Oleh: Yohanes Mau
Warga Diaspora Timor di Zimbabwe Afrika
21 April adalah momen bersejarah yang sarat makna di dalam buku sejarah hidup bangsa Indonesia. Hari ini dikenang dan dirayakan sebagai hari Kartini.
Di dalam peringatan Kartini ini dikenang akan seorang perempuan yang mengorbankan diri dengan segala rasa cinta yang ada di dalam hatinya, dengan segala bakti, yang dapat diamalkannya, itulah perempuan yang patut disebut sebagai “Ibu” dalam arti sebenarnya.”
Berkisah tentang ibu berarti berkisah tentang kehidupan yang telah diperjuangkan dengan sakit, tetes air mata, dan keringat di jalan panjang ziarah hidup manusia.
Mendengar kata ibu adalah kata yang penuh makna dan menyejukkan hati.
Hati gerangan siapakah yang tidak mencair dan meleleh ketika dengar kata ibu di tengah badai hidup ini?
Ibu adalah panggilan yang takzim kepada wanita yang sudah bersuami maupun belum.
Ibu itu adalah figur yang memiliki rangkulan hangat kasih kepada anak-anak. Hatinya putih bagai salju di tengah panasnya musim kemarau hidup manusia.
Artinya walaupun di dalam hembusan napas hidup selalu saja berhadapan dengan realitas yang diwarnai dengan kesulitan dan tantangan Ibu tetap bernama ibu.
Ibu mengalirkan kasih yang penuh dan utuh tak terbagi. Ibu memberi hingga tuntas.
Ibu siapakah yang pernah katakan kepada anaknya ketika ia sedang disakiti oleh anak-anaknya? Tidak ada.
Ibu adalah sosok yang setia menyimpan rahasia cintanya di dalam lubuk hatinya yang terdalam.
Dari hatinya yang besar itulah mengalirlah energi cinta yang menjamah setiap hati anaknya dengan belaian kasih yang utuh.
Ibu lukisan hati yang setia berjalan di ziarah panjang. Menangis air mata ibu tak pernah dilihat oleh yang lain namun ia selalu membalutinya dengan senyum, bahagia dan gembira.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh ibu hanyalah demi bahagia anak-anaknya.
Ibu berlakon sedemikian rupa di tengah panggung dunia ini agar hidup itu tetap ada dan berlanjut hingga keabadian.
Keras hidup dunia terkini dengan segala tawarannya tidak pernah membuyarkan semangat ibu untuk terus berjuang merawat, menjaga dan melestarikan kehidupan.
Apa pun situasinya ia akan tetap setia berjalan melawan arus demi senyum dan bahagia anak di tengah derasnya realitas hidup ini.
Menoleh sedikit tentang peran hidup perempuan zaman dulu dan terkini. Dulu kaum perempuan belum diberi ruang secara leluasa untuk turut berpartisipasi di dalam mengurus hidup orang banyak.
Kadang perempuan dipandang sebagai kaum kelas dua yang disejajarkan dengan anak-anak. Berhadapan dengan situasi yang tidak adil itu maka RA. Kartini mendobraknya dengan gagah perkasa walaupun dibilang masih pada usianya yang muda.
Berikut sedikit petikan tentang realita RA. Kartini
,,”Pendidikan sebelumnya hanya memperbolehkan kaum laki-laki saja yang menuntut ilmu di isntitusi-institusi. Berhadapan dengan situasi dunia sekitar yang demikian maka Kartini berjuang agar kaum perempuan juga bisa punya kesempatan untuk sekolah dan berpendidikan sehingga memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Oleh jasanya yang brilliant ini maka setiap tanggal 21 April selalu diperingati hari Kartini. Hari Pahlawan nasional. Dari sanalah Kartini memiliki pandangan bahwa pendidikan bagi perempuan adalah kunci penting bagi emansipasi manusia. Salah satu karyanya yang terkenal adalah buku Door Duistternist tot Licht (Habis Gelap terbitlah terang). Buku ini berisi surat-surat Kartini yang ia kirimkan pada teman-teman di Belanda. Surat yang paling penting dari semua itu adalah gagasan pentingnya tentang pendidikan bagi kaum perempuan dan keluhannya tentang budaya Jawa yang menghambat kemajuan kaum perempuan. “Jangan mengeluh hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu Tuhan tak pernah memberinya, kamulah yang membiarkannya datang. RA. Kartini.”
Realitas hidup yang keras dan tidak memihak keberadaan kaum perempuan bukanlah natural.
Itu hanyalah budaya yang diciptakan oleh sekelompok orang untuk menekan hidup perempuan yang selalu digolongkan di dalam kaum kelas dua.
Petikan RA. Kartini ini adalah gugatan bagi kaum perempuan untuk bangkit dan terus bangkit dari kekangan yang masih memenjarahkan.
Artinya perempuan tidak boleh merasa kecil dan kelas dua diantara kaum laki-laki.
Manusia itu entah dia laki-laki dan perempuan memiliki martabat yang sama-sama mulia dan berharga di mata Tuhan.
Jadi tidak boleh pasrah dengan realitas yang tidak memberi ruang gerak kepada kaum perempuan untuk merealisasikan segala talenta dan kemampuannya untuk pemberdayaan hidup orang banyak.
Jadi hal inti yang mau disampaikan di sini lewat momen Hari Kartini tahun ini adalah pandanglah kaum perempuan sebagai rekan kerja yang selalu hadir di setiap hembusan napas hidup untuk menata dunia sekitar ke arah yang lebih baik dan bermartabat.
Perempuan adalah rekan kerja yang selalu hadir untuk setia berjalan di setiap suka dan duka hidup ini.
Laki-laki dan perempuan selalu ada bersama untuk melakukan rencana program menata hidup menjadi lebih bermakna.
Hidup yang kaya dengan makna adalah hidup yang selalu diwarnai dengan partisipasi kaum wanita di dalam berkarya demi mewujudkan esok yang lebih baik dari kemarin-kemarin yang telah pergi.
“Habis gelap terbitlah terang”menjadi inspirasi yang selalu menjiwai setiap insan menaruh respect yang tinggi kepada kaum perempuan di mana saja berada.
Saya mengatakan demikian karena Ibu adalah awal hidup yang tak pernah selesai berhembus hingga di mana, dan kapan pun. Ia memberi tanpa harap kembali.
Ia mengorbankan segala sesuatu yang ada padanya yang tak pernah ada pada kaum laki-laki untuk kehidupan selanjutnya.
Jasa ibu abadi terkenang sampai langit dan bumi berlalu sekali pun seorang anak tak mampu membayarnya.
Teruslah bercahaya walaupun kadang tapakan kaki jalanmu diselimuti kabut dan badai. Untukmu kaum perempuan, para ibu, dari lubuk hati terdalam Selamat Hari Kartini 21 April 2022.