Oleh: Yohanes Mau
Pemerhati masalah politik, sosial, dan kemanusiaan.
Kini tinggal di Zimbabwe, Afrika.
Peringatan pancasila di Ende, Flores Nusa Tenggara Timur , 1 juni 2022 tahun ini sangat ramai dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Aneka kegiatan telah dilakukan menyongsongnya. Kemeriaan ini sangat unik karena upacara hari lahir pancasila di Ende dihadiri langsung oleh Jokowi Presiden Indonesia.
Jokowi datang ke Ende disambut meriah oleh masyarakat Ende dari pelbagai kalangan. Mungkin saja para sahabat orang-orang kalah juga ada di sana. Mungkin juga orang-orang kalah turut terselip di dalam barisan panjang itu.
Orang-orang kalah adalah para sesama kita yang mengalami gangguan jiwa dan dibiarkan oleh orangtua, keluarga, para sahabat, kenalan, dan pemerintah.
Sedangkan para sahabat orang-orang kalah adalah sesama manusia yang memiliki hati yang besar dan peduli dengan segala kekuatan dan tenaga serta segala sesuatu yang ada pada mereka.
Mereka meleburkan totalitas diri mereka bersama dan di dalam hidup harian orang-orang kalah agar suatu saat nanti mereka bisa memenangkan orang-orang kalah itu menggapai kemenangan sebagaimana mestinya dan menjalani hidup ini secara sehat jiwa dan raga.
Orang-orang kalah memiliki rindu terdalam untuk meredeka dari kekalahan mereka oleh karena gangguan jiwa. Mereka merasa tidak bebas di dalam melakonkan hidup.
Mereka terlantar bagai binatang jalanan yang luput dari perhatian. Walaupun mereka itu tak diperhitungkan di dalam pergaulan sosial namun mereka adalah sesama
manusia. Mereka butuh jamahan tangan sejuk dari sesama yang normal dan masih memiliki hati. Orang-orang kalah adalah gambaran orang-orang normal yang melakonkan diri hingga melupakan sesama yang mengalami gangguan jiwa. Kalau bukan sesama normal yang menolong mereka maka siapa lagi?
Kunjungan Jokowi di Ende disambut dengan semarak. Hati siapakah yang tidak gembira dikunjungi Presiden terbaik yang pernah memimpin NKRI dengan prestasi yang gemilang?
Jokowi itu presiden terbaik di abad ini. Dia adalah cahaya untuk Indonesia. Dia memancarkan butir-butir pancasila secara tepat sasar berdasarkan tuntutan situasi di lapangan.
Memperingati hari lahir pancasila artinya memperingati akan berdiri kokohnya fondasi negara ini di atas wadas yang tak tergoyah.
Memperingati dan mengenang kembali akan momen bersejarah yang kaya makna menghantar Indonesia bisa bersatu dan damai hingga saat ini.
Persatuan, kedamaian, dan keadilan yang terjaga dan terlestari hingga detik ini bersumber dari pancasila. Tanpa pancasila entah seperti apakah wajah NKRI saat ini.
Namun di hari bersejarah hari ini seluruh warga negara Indonesia disadarkan untuk mampu berkaca dari sejarah pancasila dan memaknai butir-butirnya secara hari ini dan tepat sasar di dalam realitas nyata.
Namun di tengah gaung pancasila yang dikumandangkan oleh orang nomor satu di Indonesia ini apakah ada jejak kakinya yang membekas?
Berdasarkan video dan gambar yang beredar di media-media sosial dan Koran-koran lokal mengabarkan tentang blusukan yang terjadi di gang kaget, Jalan Kelimutu Ende.
Jokowi mengunjungi sebuah keluarga dan memberikan sembako kepada keluarga tersebut. Ini adalah cara dia menjejakkan kaki dengan cara yang sederhana.
Blusukan ini terjadi di batas bulan Mei sebelum 1 Juni 2022.
Kembali kepada Gaung pancasila, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan.
