Dalam Diam
Oleh: Lalik Kongkar
Aku terjamahkan diamku
Bersama bayangan semu
Di balik warna hitam mataku
Sinar matamu yang terasa ringan
Ternyata terasa berat dipundakku
Entah bagaimana harus berjalan tegak dengan rasa ini
Diamku bukan air yang hilang ditepian
Diamku bukan pula bayangan yang tak tentu arah
Diamku adalah kau yang menyejukan hatiku
Untuk Satu Nama
Aku mengukir sendiri namamu dengan huruf kapital tebal
Menggoreskan tinta abadi dengan tekanan teramat dalam
Berharap kau adalah satu-satunya pemilik kenanganku tentang berdua
Jatuh cinta padamu di setiap detik kebersamaan
Aku suka saat kau menari di antara tetesan hujan
Basah membuat tubuhmu berbunga
Aku suka kau bicara
Merdu mengalahkan kicauan alam
Bahkan kau terdiam, aku jatuh cinta
Kedamaian menghipnotis di setiap tatapan
Tidak ada bosan aku melihat kau bermain dengan angin
Hempasan itu menyebarkan aroma tubuh yang wangi menenangkan
Duduk meratap, kusediakan dua cangkir
Mencicipi keduanya seolah kau ikut menengguk
Lihatlah
Satu nama abadi dalam hatiku
Tertulis jelas tidak akan pernah hilang
Untuk sebuah nama aku menunggu
Sepekat Kopi Malam
Hari tak lagi bermandikan mentari
Selimut senja datang temaram
Teriring malam tak lama lagi
Merindu wangi semerbak kopi
Betapa daku masih terpaku
Menunggu ianya bakal tersaji
Terseduh rasa bercampur rindu
Dalam secangkir gelas kopi
Malam semakin larut
Cahaya pun kian surut
Namun raga tak mau beringsut
Nikmati kopi yang diseruput
Terlihat warna membungkus rasa
Sembari merenung merangkai asa
Menyesap setiap racikannya
Yang mengandung kelezatan cita rasa
Sepekat kopi malam
Seharum aromanya
Walau engkau lelap terpejam
Tetap kurindu selamanya