Labuan Bajo, Vox NTT- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bakti Kominfo dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melakukan rapat koordinasi untuk mendorong percepatan transformasi digital dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan demi mewujudkan Smart City di Kabupaten Manggarai Barat, Kamis (30/06/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Bupati Manggarai Barat Edistasius Endi menyebutkan bahwa sudah waktunya kabupaten itu menciptakan sistem pemerintahan yang lebih modern dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat.
Menurutnya, penerapan konsep Smart City, menjadi pilihan wajib di tengah tuntutan pelayanan pemerintahan yang lebih baik di Labuan Bajo dan sekitarnya.
“Hasil evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat menunjukkan bahwa Labuan Bajo dan sekitarnya, mengalami pertumbuhan sektor pariwisata yang sangat pesat. Bahkan dari 5 destinasi wisata super premium yang ditetapkan oleh pemerintah, Labuan Bajo menempati posisi pertumbuhan yang paling tinggi. Dan ini tentu saja menuntut pelayanan publik dan pemerintahan yang juga premium,” ujar Edi.
Sebagai bukti, sebut Edi, Bapenda Manggarai Barat mencatat bahwa jumlah wajib pajak restoran, hotel dan hiburan mengalami peningkatan pasca-pelonggaran pandemi.
Penerimaan pajak dari hotel, sambungnya, ditarget sebesar Rp83 Miliar di tahun 2022. Bahkan dalam situasi pembatasan mobilitas di tahun 2020 dan 2021, Edi menjelaskan, setoran pajak di Kabupaten Manggarai Barat masih bisa mencapai di atas 50%.
Hal yang sama juga ditunjukkan oleh penerimaan dari sektor restoran dan pajak hiburan. Dari sektor restoran, Pemda menargetkan penerimaan pajak sebesar Rp48 Miliar di tahun 2022.
“Kita harus memastikan bahwa pelayanan sektor pariwisata seperti keluar masuk ke kawasan wisata, tercatat secara real time. Demikian juga dengan informasi terkait tingkat hunian hotel, ketersediaan restoran, hingga kunjungan pada destinasi hiburan bisa dimonitor dengan baik. Selain untuk memantau kualitas pelayanan, Pemda tentu berkepentingan untuk memastikan semua penerimaan pajak disetorkan sesuai dengan kondisi yang seharusnya,” lanjut Edi.
Bagi KPK, pembangunan Smart City tentu saja merupakan upaya yang harus dikawal dengan baik.
“Ini adalah inisiatif yang sangat baik, dari Bupati Manggarai Barat dan jajarannya. Program digitalisasi dapat mencegah hilangnya penerimaan daerah akibat tidak adanya sistem pencatatan yang baik. Dengan sistem ini, akuntabilitas dan transparansi yang menjadi semangat tata kelola pemerintahan yang baik, bisa segera diwujudkan,” sambut Kasatgas Korsup Wilayah V KPK Dian Patria.
“Kami menjadikan Manggarai Barat sebagai pilot project Smart City, sebab kita butuh cerita baik dari timur. Ke depannya, sistem ini akan dikembangkan untuk memonitor penguasaan aset daerah dan penerimaan pajak, bahkan untuk mengevaluasi kinerja dan kedisiplinan ASN di Manggarai Barat,” jelas Dian.
Namun program digitalisasi ini, tidaklah bisa dijalankan jika dukungan dari infrastruktur telekomunikasi dan akses internet tidak memadai.
“Saat ini sinyal telekomunikasi dan akses internet belum menjangkau semua wilayah di Manggarai Barat. Kondisi jaringan yang tersedia dari BTS BAKTI, baru sebesar 8 mbps dengan batas maksimum pengguna hanya sekitar 200 orang. Belum lagi jangkauan area jaringan 4G baru pada jarak 1 Km, dan pada beberapa titik, BTS Bakti justru menghalangi sinyal yang sebelumnya sudah ada. Hal ini dikeluhkan oleh masyarakat di beberapa tempat,” ujar Kepala Dinas Kominfo Manggarai Barat Paulus Setahu.
Terkait permasalahan ini, pihak BAKTI Kominfo berjanji akan melakukan pengecekan lapangan sebagaimana disampaikan oleh perwakilan Direktorat Infrastruktur BAKTI Kominfo John Tirayoh.
“Kami punya sejumlah mekanisme untuk memantau kondisi lapangan, termasuk dengan melakukan evaluasi mingguan dengan pihak terkait. Keluhan dari Manggarai Barat akan segera kami tindak lanjuti untuk memastikan infrastruktur komunikasi bisa berkontribusi langsung bagi pembangunan daerah,” katanya.
Menutup rapat, Bupati Edi memastikan pihaknya akan mengawal percepatan implementasi Smart City ini, sebagai wujud komitmen untuk membangun pemerintahan yang lebih baik.
“Ada yang bilang nitip uang bisa kurang, nitip pesan bisa ditambah. Kalau dengan sistem digital, semua bisa sesuai dengan kondisi apa adanya. Jadi data apa adanya inilah yang akan menjadi dasar pengambilan kebijakan,” pungkasnya. [*]