Apakah gaung pancasila ini sudah membumi di kota pancasila? Kalau sudah membumi apakah ada bukti? Kalau belum, mengapa demikian?
Berdasarkan pengalaman hidup kurang lebih 10 tahun hidup di kota pancasila saya katakan bahwa gaung pancasila belum membumi hingga saat ini.
Gaung pancasila masih saja melangit dan lenyap di atas awam-gemawan bersama para elite politik yang sedang menduduki tampuk pemerintahan di Ende.
Tentang ini kita bisa melihat adanya penelantaran orang-orang kalah/Orang Dengan Gangguan Jiwa(ODGJ) oleh pihak pemerintah selama ini.
ODGJ berkeliaran tanpa arah dan terpasung di kayu-kayu pasung, bahkan ada yang selesai napas di kayu pasung karena minus kreatip dari pemerintah untuk peduli dan memerhatikannya secara baik.
Melihat realitas suram ini hati siapakah yang bisa menahan pilu? Orang-orang kalah/ODGJ dan kita adalah sama-sama rakyat. Kita mesti mendapat perhatian secara penuh dari negara.
Negara harus bertanggung jawab secara adil terhadap rakyatnya. Entah itu sakit atau sehat normal harus diurus secara berkeadilan.
Yang sakit mesti dirawat agar sembuh. Yang normal diberdayakan agar berguna dan berkualitas bagi yang lain di dalam melakonkan hidup ini sebagaimana mestinya.
Pemerintah daerah hingga hari ini belum memiliki program kerja untuk peduli khusus terhadap ODGJ. Pemerintah daerah masih merasa nyaman dengan segala kekurangan fasilitas yang ada tanpa adanya usaha kreatip.
Maka di sini pemerintah daerah bisa dibilang belum mampu membaca tanda zaman secara hari ini dan meresponsnya. Sebenarnya sudah ada Yayasan Kelompok Kasih Insani (KKI) yang selama ini menggaungkan suara kenabian dan peduli terhadap ODGJ.
Kerja kemanusiaan mereka ini sudah membantu meringankan beban hidup para ODGJ dan keluarga dalam perawatan dan pengobatan.
Namun pemerintah daerah Kabupaten dan provinsi belum bisa membuat proyek untuk membangun Rumah sakit jiwa dan menyiapkan tenaga-tenaga medis yang special tangani ODGJ.
Sampai kapankah pemerintah daerah merasa nyaman di atas derita pasung yang sedang dialami oleh para ODGJ selama ini? Kita tunggu saja.
Pancasila digaungkan terus-menerus namun tak pernah membumi. Ratap dan tangis para ODGJ tiada henti sepanjang hari dan malam bersama musim-musim yang datang silih berganti.
Gema rintihan suara itu tak mencairkan hati pemerintah daerah. Malah mereka lelap di atas kursi takhta pemberian rakyat.
Membangun Indonesia artinya membangun manusia agar mampu berTuhan, berprikemanusiaan, berpersatuan, bijaksana, dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika ini dibumikan secara baik dan benar maka saya yakin gaung pancasila bisa membumi dan menjelma di dalam realitas hidup rakyat secara hari ini.
Semoga kunjungan Presiden Jokowi di Ende kota pancasila ini mampu membuka hati pemerintah daerah yang masih membatu untuk mencair di dalam realitas hidup orang-orang kalah/ODGJ.
Pemerintah daerah juga mesti belajar untuk melakukan blusukan sebagaimana yang telah dilakonkan oleh Presiden Jokowi di gang kaget, jalan Kelimutu, Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Pemerintah itu berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Maka bekerjalah untuk rakyat secara baik berlandaskan butir-butir pancasila.
Pancasila tanpa tindakan adalah hampa. Jangan membiarkan kehampaan menggerogoti hati di tengah situasi pandemi yang enggan pergi.
Selamat hari pancasila untukmu Indonesiaku, Indonesiamu, dan Indonesia kita. Wasalam dari Zimbabwe, Afrika. Saya Pancasila, saya Indonesia.