah mesra
Lenakan ruuh kalimat yang memeluk erat sebuah hasrat
Serupa tak lemat mengundang tatkala mata melihat
Sebuah puisi
Yang terlahir dari hati yang mengetas rindu pada sang waktu
Kala sepi tak lagi berarti
Hanya sebuah puisi
Yang mampu memeluknya tanpa menyentuhnya