Ruteng, Vox NTT- Anggota Komisi IV DPR RI Julie Sutrisno Laiskodat menyebut pihak luar sudah mulai melirik potensi kain tenun asal Nusa Tenggara Timur (NTT).
Motif tenun yang terkesan etnik serta memiliki warna menarik kini mulai diminati pihak luar.
Julie menyebut motif tenun NTT sudah mulai di-printing orang luar yang bisa memproduksi kain dalam jumlah besar. Kondisi ini menurut dia, merupakan ancaman bagi keberadaan hasil tenun asal NTT.
“Printing tahu e, kaya (seperti) batik itu. Printing pakai mesin, tekan tombol satu keluar seribu,” ujar istri Gubernur NTT itu saat kunjungan kerja di Kantor Desa Rura, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai, Minggu (10/07/2022).
Ia menjelaskan, kain hasil printing pihak luar akan motif kain asal NTT tidak asli, mengingat bukan hasil dari proses menenun.
Julie sendiri mengatakan, dirinya salut dengan leluhur orang NTT. Sebab, mereka telah mewariskan beragam adat dan budayanya.
Salah satunya adalah kain tenun dari 22 kabupaten/kota di NTT, yang hingga kini sudah berjumlah 737 motif dengan filosofi tersendiri.
Politisi NasDem itu mengaku, sebelum menjabat sebagai Ketua Tim PKK Provinsi NTT, ia sudah bergelut dan memahami tenun.
Ia pun berusaha untuk mempromosikan tenun asal NTT, supaya bukan hanya dikenal khalayak, tetapi orang bisa memakai tidak hanya batik.
“Jadi, saya sudah bawa sampai ke luar negeri dan di luar sana, untuk mama-mama tahu, motif kita ini sangat luar biasa,” kata Julie.
Di berbagai daerah di Indonesia, lanjut dia, ada juga motif tenun. Keberadaannya juga mulai bersaing ketat dengan motif tenun daerah di NTT.
Sementara di NTT sendiri penenun sedang menghadapi dua masalah. Pertama, terkait modal untuk membeli bahan tenun. Kedua, pangsa pasar untuk menjual hasil tenun.
Karena itu, Julie yang juga menjabat sebagai Ketua Dekranasda Provinsi NTT sudah memberikan solusi selama ini dengan memberikan bantuan benang kepada penenun.
“Dengan kualitas benang sesuai standarnya kami. Tapi dengan syarat motif tidak boleh diubah karena itu telah ada nilai sejarah leluhurnya,” kata Julie.
Yang bisa diubah, lanjut dia, hanya warna sesuai kebutuhan pasar. Sebab, di berbagai wilayah semisal Eropa dan Amerika menginginkan warna alam. Namun beberapa wilayah di Asia menginginkan warna yang agak terang.
“Dekranasda juga hadir dalam pasar tenun. Ambil nomor saya. Saya tidak mau penenun mental penenun. Saya mau penenen bermental pengusaha. Jangan begini, mumpung ada istri gubernur datang, istri bupati datang pasang harga tinggi-tinggi. Itu tidak boleh,” ujar Julie.
Penulis: Ardy Abba