Puisi-puisi Martin Meli
Tentang Cinta dan Impian
Pergi menanggalkan segala kenangan
Meraih impian yang tak lekas menyerah
Melukis kisah dengan segala harapan
Agar kelak mampu mengobati wajah yang kusut
Demi masa depan yang lebih cerah
Di bawah naungan langit yang teduh
Tidak lupa dalam segala kesibukan
Meluangkan waktu merapalkan doa
Demi kasih sayang dan cinta untuk anak-anaknya
Di pojok sana, ibu dan ayah masih setia
Saling bertukar pikir untuk hari esok
Bahwa anak-anak harus hidup
Walaupun keringat berceceran dan wajah tak lagi menawan
Kulit terbakar melawan mentari
Hingga senja menyapa dengan segala keletihan dan lusuh
Sesekali di tempat yang jauh
Ada rindu untuk kembali
Menyapa mereka yang telah melahirkan dan menghidupkan
Cinta yang istimewa tanpa pamrih
Kebijaksanaan yang selalu menyapa dalam kebajikan
Sungguh, mereka sangat mulia dalam cinta
Semoga, jarak bukanlah menghapus rindu
Namun perjuangan untuk membawa makna penuh kebaikan
Kutitipkan harapan yang tak lekas berujung
Semoga kelak kita selalu ada
Menyatu kembali dengan segala kenangan
Agar cintamu berdua tetap utuh
Bahwa anak-anakmu akan menghapus keringat menjadi air mata kebahagiaan.
TOR Himo Tiong, Ritapiret
Mungkinkah?
Di pojok sana, ia kelihatan gelisah
Darah cair masih hangat
Dengan belati perak tergeletak
Air matanya membasahi ujung
Rambutnya seperti mempermainkan wajah
Ini bukan hanya gelisah tapi menakutkan
Siapa yang paham?
Nyamuk enggan bersahabat hanya berusaha menghibur
Suara lalat semakin riuh
Lantai yang bersih kini berwarna
Merah seperti pemberani tapi berhenti
Di pojok sana, ia lebih memilih pulang
Membiarkan tragedi ini untuk ditebak
Mungkinkah?
Malam
(:Separuh hati yang hilang)
Catatanku hampir usai
Namun belum berakhir titik.
Sedang berekspresi hening
Namun semuanya seperti hantu
Bayanganmu sulit diartikan
Antara ikhlas membiarkanmu pergi
Atau memelukmu kembali
Pastinya kamu lagi tersenyum
Dan aku mungkin masih terluka
Mengingat segala hari yang kita lalui
Dengan segala canda dan tawa yang hangat
Bahkan aku masih melihatmu duduk disampingku.
Tapi entahlah..
Yang pasti aku selalu merindukanmu.
Walaupun suatu saat kita pasti akan bertemu
Bukan di dunia ini lagi tapi di surga yang kamu nikmati sekarang
Kampung Baru, di bulan Februari
MarayuMu
Malam ini aku ingin merayuMu
Tapi sadar bahwa kamu tidak perlu dirayu
Sebab yang aku paham adalah bagian dari remah-remahMu
Tentang hari kemarin yang saya katakan jejak
Hari ini telah menjadi proses dan esok
Adalah bagian yang masih kusiapkan rayuan untukMu
Tak berhenti aku merayuMu
Semakin aku merayumu semakin aku mengenalMu
Penulis merupakan mahasiswa STFK Ledalero. Suka mengumpulkan kata-kata menjadi bermakna dalam grup KOPI (KOMPAS PUISI). Berasal dari Magepanda, Kab. Sikka. Saat ini tinggal di Ritapiret.