(Komparasi Makna antara Era 90-an dan Sekarang)
Oleh: Della Arisona
Anggota Biasa PMKRI Ruteng
Lagu “Bento” merupakan lagu yang dirilis tahun 1989. Tak lama setelah lagu Bento diciptakan yakni pada April 1989 silam di Condet, Jakarta Timur.
Lagu Bento diketahui diciptakan sendiri oleh mendiang Naniel dan Iwan Fals.
“Lagu Bento” yang dinyanyikan dengan genre rock ini sontak menyita perhatian publik. Itu karena gaya musik dan hasrat tafsir publik terhadap lagu yang kerap dimaknai sebagai lagu bernada kritikan bagi pemerintah.
Lagu ini pun hingga sekarang masih menjadi bagian penting bagi masyarakat baik karena makna dan juga alunan musiknya.
Dikutip dari Kompas.com. Kamis (7/07/2022), kepada komika Soleh Sollihun, Iwan Fals yang memiliki nama asli Virgiawan Listanto mengekspos asal-usul lagu Bento yang ia ciptakan.
Hal itu bermula mengingat banyak orang yang menafsirkannya sebagai sebuah karya berkesan kritikan terhadap pemerintah pada waktu itu. Hal itu pun dibantah secara tegas oleh Iwan Fals.
Iwan Fals menjelaskan, nama ”Bento “ yang merupakan judul lagu tersebut merupakan nama Ayam Jagonya.
Sebelumnya, Iwan Fals mempunyai Ayam Jago yang pernah tertabrak, kemudian ia pelihara dan dinamai Bento.
Ia mengaku nama Bento dibuat untuk membedakan nama dalam setap lirik lagu. Lagu Bento yang masuk dalam album Swami I ini sedikitnya multitafsir.
Hal ini dikatakan mengingat dalam sebuah wawancara kepada komika Soleh Solimun, Iwan Fals menyampaikan bahwa masyarakat dapat menafsirkannya sesuka mereka.
Oleh karena itu, lagu ini sebetulnya mempunyai arti khusus yang dimaksud oleh penyanyi dan pencipta sendiri, yakni Iwan Fals.
Lagu Bento dan Maknanya pada Era 90-an
Tak sedikit khalayak yang mengenal lagu Bento pada masa itu. Pasalnya, lagu yang beredar pada era reformasi, diduga sebagai kritikan Iwan Fals terhadap pemerintah.
Namun dikutip dari berbagai sumber Iwan Fals membantah soal itu. Ketika Iwan Fals berbincang dengan Soleh Solihun, ia mengatakan bahwa lagu tersebut bukan diciptakan untuk mengritik keluarga Presiden Soeharto.
Ia tidak memiliki niat demikian.
Meskipun demikian, dilansir dari detikhot ia mengaku lagu “Bento” diciptakannya bersama rekannya begitu saja berdasarkan pandangannya mengenai kehidupan strata sosial pada saat itu (era reformasi), yang mengusik pikirannya.
Lebih-lebih mengenai pembangunan perumahan (real estate) yang menjadi impian semua keluarga muda saat itu.
Sampai akhirnya mereka berani menghalalkan segala cara. Menurut Iwan Fals, saat itu tak sedikit orang untuk menempuh kehidupan seperti itu.
Namun, cara yang ditempuh tidaklah elok. Ada indikasi dan kecendrungan orang untuk melakukan segala cara yang berkesan menyimpang dari realitas kehidupan sosial yang sebenarnya.
Secara jelas, dalam latar belakang lagu Bento, Iwan Fals menciptakannya untuk memuat fakta kehidupan sosial era 90-an yang sedikitnya mempunyai banyak masalah menyimpang.
Iwan Fals menciptakannya untuk menggambarkan situasi yang terjadi. Ia tidak bermaksud mengaitkan lagu tersebut dengan Tommy Soeharto, putra Presiden Soeharto, melainkan itu sebagai gambaran bahwa perbuatan menyimpang kerap dilakukan oleh banyak orang (Suara.com).
Lagu “Bento” yang dibawakannya dengan genre rock diketahui memiliki keunikan lain yakni soal berkaca kepada diri sendiri.
