Kupang, Vox NTT- Welly Dimoe Djami sudah keluar dari Lapas Perempuan Kupang beberapa pekan lalu.
Kepada VoxNtt.com, Selasa (05/07/2022) siang, mantan Kepala Sinar Pancasila Kupang itu menceritakan kondisi di Lapas Perempuan Kupang.
“Tuhan Yesus beri kekuatan dan kemampuan sehingga mampu melewati saat saat sulit. Saya percaya bahwa tidak ada satupun hal di dunia ini yang tanpa sepengetahuan Tuhan. Saya ucapkan terima kasih karena sudah bebas dari Lapas Perempuan,” ujar Perempuan yang berperkara dengan Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore itu.
Welly mengatakan, pada 9 Juni 2022 lalu dirinya mendapat asimilasi Covid-19 dan divonis bebas dari putusan MA yang menjatuhkan vonis selama 5 bulan penjara.
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat yang sudah menolong dan memfasilitasinya.
Secara khusus, Welly juga mengucapkan terima kasih kepada Wakil Gubernur NTT Josef A. Nae Soi yang sangat peka dan sudah bantu keluarga dan anak-anaknya, sehingga bisa melewati saat-saat sulit di Lapas.
“Juga kepada Ibu Ince Sayuna yang sudah menolong anak-anak saya, yang bisa mendapatkan waktu untuk bisa bertemu dengan saya dan juga kepada Pak Jonas Salean,” imbuh dia.
Welly juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga dan juga anak-anaknya yang setia mendampingi pada saat- saat sulit itu.
“Tuhan hadirkan mereka semua untuk saya. Saya sudah ada di babak baru kehidupan saat ini,” katanya.
Cerita saat di Lapas
Welly juga menceritakan tentang kondisi dirinya di Lapas dan juga pelayanan yang ada di sana.
Ia mengisahkan, pada 10 Januari pukul 16.00 Wita, ia didatangi pihak Kejaksaan dan langsung dibawa ke Lapas Perempuan Kupang.
“Masuk di sana,bagi orang itu tempat aib, tempat terpuruk dengan image yang buruk,” kata Welly.
Sebelum masuk ke Lapas, ia terlebih dahulu menjalani tes urine, dan selanjutnya dibawa ke ruangan Mapenaling.
“Dua hari di sana saya syok, dua hari tidak tidur. Saya berperkara dengan Tuhan. Saya tanya tuhan kenapa hal ini terjadi kepada saya,” ujarnya sambil sesekali menahan tangis.
Menurutnya, di Lapas Perempuan Kupang dia bertemu dan berjumpa dengan banyak orang yang baik sesama napi yang juga pernah melakukan kejahatan.
Welly bertemu dengan orang-orang yang bernasib buruk seperti dirinya.
Setelah satu minggu, Welly kemudian dipindahkan ke ruangan tahanan.
Di sana Tuhan juga menyiapkan orang-orang yang baik. Saya dikasih tempat tidur. Saya diperlakukan sebagai mama. Di situlah saya memulai pelayanan,” katanya.
Sebagai penatua yang sering memberikan pelayanan kepada jemaat Kristen di luar Lapas, Welly mengaku, hal itu juga dilakukan selama berada di Lapas.
Welly melayani warga binaan yang kondisinya terpuruk. Di sana, kata dia, ada gereja.
“Tuhan sudah kasih talenta saya bisa main gitar di sana, saya mengiringi mereka yang bisa bernyanyi. Ada acara paskah di sana. Saya bersyukur bisa melatih paduan suara bisa ada perlombaan yang memberi warna baru di sana,” ujar dia.
Menurutnya, selama di Lapas semua diatur dengan pola aturan yang ketat dan tersistematis.
“Di Sana kami diatur dengan aturan yang sudah ada. Waktu istirahat dan makan,” katanya.
Welly berujar, sikap ramah dan baik yang dimiliki oleh Kalapas Perempuan Kupang membuat image Lapas sebagai tempat aib hilang seketika.
“Kalapas di sana sangat luar biasa, karena sangat welcome dan sangat baik dengan anak-anak. Dia merubah image buruk tentang kondisi di sana,” katanya.
“Saya bersyukur orang masuk Lapas itu biasanya kurus karena pikiran, terjadi pembunuhan karakter. Puji Tuhan saya bisa melewati dengan baik, saya mau katakan saya mengalami kenaikan berat badan saat keluar,” ujar dia.
Dia pun meminta bagi siapapun agar tidak takut dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran karena akan keluar sebagai pemenang.
“Saya mau mengatakan bahwa peradilan kita memang masih banyak yang perlu diperbaiki,” kata Welly.
Yang saat petik dari kasus yang saya alami adalah semua orang akan ditakuti dengan penjara, sehingga orang-orang menjadi takut untuk perjuangkan kebenaran. Tujuan pembunuhan karakter tidak terjadi Tuhan malah memberikan kekuatan yang lebih untuk saya. Ada massa dimana Tuhan taruh kita dititik nadir terendah. Ada pula saatnya Tuhan akan angkat kita ke tempat yang lebih tinggi. Saya seorang perempuan yang teraniaya tidak akan pernah takut dengan apapun,” tambah dia.
Bahkan, Welly bercerita meski sudah bebas dari sana, dirinya masih untuk memberikan pelayanan di gereja dan bagi beberapa penghuni Lapas Perempuan Kupang.
Sebagai informasi, perkara antara Welly dan Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore berlangsung sangat lama.
Dia dilaporkan atas kasus penggelapan uang beasiswa PIP di SMA Sinar Pancasila dengan jumlah 1 juta rupiah.
Menurutnya, dalam perjalanan waktu, dugaan itu tidak terbukti dan ia kembali dilaporkan atas dugaan pemalsuan dokumen.
Hingga kini, meski sudah bebas, Welly menyebut dirinya belum secara resmi menerima salinan keputusan MA yang memvonisnya lima bulan kurungan.
Ia mengetahui salinan putusan itu di sosial media yang diunggah oleh akun anonimus, akhir tahun lalu.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba