Ruteng, Vox NTT- Sebagian petani di Tal, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, sedang menjerit karena gagal panen. Mereka benar-benar makan angin setelah baru-baru ini persawahan mereka diserang hama Wereng Batang Cokelat (WBC).
Dahsyatnya daya rusak yang ditimbulkan oleh hama pengganggu itu membuat tanaman padi mereka tampak seperti rumput kering.
Tanaman yang seharusnya dipanen Juli ini menyisakan butir-butir hampa yang sama sekali tak bisa mengandung beras lagi.
Sungguh pedih nasib yang dialami para petani di Manggarai bagian selatan itu. Bahkan pestisida yang diberikan oleh Pemerintah melalui Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) belum mampu mengatasi hama yang membuat para petani mengalami kerugian jutaan rupiah itu
Antonius Jeharum salah seorang petani di Tal Satarmese mengaku kalau tanaman padinya sudah berusia kurang lebih 3 bulan dan siap panen. Tapi saat ini sudah terserang hama WBC hingga tak satu petak pun yang bisa dipanen.
Ia juga terpaksa melepas dua hewan kerbau di persawahannya untuk melalap seluruh jerami-jerami padi yang tak harap untuk bertumbuh lagi.
“Persawahan ini cocok jadi rumput kerbau saja, sehingga saya biarkan kerbau makan. Ini kegagalan paling parah yang saya alami,” tutur Antonius kepada wartawan, Kamis (23/6/2022).
Serangan hama WBC, kata Antonius, ditandai dengan perubahan warna padi dari hijau menjadi cokelat kemerah-merahan. Kondisi itu menyebar ke seluruh petak hingga tanamannya menjadi layu dan kering.
Ia pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Manggarai melalui PPL agar secepatnya mencari pengobatan yang tepat untuk merespons kondisi ini.
Selain Antonius, ada juga Petrus Bandung yang mengalami hal serupa.
Betapa tidak, tanaman padinya yang berusia dua bulan mulai mengering padahal air sawahnya lancar. Demikian pun proses pemupukannya.
Ia kesal lantaran upaya PPL mengendalikan hama dengan menyemprot pestisida tak kunjung berhasil.
Meski sudah menjadi momok ia menilai PPL tidak mampu memberi terobosan baru bagaimana caranya mengendalikan hama yang tepat.
“PPL sama lagi dengan otaknya petani tidak mampu kendalikan hama. Coba buat terobosan barulah, datangkan obat-obat yang ampuh selain pestisida,” ungkap Petrus.
Menanggapi keluhan petani tersebu, Sekretaris Dinas Pertanian Manggarai, Mika Dima mengaku telah banyak menerima laporan gagal panen yang dialami petani di Satarmese.
Ia berkata dari total 6.000 hektare sawah ada sekitar 30 persen yang gagal panen berdasarkan laporan yang masuk.
Mika bilang, WBC itu berjenis wereng cokelat yang cenderung menyerang batang-batang padi pada waktu dan kondisi tertentu.
Ia mengaku, WBC itu bukan hanya di Tal tetapi juga di Iteng, Wewo, Paka dan Hilihintir. Karena itu, pihaknya menyiapkan opsi agar tidak dilakukan penanaman serempak, pergantian pestisida dan pergantian tanamam.
“Kalau pestisida tidak mempan yah satu-satunya jalan eradikalisasi total. Artinya, dalam satu musim tanam kita stopkan saja,” tekan Mika seperti dilansir Tvonenews.com.
Pihaknya juga memberi opsi agar petani menggantikan varietas yang tahan terhadap serangan wereng, dalam artian tidak harus tanam padi terus bisa juga diganti jagung dan kacang-kacangan.
Kontributor: Berto Davids
Editor: Ardy Abba