Artinya takut ketika suatu saat nanti kita berada pada strata sosial yang tinggi dan lupa segalanya, sehingga pada akhirnya menjadi seorang petinggi Negara yang jahat.
Fenomena Lagu Bento Zaman Milenial (2022)
Lagu Bento memang sudah lama dikenal banyak orang lebih-lebih era reformasi. Namun lagi-lagi lagu Bento kembali mengudara di tahun 2022 ini.
Bermula dari beredarnya video Tik Tok yang mempertontonkan sebuah aksi tari kreasi tiga ibu berusia di atas paruh baya sedang goyang lagu Bento, bernuansa DJ, yang telah diremiks menjadi lebih ngebit.
Tontonan seperti ini (goyang Lagu Bento) tentu saja menyita perhatian publik, lebih-lebih ketika lagunya ngebit.
Mendengar musik ini siapapun mampu menyelaraskan lincah gaya bergoyang dengan musik, terlebih di kalangan anak-anak dan remaja.
Cara menyelaraskan musik dengan lincah gaya pun cukup beragam. Model goyang seperti inilah yang menjadi perbincangan masyarakat dalam diskusi publik.
Melihat fenomena goyang Bento, banyak indikasi dan kecendrungan bahwa goyang ini bermakna dan berkesan sedikitnya tindakan pornoaksi.
Secara umum dapat digambarkan bahwa goyang Bento dilakukan dengan melekukan pinggul secara heboh.
Bagi kebanyakan orang, goyang ini dilakukan tanpa menyadari bahwa sebetulnya, kecendrungan pergeseran makna telah terjadi.
Hal ini tidak patut dipertontonkan dan dipamerkan di media sosial, mengingat anak-anak di bawah umur juga telah menjadi bagian nyata dari media sosial.
Dalam hal ini, kita dapat melihat bahwa, Lagu Bento mengalami pergeseran makna akibat genre atau cover musiknya yang cukup heboh.
Pada era reformasi, Bento dipandang sebagai lagu yang memuat kehidupan menyimpang dari para petinggi Negara.
Artinya, ia bermakna realitas sosial atau masalah sosial. Akan tetapi berbeda dengan era sekarang.
Ketika mendengar Bento, terlintas dipikiran dan telinga masyarakat bahwa, Bento menjadi lagu yang asyik untuk dinikmati dan menjadi lagu penting untuk berjoget dengan gaya yang sangat menyimpang dari nilai sosial.
Memandang semua kenyataan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa, lagu sebetulnya mengalami perubahani nilai akibat cover musik dan persepsi masyarakat yang bengkok.
Sehingga dengan jelas kita melihat lagu ini mengalami pergeseran makna yang cukup jauh.
Lagu Bento seketika menjadi tontonan dan kesukaan khalayak, serta menjadi viral akibat gaya musiknya yang telah diubah dan goyangannya yang khas.
Melihat fenomena Lagu Bento yang banyak dibicarakan oleh masyarakat karena kekhasan goyangnya, kita setidaknya memiliki cara pandang dan perhatian berbeda dengan orang yang berpandangan secara keliru.
Bento sebetulnya tetap menjadi lagu terbaik milik Indonesia sepanjang masa dengan gaya makna yang beragam dan berkontribusi.
Ia bukan sebuah musik cover yang dimainkan untuk menghibur masyarakat dengan gaya joget yang sedikitnya bernuansa pornoaksi.
Jenis musik dan kekhasan goyang inilah yang sebetulnya menyita perhatian publik. Apabila terus dipertahankan, dapat berpengaruh pada lagu yang dikreasi.
Fenomena seperti ini tidak secara langsung menggambarkan rendahnya cara berpikir di kalangan generasi milenial.
Lagu Bento yang diciptakan begitu elok maknanya, begitu dalam artinya, diporak-porandakan begitu saja oleh generasi muda.
Diekspresikan dengan tidak etis, dan sangat menjijikkan. Keresahan bagi setiap insan yang menyaksikan fenomena “goyangan” dari “Lagu Bento” ini sebenarnya menjadi perhatian dan diskusi yang urgen untuk mengubah paradigma semua kalangan.
Hal itu agar tidak salah dalam mengartikan makna lebih khusus makna dari setiap lagu yang dilantunkan yang sedang populer.